Newsletter

Pesta Prabowo Effect Dibayangi Sentimen dari Amerika

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
Jumat, 16/02/2024 06:03 WIB
Foto: Prabowo Subianto melambaikan tangan ke pendukung saat keluar dari Istora Senayan, Rabu (14/2/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
  • Pasar keuangan Indonesia kemarin bergerak beragam dengan dominasi penguatan pada pasar modal dan yield obligasi Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun mengalami kenaikan, sementara rupiah terkoreksi

  • Wall Street kompak menguat, S&P 500 kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (All Time High/ATH)

  • Sentimen pasar keuangan domestik masih akan dipengaruhi sentimen Pemilu 2024 dan rilis data penting dari dalam dan luar negeri

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia hari ini diperkirakan masih akan didominasi dengan sentimen tren positif berkat hasil Pemilu 2024 yang berpotensi 1 putaran dan Wall Street yang kompak menguat. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat, nilai tukar rupiah terkoreksi, sementara yield Surat Berharga Negara (SBN) terpantau mengalami penurunan yang menandakan kenaikan harga.

Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih akan dipengaruhi oleh sentimen positif pasar keuangan dalam negeri maupun luar negeri. Selengkapnya mengenai sentimen pasar pekan ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

IHSG pada penutupan perdagangan kemarin, Kamis (15/2/2024) ditutup di posisi 7.303,28. Indeks menguat 93,5 poin atau 1,30%.

Sebanyak 348 saham menguat, 201 saham melemah dan 227 saham stagnan. Nilai perdagangan tercatat Rp 16,6 triliun dengan melibatkan lebih dari 21,26 miliar saham.
Penguatan ini diiring dengan aksi net buy asing sebesar Rp 2,73 triliun di seluruh pasar. Asing terpantau kembali mengakumulasi saham domestik dengan pembelian sebesar Rp 1,23 triliun pada perdagangan sebelumnya.

Penguatan IHSG terjadi seiring dengan melesatnya saham bank big cap. Empat bank buku-IV dengan kapitalisasi pasar terbesar di IHSG kompak menguat. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) melonjak 2,08%, Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) naik 2,49%, Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) terapresiasi 2,13%, dan Bank Central Asia Tbk (BBCA) menguat 1,29%.

Salah satu saham yang kenaikannya menjadi sorotan yaitu PT PP (Persero) Tbk (PTPP) sebagai salah satu BUMN karya yang terimbas positif dengan kuatnya suara Prabowo baik dari quick count dan real count.

Melesatnya saham PTPP yang erat kaitannya dengan pengembangan Ibu Kota Nusantara (IKN) disebabkan adanya sentimen bahwa Prabowo berniat melanjutkan program pembangunan era Presiden Joko Widodo (Jokowi). Saham PTPP melesat 24,44% pada perdagangan kemarin.

Mayoritas sectoral di IHSG berada di zona hijau di mana penguatan tertinggi disebabkan oleh sektor bahan dasar, konsumsi non siklikal yang menguat lebih dari 2%. Satu-satunya sektor yang terkoreksi hanyalah sektor teknologi.

Dari pasar uang, Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) usai data neraca dagang Badan Pusat Statistik (BPS) di luar ekspektasi pasar dan utang luar negeri (ULN) Indonesia yang kian bertambah tinggi. Pergerakan rupiah juga dipengaruhi oleh data inflasi AS yang lebih tinggi dari ekspektasi pasar.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,16% di angka Rp15.615/US$. Posisi ini mematahkan tren penguatan yang terjadi sejak 7 Februari 2024.

BPS, kemarin, melaporkan bahwa neraca perdagangan Indonesia Januari 2024 hanya surplus US$2,01 miliar. Ekspor Indonesia pada Januari 2024 turun 8,34% (month to month/mtm) menjadi US$20,52 miliar. Impor US$18,51 miliar atau naik 0,36% (mtm).

Surplus neraca perdagangan beserta ekspor impor yang tercatat lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi pelaku pasar yang dihimpun oleh CNBC Indonesia.

Sebelumnya konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari sembilan lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Januari 2024 akan mencapai US$ 2,42 miliar.

Chief Economist BCA David Sumual menilai perlambatan surplus neraca dagang Januari 2024 sudah selaras dengan melambatnya demand global dan turunnya harga komoditas.

Angka yang lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi ini memberikan dampak negatif bagi pasar keuangan domestik termasuk rupiah mengingat perspektif investor khususnya investor asing terhadap Indonesia menjadi kurang baik.

Lebih lanjut, ULN yang dirilis BI juga tercatat mengalami kenaikan pada Desember 2023 atau kuartal IV-2024 tercatat sebesar US$407,1 miliar atau Rp6.349,13 triliun (Rp15.596 per US$). Angka ini tumbuh 2,7% (year on year/yoy) dan meningkat 1,54% dibandingkan November 2024.

Dari pasar SBN, yield atau imbal hasil SBN tenor 10 tahun seri benchmark terpantau turun berada di level 6,623%. Penurunan imbal hasil obligasi mengindikasikan keberanian pelaku pasar berinvestasi di surat utang Indonesia.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang diburu investor, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Ketika yield naik, mengindikasikan investor sedang menjual SBN.


(mza/mza)
Pages