Newsletter

Dunia Tunggu Kabar dari Jepang & Amerika, Semoga Baik-Baik Saja

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
27 February 2024 06:00
Bursa efek Indonesia
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
  • Pasar keuangan Indonesia mayoritas mengakhiri perdagangan di zona merah
  • Wall Street melemah berjamaah di tengah sikap wait and see investor menunggu data pengeluaran konsumen AS
  • Data inflasi Jepang serta perkembangan di AS akan menjadi sentimen penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air pada perdagangan Senin (26/2/2024) cenderung merana, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), rupiah, dan Surat Berharga Negara (SBN) ditutup di zona merah.

Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih akan bergerak melemah pada hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen penggerak pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

IHSG pada perdagangan kemarin ditutup terkoreksi 0,15% ke posisi 7.283,82. Meski terkoreksi, tetapi IHSG masih cenderung bertahan di level psikologis 7.200. kemarin.

Nilai transaksi IHSG pada kemarin mencapai sekitar Rp 8,6 triliun, dengan melibatkan 17 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. Sebanyak 230 saham terapresiasi, 309 saham terdepresiasi dan 238 saham stagnan.

Investor asing mulai melakukan aksi jual bersih (net sell), setelah beberapa hari mencatatkan pembelian bersih (net buy). Tercatat, net sell asing mencapai Rp 912,86 miliar di pasar reguler. Tetapi, net sell asing ini masih lebih rendah dari net buy asing dalam beberapa hari sebelumnya, dengan rata-rata mencapai lebih dari Rp 1 triliun.

Sedangkan di bursa Asia-Pasifik, secar mayoritas melemah. Kecuali bursa saham Australia (ASX 200), Jepang (Nikkei 225), dan Taiwan (TAIEX). Bahkan, Nikkei 225 kembali mencetak rekor barunya kemarin.

Sementara untuk indeks VNI Vietnam menjadi bursa saham yang paling parah koreksinya kemarin yakni mencapai 1%.

Berikut pergerakan IHSG dan bursa Asia-Pasifik pada perdagangan Senin kemarin.

Sedangkan untuk mata uang rupiah pada perdagangan kemarin ditutup melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), setelah beberapa hari terakhir menguat.

Berdasarkan data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan kemarin di posisi Rp 15.625/US$ di pasar spot, melemah 0,22% di hadapan dolar AS.

Di Asia-Pasifik, cenderung bervariasi, di mana dolar Taiwan menjadi yang paling kencang penguatannya kemarin yakni mencapai 0,29%. Sedangkan peso Filipina menjadi yang paling parah koreksinya kemarin yakni mencapai 0,35%.

Berikut pergerakan rupiah dan mata uang Asia pada perdagangan Senin kemarin.

Adapun di pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan kemarin harganya berbalik melemah, terlihat dari imbal hasil (yield) yang berbalik naik.

Melansir data dari Refinitiv, imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara terpantau naik 0,5 basis poin (bp) menjadi 6,569%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Ketika yield naik, maka tandanya investor sedang melepas SBN.

Investor di dalam negeri khawatir dengan adanya fenomena twin deficit, karena dapat mengancam perekonomian Indonesia ke depannya.

Pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) pada Kamis pekan lalu mencatat defisit Transaksi Berjalan hingga US$ 1,3 Miliar pada kuartal IV-2023. Sementara secara keseluruhan tahun 2023 defisitnya mencapai US$ 1,6 Miliar atau 0,1% dari PDB.

Di sisi lain, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 defisit sebesar Rp347,6 triliun atau 1,65% dari produk domestik bruto (PDB).

Ekonom CIMB Niaga, Mika Martumpal mengatakan twin deficit kerap berdampak negatif ke pasar keuangan RI, meski faktor suku bunga dan prospek pertumbuhan global turut mempengaruhi stabilitas pasar.

Senada dengan Mika Martumpal, Treasury Division Head BTN, Sindhu Rahadian Ardita menilai twin deficit sudah jamak dialami RI, namun upaya pemerintah mendorong hiliriasi berpotensi mendorong surplus transaksi berjalan sehingga twin deficit bisa semakin ditekan.

Lebih lanjut, investor asing juga terlihat keluar dari SBN selama tiga pekan beruntun sekitar Rp4 triliun sejak pekan kedua Februari 2024.

Terakhir berdasarkan data transaksi 19 - 22 Februari 2024 yang dirilis BI, asing di pasar keuangan domestik tercatat beli neto Rp 1,01 triliun terdiri dari jual neto Rp 0,19 triliun di pasar SBN, beli neto Rp 2,08 triliun di pasar saham, dan jual neto Rp 0,88 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Dari Amerika Seikat (AS), bursa Wall Street kebakaran berjamaah. Tiga indeks utama mereka yakni Dow Jones, Nasdaq, dan S&P 500 mengakhiri perdagangan di zona merah pada Senin waktu AS atau Selasa dini hari waktu Indonesia.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melemah 0,16% arau 62,3 poin ke 39.069,23. Indeks Nasdaq melandai 0,13% atau 20,57 poin ke 15.976,25 sementara indeks S&P 500 jatuh 0,38% atau 19,27 poin ke 5.069,53.

Indeks melemah setelah pelaku pasar melakukan rally pada pekan lalu. Pelaku pasar juga menunggu data pengeluaran pribadi konsumen AS atau PCE pada Kamis pekan ini.

Pasar saham AS mulai memasuki pekan terakhir di Februari 2024, setelah ketiga indeks mencapai tonggak penting dan mencatatkan minggu-minggu cerahnya dengan bantuan kenaikan saham chip Nvidia, di mana penopangnya yakni kinerja yang membaik di kuartal IV-2023.

Investor kini mengamati apakah momentum kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dapat bertahan seiring dengan masih adanya risiko ekonomi dan inflasi.

"Nvidia telah menjadi hadiah yang terus diberikan dengan laporan kinerja yang positif dan mendorong sektor semikonduktor, teknologi, dan pasar yang lebih luas lebih tinggi dalam seminggu terakhir. Dengan pasar sekarang naik lebih dari 20% sejak level terendahnya pada Oktober 2023, kami memperkirakan pasar akan mengambil jeda pada suatu saat," ujar Stephanie Lang, kepala investasi di Homrich Berg, dikutip dari CNBC International.

Di lain sisi, pasar telah mengesampingkan pemangkasan suku bunga pada pertemuan The Fed Maret mendatang dan baru-baru ini memundurkan ekspektasi pelonggaran suku bunga ke pertemuan Juni, menurut FedWatch Tool dari CME.

Berdasarkan perangkat tersebut, pasar yang memperkirakan The Fed masih akan menahan suku bunga acuannya di pertemuan 20 Maret mendatang mencapai 98%. Hal ini tentunya berkebalikan dari posisi awal tahun ini yang banyak memperkirakan The Fed mulai memangkas suku bunga.

Perubahan ekspektasi pasar ini disebabkan karena pernyataan The Fed yang tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga dan menyatakan optimisme dan kehati-hatian terhadap inflasi.

Keputusan pemangkasan suku bunga akan diambil jika pejabat The Fed memiliki keyakinan yang besar bahwa inflasi terus melandai.

Selain data inflasi PCE, investor di Wall Street juga akan menanti rilis data mengenai barang tahan lama, kepercayaan konsumen, dan aktivitas manufaktur akan dirilis akhir pekan ini.

"Banyak posisi yang bersiap menghadapi data besar, investor hanya berusaha memastikan bahwa mereka tidak kekurangan atau kelebihan berat badan karena tren tidak bergerak," kata Rob Haworth, ahli strategi investasi senior di U.S. Bank Wealth Management di Seattle, dikutip dari Reuters.

Pasar keuangan RI diprediksi masih akan cenderung volatil, terutama IHSG, di mana bursa saham acuan Tanah Air tersebut juga berpotensi masih lesu pada hari ini.

Apalagi, asing mulai melakukan aksi profit taking, sehingga masih ada kemungkinan IHSG terkoreksi kembali. Selain itu, investor juga sedang memasang mode wait and see menanti rilis data inflasi Indonesia pada Jumat mendatang dan beberapa rilis data ekonomi di global.

Terlepas dari hal tersebut, hasil real count Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 masih bersifat sementara, alias perhitungan masih berlangsung. Apalagi, proses perhitungan suara masih dilakukan oleh KPU hingga 20 Maret mendatang.

Hingga Selasa pagi (27/2/2024) pukul 05:00 WIB, menunjukkan pasangan calon (paslon) 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sudah jauh meninggalkan pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Data yang terbaru masih menunjukkan hasil perhitungan suara per Selasa kemarin pukul 05:00 WIB dengan 77,41% data Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang telah tertampung dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka kokoh di posisi pertama dengan perolehan suara 58,84%. Sementara itu, Anies-Cak Imin memperoleh suara sebanyak 24,46% dan Ganjar-Mahfud mengumpulkan suara 16,7%

 

Inflasi Jepang

Pada hari ini, Selasa (27/2/2024), data inflasi Jepang periode Januari 2024 akan dirilis. Data ini tentunya ditunggu oleh pelaku pasar di Asia-Pasifik, mengingat kondisi inflasi Jepang mulai terus menurun sejak menyentuh level 3% dari Februari 2023 hingga Oktober 2023. Bahkan pada Januari 2023, inflasi Jepang sempat menyentuh 4,3%.

Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan akan kembali melandai pada bulan lalu, yakni menjadi 2,1%, dari sebelumnya pada Desember 2023 sebesar 2,6%.

Inflasi Jepang yang kembali menyusut pada periode Oktober-Desember 2023 turut membuat konsumsi swasta menyusut 0,2% pada periode Oktober-Desember, turun selama tiga kuartal berturut-turut. Adapun konsumsi swasta menjadi menyumbang lebih dari separuh PDB Jepang.

Sedangkan konsumsi pemerintah juga terlihat menyusut pada kuartal empat tahun lalu sebesar 0,1%.

Alhasil, perekonomian Jepang pun terlihat lesu. Bahkan, Jepang resmi masuk ke dalam resesi teknikal, karena dalam dua kuartal beruntun, perekonomian Jepang mengalami tumbuh negatif atau kontraksi.

Melansir dari data pemerintah Jepang pada Kamis (15/2/2024), PDB Jepang terkontraksi -0,4% pada kuartal empat 2023 dan pada kuartal tiga 2023 juga mengalami kontraksi sebesar -3,3%.

Laporan PDB terbaru itu jauh meleset dari perkiraan pertumbuhan 1,4% dalam jajak pendapat para ekonom Reuters. Kontraksi ekonomi membuat Jepang telah kehilangan posisinya sebagai negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia dan kini ditempati oleh Jerman.

PDB nominal Jepang untuk 2023, yang tidak disesuaikan dengan inflasi, berada di angka 591,48 triliun yen (Rp104,17/JYP) setara Rp61.614 triliun atau US$ 4,21 triliun (Asumsi Rp15.585/US$). Nilai tersebut lebih kecil dari ukuran ekonomi Jerman yang mencapai US$ 4,46 triliun.

Inflasi yang terus menurun karena konsumsi yang melambat dinilai wajar di Jepang, karena warga Jepang cenderung lebih suka menabung dibandingkan belanja.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jepang, menunjukkan dalam setahun terakhir ini tingkat tabungan rumah tangga terus meningkat, pada Januari hanya tercatat 16,1% kemudian melonjak ke atas 60% pada Desember 2023.

Hal tersebut kontras jika dibandingkan dengan pengeluaran rumah tangga yang cenderung dalam tren turun. Terlihat pada Januari sebesar 2,7% kemudian pada Desember malah berkontraksi hingga -0,9%.

 

Indeks Keyakinan Konsumen Amerika Serikat 

Selain inflasi Jepang, pada hari ini, tepatnya di AS dan Jerman akan dirilis data indeks keyakinan konsumen (IKK) untuk periode Februari 2024 dan Maret 2024 (Jerman).

Untuk di AS, IKK versi Coference Board (CB) periode Februari 2024 akan dirilis malam hari ini. Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan IKK Negeri Paman Sam pada bulan ini cenderung naik menjadi 115, dari sebelumnya pada Januari lalu di 114,8.

IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Skor di atas 100 menandakan konsumen optimistis melihat situasi ekonomi. Bila indeks melesat maka inflasi diproyeksi sulit turun dengan cepat sehingga The Fed bisa semakin lama menahan suku bunga di level tinggi 5,25-5,50%.

Subsidi Listrik & BBM Serta Pelebaran Defisit Anggaran Pemerintah

Pemerintah telah memutuskan untuk tidak menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) maupun listrik pada tahun ini. Namun, keputusan itu hanya berlaku sampai Juni 2024.

Demikian disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Menurutnya, keputusan itu telah ditetapkan dalam sidang kabinet paripurna yang digelar Presiden Joko Widodo kemarin.

"Tadi diputuskan dalam sidang kabinet paripurna tidak ada kenaikan listrik, tidak ada kenaikan BBM sampai Juni, baik itu yang subsidi maupun non subsidi," kata Airlangga di kantornya, Jakarta, Senin (26/2/2024)

Dengan ketetapan itu, maka pemerintah menurut Airlangga telah menetapkan tambahan anggaran untuk Pertamina maupun Perusahaan Listrik Negara (PLN) supaya tidak ada perubahan harga.

Namun, dia belum menjelaskan besaran perubahan anggaran subsidi energinya. Sebagaimana diketahui pada tahun ini target subsidi energi sebesar Rp 186,9 triliun. Rinciannya ialah Rp 113,3 triliun untuk subsidi BBM dan LPG, serta Rp 73,6 triliun untuk subsidi listrik.

Oleh sebab itu, ia mengatakan, defisit APBN akan melebar dari yang ditetapkan, 2.29% dari PDB pada tahun ini, menjadi sekitar 2,8%. Seiring dengan adanya penambahan kebutuhan anggaran untuk beberapa pos anggaran.

Pelebaran defisit kemungkinan besar akan berdampak kepada penerbitan surat utang pemerintah yang akan mempengaruhi supply dan demand pasar SBN. Bila SBN melimpah maka harga isa jatuh sehingga imbal hasil naik.
Di sisi lain, perpanjangan subsidi BBM diharapkan bisa menjaga daya beli masyarakat sehingga laju ekonomi bisa melaju lebih kencang. Hal ini akan berdampak positif ke pendapatan perusahaan karena penjualan akan meningkat. IHSG pun diharapkan bisa bergairah.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. Rilis data inflasi Jepang periode Januari 2024 (06:30 WIB),
  2. Konferensi pers Kepala Badan Pangan Nasional terkait ketahanan dan kerentanan pangan (09:00 WIB)
  3. Rilis data indeks keyakinan konsumen Jerman periode Maret 2024 (14:00 WIB),
  4. Rilis data pesanan barang tahan lama Amerika Serikat periode Januari 2024 (20:30 WIB),
  5. Pidato The Fed Barr (21:05 WIB),
  6. Rilis data indeks keyakinan konsumen Amerika Serikat (Coference Board) periode Februari 2024 (22:00 WIB).

 

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  1. RUPS Luar Biasa PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (09:30 WIB),
  2. Cum date right issue PT Bank BTPN Tbk (BTPN),
  3. IPO PT Satu Visi Putra Tbk (VISI).
  4. Konferensi pers laporan kinerja industri asuransi jiwa Desember 2023 (09:30 WIB)

 

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(chd/chd) Next Article Mohon Perhatian! Pekan Ini Banyak Kabar Penting dari AS, China & RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular