Mohon Perhatian! Pekan Ini Banyak Kabar Penting dari AS, China & RI
- Pasar keuangan Tanah Air secara mayoritas berkinerja positif pada pekan lalu, kecuali IHSG yang terkoreksi karena aksi profit taking investor
- Wall Street terpantau bergairah pada pekan lalu, ditopang oleh melonjaknya saham Nvidia karena kinerja keuangannya yang positif.
- Pekan ini, beberapa data penting akan dirilis seperti data inflasi Indonesia, data inflasi PCE Amerika Serikat (AS), dan PMI manufaktur di beberapa negara.
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia pada pekan lalu secara mayoritas positif, kecuali Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung volatile. Sedangkan rupiah terpantau bergairah, dan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) terpantau turun.
Pada pekan lalu, IHSG melemah 0,55% secara point-to-point (ptp). Namun selama lima hari pada pekan lalu, pergerakan IHSG cenderung volatil.
Pada perdagangan Jumat (23/2/2024) akhir pekan lalu, IHSG terpaksa ditutup terkoreksi 0,61% ke posisi 7.295,09. Padahal, IHSG sempat menyentuh rekor tertinggi sementaranya dan juga kembali ke level psikologis 7.300.
Meski terkoreksi, tetapi investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy)mencapai Rp 2,94 triliun di pasar reguler sepanjang pekan lalu.
Sedangkan untuk rupiah, sepanjang pekan lalu menguat 0,16% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) secara point-to-point (ptp). Pada perdagangan akhir pekan lalu, mata uang Garuda ditutup melemah tipis 0,03% di level Rp 15.590/US$.
Penguatan mingguan tersebut membuat rupiah berhasil bertahan di zona penguatan selama empat pekan beruntun.
Sementara di pasar SBN, yield tenor 10 tahun yang merupakan acuan SBN negara berada di level 6,564% per akhir pekan lalu, naik 5,7 basis poin (bp) dari posisi perdagangan pekan sebelumnya di 6,621%
Yield yang turun menandai harga SBN yang sedang naik, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Yield SBN turun menandakan bahwa investor cenderung mengoleksi SBN, terutama investor asing.
Rupiah yang perkasa dan SBN yang sedang diburu investor tidak lain karena langkah Bank Indonesia (BI) yang tetap menahan suku bunga acuan kendati ketidakpastian pasar keuangan global masih cenderung tinggi.
Sebagaimana diketahui, Dewan Gubernur Bank Indonesia kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 6,00% pada bulan ini. Tingkat suku bunga BI Rate di level 6,00% sudah berlaku sejak Oktober 2023.
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, keputusan mempertahankan BI Rate pada level 6% tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability.
"Yaitu untuk penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1% pada 2024," kata Perry saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu (21/2/2024).
Perry juga menambahkan bahwa kebijakan mempertahankan suku bunga acuan itu didasari dari proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang lebih baik dibanding proyeksi sebelumnya. Meskipun BI anggap ketidakpastian pasar keuangan masih tinggi.
"Ekonomi global diperkirakan tumbuh sebesar 3,1% pada 2023 dan 3,0% pada 2024, lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya masing-masing sebesar 3,0% dan 2,8%," ucap Perry.
Sementara ketidakpastian global masih terus terjadi dibuktikan oleh kuatnya indikator-indikator ekonomi AS yang melampaui ekspektasi, melambatnya perekonomian China, dan resesi teknis di Inggris dan Jepang.
Terlepas dari tantangan yang ada, BI tetap yakin untuk memproyeksikan penurunan Fed Fund Rate (FFR) yang dijadwalkan pada semester kedua 2024, dengan mengantisipasi penurunan total sebesar 75 basis poin (bp).
Tak berhenti sampai di situ, rupiah terbilang bergerak stabil pada pekan ini terdorong dari rilis data NPI Indonesia yang mengalami surplus cukup besar yakni US$ 8,6 miliar pada kuartal IV-2023 dan surplus sebesar US$ 6,3 miliar sepanjang 2023.
Bila dirupiahkan dengan kurs per Kamis (22/2/2024) yakni Rp 15.585/US$ maka angkanya mencapai Rp 134,03 triliun untuk kuartal IV dan Rp 98,19 triliun.
Surplus NPI ini ditopang oleh kuatnya kinerja transaksi modal dan finansial, terutama karena asing sudah mulai masuk kembali ke investasi portofolio.
Namun, IHSG cenderung mengecewakan pada pekan lalu. Hal ini sepertinya karena investor di dalam negeri sudah mulai merealisasikan keuntungannya setelah sehari usai hari Pemilu dua pekan lalu, kenaikan IHSG cukup signifikan, meski di pasar saham asing masih terus memburu saham-saham di RI.
(chd/chd)