
APBN Presiden Baru Mulai Dirancang, Akankah Berdampak ke IHSG-Rupiah?

Dari Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street, ditutup beragam pada perdagangan Selasa atau Rabu dini hari waktu Indonesia. Indeks Dow Jones melemah 0,25% atau 96,82 poin ke 38.972,41. Indeks Nasdaq menguat 0,37% atau 59,05 poin ke 16.035,3 dan indeks S&P 500 menanjak 0,17% atau 8,65 poin ke 5.078,18.
Menguatnya indeks Nasdaq dan S&P menjadi kabar baik mengingat keduanya jatuh pada hari sebelumnya.
"Apa yang membuat saham teknologi, consumer goods, layanan komunikasi dan keuangan menguat adalah adanya optimisme pasar adalah pemangkasan suku bunga," tutur Sam Stovall, chief investment strategist di CFRA Research, dilansir dari CNBC International.
Data keyakinan konsumen AS menunjukkan indeks turun menjadi 106,7 pada Februari 2024, dari 110,9 pada Januari ataupun ekspektasi pasar yakni 115.1
Data dari Departemen Perdagangan AS yang dirilis juga menunjukkan bahwa pesanan barang tahan lama turun lebih besar dari perkiraan pada Januari lalu, dengan faktor utamanya adalah penurunan besar dalam permintaan transportasi.
Pesanan barang tahan lama anjlok 6,1% pada bulan lalu, lebih buruk dari penurunan 0,3% yang direvisi ke bawah pada Desember 2023 dan estimasi Dow Jones yang memperkirakan penurunan sebesar 5%.
Kategori ini mencakup beragam produk seperti pesawat terbang, peralatan, dan komputer. Transportasi adalah penyebab utama penurunan bulan lalu, yakni turun 16,2%.
Adapun pesanan baru tidak termasuk transportasi, turun 0,3%, sementara pesanan baru ex-pertahanan turun 7,3%.
Investor juga mengamati lebih banyak data ekonomi mengenai data harga perumahan yang sudah dirilis dan indeks keyakinan konsumen yang akan dirilis menyusul hari ini.
Data harga rumah di 20 pasar terbesar di AS membukukan kenaikan sedikit lebih tinggi dari perkiraan pada Desember 2023, berdasarkan indeks S&P CoreLogic Case-Shiller.
Kelompok ini melihat kenaikan harga secara tahunan (year-on-year/yoy) sebesar 6,1%, sedikit lebih tinggi dari perkiraan 6% dari Dow Jones.
Dari kelompok tersebut, San Diego mengalami kenaikan terbesar, naik 8,8%, diikuti oleh Los Angeles dan Detroit, dengan masing-masing mengalami kenaikan 8,3%. Tujuh belas dari 20 pasar teratas mengalami keuntungan.
Hal ini terjadi sebelum pembacaan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) yang diawasi ketat pada Januari 2024 dan data pendapatan pribadi, di mana keduanya dijadwalkan untuk dirilis pada Kamis mendatang.
Investor akan mengamati rilis data ini untuk mendapatkan petunjuk masa depan mengenai kesehatan perekonomian dan wawasan mengenai jalur kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
"PCE berpotensi menjadi katalisator besar di kedua arah dam sejauh ini merupakan hal terbesar yang harus diperhatikan oleh pasar," kata Ross Mayfield, analis strategi investasi di Baird, dikutip dari CNBC International.
Jika pembacaan PCE mirip dengan pembacaan inflasi harga konsumen dan produsen baru-baru ini, hal ini dapat memaksa The Fed untuk mempertahankan suku bunga pada tingkat saat ini lebih lama dari perkiraan pasar.
Pada Senin lalu, Presiden The Fed Kansas City, Jeffrey Schmid menggunakan pidato pertamanya mengenai kebijakan untuk memberi sinyal bahwa ia tetap fokus pada ancaman inflasi yang tinggi dan tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga.
Selain itu, Gubernur The Fed, Michelle Bowman mengindikasikan bahwa dia tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga, mengingat risiko positif terhadap inflasi yang dapat menghambat kemajuan atau bahkan menyebabkan tekanan harga kembali meningkat.
"Ini sangat kacau, rasanya seperti sedikit melebar. Namun, pasar setidaknya sudah terbiasa dengan kenyataan bahwa mereka tidak akan mendapatkan apa yang mereka inginkan sehingga mereka sepertinya mundur," kata Ken Polcari, Managing Partner di Kace Capital Advisors di Boca Raton, Florida, dikutip dari Reuters.
(chd/chd)