Newsletter

APBN Presiden Baru Mulai Dirancang, Akankah Berdampak ke IHSG-Rupiah?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
28 February 2024 06:01
Presiden Joko Widodo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto saat peresmian Rumah Sakit Pusat Pertahanan Negara Pangsar Soedirman dan 25 Rumah Sakit TNI di Jakarta, Senin (19/2/2024). (CNBC Indonesia/Emir Yanwardhana)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
  • Pasar keuangan Indonesia kembali bergerak beragam, IHSG menguat sementara rupiah melemah dan harga SBN turun
  • Wall Street ditutup beragam, Dow Jones melemah sementara Nasdaq dan S&P menguat
  • Rancangan Awal APBN 2025 dan data pertumbuhan ekonomi AS akan menjadi penggerak sentimen pasar keuangan Indonesia hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas pasar keuangan Tanah Air pada perdagangan Selasa (27/2/2024) kembali merana, kecuali Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berhasil ditutup menguat meski tipis-tipis.

Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih bergerak beragam hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen penggerak pasar keuangan hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

IHSG pada perdagangan kemarin ditutup menguat tipis 0,02% ke posisi 7.285,32, setelah sepanjang perdagangan kemarin bergerak di zona merah. IHSG masih cenderung bertahan di level psikologis 7.200. kemarin.

Nilai transaksi IHSG pada kemarin mencapai sekitar Rp 10 triliun, dengan melibatkan 21 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. Sebanyak 235 saham menguat, 308 saham melemah dan 231 saham cenderung mendatar.

Investor asing kembali melakukan aksi jual bersih (net sell) kemarin. Tercatat, net sell asing mencapai Rp 1,18 triliun di seluruh pasar, dengan rincian sebesar Rp 652,85 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp 522,73 miliar di pasar tunai dan negosiasi.

Sedangkan di bursa Asia-Pasifik, secara mayoritas menguat. Kecuali bursa saham Filipina (PSEI), Singapura (Straits Times), Korea Selatan (KOSPI), dan Thailand (SET).

Namun sayangnya, penguatan IHSG cenderung tipis-tipis, lebih tinggi sedikit dari Nikkei 225 Jepang. Adapun Shanghai Composite China menjadi juaranya yakni melonjak 1,29%.

Berikut pergerakan IHSG dan bursa Asia-Pasifik pada perdagangan Selasa kemarin.

Sedangkan untuk mata uang rupiah pada perdagangan kemarin ditutup kembali melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan kemarin di posisi Rp 15.635/US$ di pasar spot, melemah tipis 0,06% di hadapan dolar AS.

Di Asia-Pasifik, cenderung kembali bervariasi, di mana ringgit Malaysia menjadi yang paling kencang penguatannya kemarin yakni mencapai 0,31%. Sedangkan peso Filipina kembali menjadi yang paling parah koreksinya kemarin yakni mencapai 0,25%.

Berikut pergerakan rupiah dan mata uang Asia pada perdagangan Selasa kemarin.

Adapun di pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan kemarin harganya kembali melemah, terlihat dari imbal hasil (yield) yang kembali naik.

Melansir data dari Refinitiv, imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara terpantau naik 1,6 basis poin (bp) menjadi 6,585%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Ketika yield naik, maka tandanya investor sedang melepas SBN.

Dari Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street, ditutup beragam pada perdagangan Selasa atau Rabu dini hari waktu Indonesia. Indeks Dow Jones melemah 0,25% atau 96,82 poin ke 38.972,41. Indeks Nasdaq menguat 0,37% atau 59,05 poin ke 16.035,3 dan indeks S&P 500 menanjak 0,17% atau 8,65 poin ke 5.078,18.

Menguatnya indeks Nasdaq dan S&P menjadi kabar baik mengingat keduanya jatuh pada hari sebelumnya.

"Apa yang membuat saham teknologi, consumer goods, layanan komunikasi dan keuangan menguat adalah adanya optimisme pasar adalah pemangkasan suku bunga," tutur Sam Stovall, chief investment strategist di CFRA Research, dilansir dari CNBC International.

Data keyakinan konsumen AS menunjukkan indeks turun menjadi 106,7 pada Februari 2024, dari 110,9 pada Januari ataupun ekspektasi pasar yakni 115.1

Data dari Departemen Perdagangan AS yang dirilis juga menunjukkan bahwa pesanan barang tahan lama turun lebih besar dari perkiraan pada Januari lalu, dengan faktor utamanya adalah penurunan besar dalam permintaan transportasi.

Pesanan barang tahan lama anjlok 6,1% pada bulan lalu, lebih buruk dari penurunan 0,3% yang direvisi ke bawah pada Desember 2023 dan estimasi Dow Jones yang memperkirakan penurunan sebesar 5%.

Kategori ini mencakup beragam produk seperti pesawat terbang, peralatan, dan komputer. Transportasi adalah penyebab utama penurunan bulan lalu, yakni turun 16,2%.

Adapun pesanan baru tidak termasuk transportasi, turun 0,3%, sementara pesanan baru ex-pertahanan turun 7,3%.

Investor juga mengamati lebih banyak data ekonomi mengenai data harga perumahan yang sudah dirilis dan indeks keyakinan konsumen yang akan dirilis menyusul hari ini.

Data harga rumah di 20 pasar terbesar di AS membukukan kenaikan sedikit lebih tinggi dari perkiraan pada Desember 2023, berdasarkan indeks S&P CoreLogic Case-Shiller.

Kelompok ini melihat kenaikan harga secara tahunan (year-on-year/yoy) sebesar 6,1%, sedikit lebih tinggi dari perkiraan 6% dari Dow Jones.

Dari kelompok tersebut, San Diego mengalami kenaikan terbesar, naik 8,8%, diikuti oleh Los Angeles dan Detroit, dengan masing-masing mengalami kenaikan 8,3%. Tujuh belas dari 20 pasar teratas mengalami keuntungan.

Hal ini terjadi sebelum pembacaan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) yang diawasi ketat pada Januari 2024 dan data pendapatan pribadi, di mana keduanya dijadwalkan untuk dirilis pada Kamis mendatang.

Investor akan mengamati rilis data ini untuk mendapatkan petunjuk masa depan mengenai kesehatan perekonomian dan wawasan mengenai jalur kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

"PCE berpotensi menjadi katalisator besar di kedua arah dam sejauh ini merupakan hal terbesar yang harus diperhatikan oleh pasar," kata Ross Mayfield, analis strategi investasi di Baird, dikutip dari CNBC International.

Jika pembacaan PCE mirip dengan pembacaan inflasi harga konsumen dan produsen baru-baru ini, hal ini dapat memaksa The Fed untuk mempertahankan suku bunga pada tingkat saat ini lebih lama dari perkiraan pasar.

Pada Senin lalu, Presiden The Fed Kansas City, Jeffrey Schmid menggunakan pidato pertamanya mengenai kebijakan untuk memberi sinyal bahwa ia tetap fokus pada ancaman inflasi yang tinggi dan tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga.

Selain itu, Gubernur The Fed, Michelle Bowman mengindikasikan bahwa dia tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga, mengingat risiko positif terhadap inflasi yang dapat menghambat kemajuan atau bahkan menyebabkan tekanan harga kembali meningkat.

"Ini sangat kacau, rasanya seperti sedikit melebar. Namun, pasar setidaknya sudah terbiasa dengan kenyataan bahwa mereka tidak akan mendapatkan apa yang mereka inginkan sehingga mereka sepertinya mundur," kata Ken Polcari, Managing Partner di Kace Capital Advisors di Boca Raton, Florida, dikutip dari Reuters.

Pasar keuangan RI sudah mulai membaik kemarin. Namun pada hari ini, pergerakannya masih cenderung mendatar terutama IHSG, karena investor masih wait and see menanti rilis data inflasi Indonesia pada Jumat mendatang dan beberapa rilis data ekonomi di global

Terlepas dari hal tersebut, hasil real count Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 masih bersifat sementara, alias perhitungan masih berlangsung. Apalagi, proses perhitungan suara masih dilakukan oleh KPU hingga 20 Maret mendatang.

Hingga Selasa kemarin pukul 23:00 WIB, menunjukkan pasangan calon (paslon) 2 sudah jauh meninggalkan pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Data yang terbaru masih menunjukkan hasil perhitungan suara per Rabu hari ini (28/2/2024) pukul 05:00 WIB dengan 77, 64% data Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang telah tertampung dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka kokoh di posisi pertama dengan perolehan suara 58,84%.

APBN 2025, Defisit Melebar dan pertumbuhan Maksimal 5,6%

Pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah menetapkan rancangan defisit APBN pada 2025 sebesar 2,48%-2,8%. Angka defisit itu melebar dari yang ditetapkan untuk APBN 2024 sebesar 2,29%. Seperti diketahui, APBN 2025 akan menjadi pedoman presiden berikutnya. Melihat data real count KPU, APBN tersebut akan digunakan Prabowo Subianto.

Rancangan defisit itu diiringi dengan target pertumbuhan ekonomi 2025 sebesar 5,3%-5,6%. Di atas target pertumbuhan 2024 sebesar 5,2% dan realisasi pertumbuhan ekonomi 2023 sebesar 5,05%.

APBN masa transisi pemerintahan terakhir Jokowi dengan pemerintahan baru pemenang Pilpres 2024 pun telah memasukkan program seperti makan siang gratis yang diusung Calon Presiden Prabowo Subianto.

"Jadi yang paling penting adalah pertama adalah komunikasi antara pemerintah sekarang dengan pemerintah yang akan datang untuk bisa mewadahi di dalam rancangannya," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati seusai sidang kabinet paripurna pembahasan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2025 seperti dikutip Selasa (27/2/2024).

Seiring dengan meningkatnya defisit itu, belanja investasi juga naik di kisaran 0,5% sampai dengan 1% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Adapula pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan 5,3-5,6%, tingkat kemiskinan antara 6-7%, dan tingkat pengangguran terbuka 4-5%. Rasio gini di sekitar 0,37.

Target pertumbuhan sebesar 5,3-5,6% dan defisit yang melebar menjadi 2,8% pada 2025 memberi sejumlah konsekuensi kepada ekonomi Indonesia.

Dengan target pertumbuhan ekonomi yang tinggi maka pemerintah memperkirakan adanya aktivitas ekonomi yang lebih besar dan meningkat. Kondisi ini akan berdampak kepada perusahaan, termasuk yang listing di bursa Indonesia.

Dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi maka perusahaan pun diharapkan bisa mendapat keuntungan lebih besar dari kenaikan penjualan.
Sementara itu, defisit yang melebar bisa berimplikasi kepada SBN dan nilai tukar. Dengan target defisit yang melebar maka kemungkinan pemerintah akan meningkatkan utang melalui penerbitan SBN.

Kondisi ini bisa menambah pasokan SBN di pasar sehingga harga turun. Pelebaran defisit yang tidak bisa dijaga juga bisa berdampak besar kepada keyakinan pasar keuangan yang bisa melemahkan nilai tukar atau menekan harga SBN.

Data perkiraan kedua PDB AS

Pada hari ini, AS akan merilis data perkiraan kedua dari pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) pada kuartal IV-2023.

Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan PDB AS pada perkiraan kedua secara basis kuartalan (quarter-to-quarter/qtq) mencapai 3,3%, lebih rendah dari posisi kuartal III-2023 yang mencapai 4,9%.

Perekonomian Negeri Paman Sam dinilai sedang tidak baik-baik saja oleh beberapa pengamat. Bahkan, CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon kembali menyuarakan ancaman yang dapat memengaruhi perekonomian dunia di tahun ini.

 Hal ini diungkapkan dalam forum JPMorgan High Yield and Leveraged Finance Conference di Miami, Senin kemarin.

Di sebuah momen wawancara dengan CNBC International, Dimon berpendapat bahwa ada kemungkinan besar bahwa perekonomian terbesar dunia, Amerika Serikat (AS), sedang menuju resesi. Menurutnya, ini membuat pasar sedang menerka kemungkinan kapan era suku bunga tinggi berakhir.

"Pasar sedang menentukan harga dalam kondisi soft landing. Itu mungkin saja terjadi," ujarnya.

Komentar tersebut muncul saat pasar mengubah ekspektasinya terhadap kebijakan moneter. Setelah sebelumnya pelaku pasar di awal tahun memperkirakan kemungkinan rangkaian penurunan suku bunga secara agresif pada Maret, mereka kini melihat bahwa pelonggaran tersebut baru akan dimulai pada Juni atau bahkan Juli.

Seiring dengan kenaikan suku bunga, pasar juga harus menghadapi The Fed yang akan menghentikan kepemilikan obligasinya, sebuah proses yang dikenal sebagai pengetatan kuantitatif atau QT.

"Selalu merupakan kesalahan jika hanya melihat tahunnya saja," kata Dimon.

"Semua faktor yang kita bicarakan: QT, defisit belanja fiskal, geopolitik, hal-hal tersebut mungkin akan terjadi selama beberapa tahun. Tapi hal itu akan terjadi dan akan memberikan efek dan dalam pikiran saya, saya hanya berhati-hati dalam segala hal."

Meski ada awan gelap, Dimon mengatakan ia tidak melihat adanya kemungkinan seburuk krisis keuangan tahun 2008. Diketahui, pada periode itu, bank-bank terkena dampak dari keruntuhan industri subprime mortgage.

"Suku bunga yang lebih tinggi dan resesi dapat berdampak buruk pada bidang-bidang seperti real estate komersial dan bank regional, namun dengan dampak makroekonomi yang terbatas," tambahnya.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. Rilis data indikator IHK Australia periode Januari 2024 (07:30 WIB),
  2. Presiden Jokowi menghadiri Rapat Pimpinan TNI/Polri di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur. Turut hadir Menteri Pertahanan (09.00 WIB)
  3. Konferensi pers AAUI: Analisa Kinerja Industri Asuransi Umum Tahun 2023 (15.30 WIB)
  4. Rilis data indeks sentimen ekonomi Uni Eropa periode Februari 2024 (17:00 WIB),
  5. Rilis data final indeks keyakinan konsumen Uni Eropa periode Februari 2024 (17:00 WIB),
  6. Rilis data estimasi kedua pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat periode kuartal IV-2023 (20:30 WIB).

 

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  1. Tender offer PT Ketrosden Triasmitra Tbk (KETR),
  2. Ex date right issue PT Bank BTPN Tbk (BTPN),

 

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular