Newsletter

Pesta Prabowo Effect Dibayangi Sentimen dari Amerika

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
16 February 2024 06:03
Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto mendapatkan ucapan selamat atas perhitungan hasil pemilu dari 5 pemimpin negara melalui telepon.
Foto: Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto mendapatkan ucapan selamat atas perhitungan hasil pemilu dari 5 pemimpin negara melalui telepon. (Instagram @prabowo)

Pelaku pasar di Indonesia terus dihadapkan pada gelombang sentimen yang berkaitan dengan Pemilu 2024, yang mencakup pemilihan presiden dan legislatif. Selain itu, investor juga perlu memperhatikan rilis data penting dari pasar domestik dan global.

Dalam konteks ini, sentimen dalam negeri muncul dari rilis penjualan ritel Indonesia periode Desember 2023 yang dijadwalkan pada hari ini, Jumat (16/2/2024) pukul 10.00 WIB. Sementara itu, pasar keuangan akan dipengaruhi oleh sentimen dari rilis data indeks harga produsen (PPI) AS periode Januari 2024 yang diumumkan setelah penutupan pasar, tepatnya pukul 20.30 WIB.

Pemilu 2024: Dominasi Prabowo-Gibran dan Prospek IHSG Tembus 7.400

Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, masih memimpin dalam berbagai quick count dan real count KPU.

Berdasarkan data dari enam lembaga survei, yaitu Litbang Kompas, Politika Research and Consulting (PRC), Poltracking Indonesia, Charta Politika Indonesia, Lembaga Survei Indonesia (LSI), dan Voxpol Center Research & Consulting, Prabowo-Gibran unggul dengan rata-rata 56,9-59,4%. Di posisi kedua, pasangan nomor urut 01 Anies Baswedan-Cak Imin dengan rata-rata 23,9%-26,8%, diikuti oleh pasangan nomor urut 03 Ganjar Pranowo-Mahfud MD dengan angka 16,2%-17,3%.Total data masuk dari keenam lembaga survei tersebut mencapai 88,4%-99,4%.

Di sisi lain, data real count pada Kamis (15/2/2024) pukul 22:00 WIB, data yang terbaru masih menunjukkan hasil perhitungan suara per 21:30 WIB dengan 45,32% data Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang telah tertampung. Prabowo-Gibran memperoleh suara 56,72%, Anies-Cak Imin 25,39%, dan Ganjar-Mahfud 17,9%. 

Cheril Tanuwijaya, Head of Research Mega Capital Sekuritas, menyatakan bahwa IHSG akan merespons dengan berbeda tergantung pada hasil pemilu satu putaran atau dua putaran.

Dalam skenario pertama, jika hasil quick count semakin menguatkan satu putaran, IHSG diperkirakan akan melanjutkan pola bullish flag dan menguat dengan target mencapai 7.465 hingga akhir Februari 2024.

Sektor perbankan, seperti PT Bank Central Asia (BBCA), PT Bank Mandiri (BMRI), dan PT Bank Syariah Indonesia (PTBI), diharapkan akan terus mendukung penguatan IHSG. Sementara itu, skenario kedua mengindikasikan bahwa jika hasil quick count menunjukkan dua putaran, IHSG akan melemah dan melanjutkan pola downtrend pada minor trend.

Terlepas dari dinamika pemilihan, keberadaan Prabowo Subianto -Gibran Rakabuming Raka di sekitar sosok-sosok pengusaha, termasuk pemilik perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), seperti Aburizal Bakrie, Boy Thohir, dan Pandu Sjahrir, memberikan dampak positif pada sejumlah emiten konglomerat yang terkait dengan mereka.

Prospek Positif Penjualan Ritel Indonesia

Rilis indeks penjualan ritel (IPR) Indonesia menunjukkan kinerja yang tetap kuat, dengan angka 207,9 atau pertumbuhan sebesar 2,1% secara tahunan (year on year/yoy) pada November 2023. Data dari Bank Indonesia mengungkapkan bahwa penjualan ritel yang kuat didorong oleh subkelompok sandang dan bahan bakar kendaraan bermotor.

Proyeksi penjualan eceran pada Desember 2023 diperkirakan akan tetap kuat, didukung oleh IPR Desember yang mencapai 217,9 atau tumbuh 0,1% (yoy). Kenaikan ini diperkirakan akan didorong oleh pertumbuhan kelompok bahan bakar kendaraan bermotor serta makanan, minuman, dan tembakau.

Secara bulanan, kinerja penjualan eceran pada Desember 2023 diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,8% (month to month/mtm), meningkat dari 0,2% pada November 2023. Peningkatan ini diprakirakan seiring dengan kenaikan hampir seluruh kelompok, terutama kelompok peralatan informasi dan komunikasi yang tumbuh 10,4% (mtm).

Peningkatan signifikan dalam penjualan ritel dapat membawa dampak positif pada pasar modal. Peningkatan ini mencerminkan adanya permintaan konsumen yang lebih tinggi, yang dapat meningkatkan kinerja finansial perusahaan-perusahaan ritel. Sentimen positif ini juga tercermin dari kenaikan pendapatan dan laba bersih, yang dapat mendukung nilai saham perusahaan di sektor terkait dengan perdagangan ritel.

Dampak PPI AS pada Pasar Keuangan Indonesia

Hari ini, AS akan mengumumkan data indeks harga produsen (PPI). Indeks diperkirakan akan menguat 0,1% (mtm) pada Januari 2024. Kenaikan harga produsen ini dapat menjadi indikator akan kebijakan suku bunga ke depan mengingat data pada tiga bulan terakhir yang telah menunjukkan pertumbuhan negatif. 

Rilis data indeks harga produsen AS menunjukkan penurunan lebih besar dari yang diharapkan pada Desember, menurut data pemerintah AS yang direvisi pada Rabu. Melansir Reuters, indeks harga produsen untuk permintaan turun 0,2% pada Desember, lebih besar dari yang sebelumnya dilaporkan sebesar 0,1%, menurut hasil revisi tahunan data PPI yang diterbitkan oleh Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja AS (BLS).

Data untuk Oktober dan November tidak mengalami perubahan, menunjukkan PPI turun sebesar 0,4% dan 0,1%, masing-masing. Revisi ini terjadi akibat penghitungan kembali faktor penyesuaian musiman, model yang digunakan pemerintah untuk menghilangkan fluktuasi musiman dari data.

Prosedur rutin ini, yang dilakukan oleh BLS setiap tahun, mencakup data dari Januari 2019 hingga Desember 2023. Bobot dalam keranjang PPI juga diperbarui, sementara data year-on-year, yang tidak disesuaikan musiman, tetap tidak berubah.

Penurunan pada Producer Price Index (PPI) Amerika Serikat dapat memiliki dampak kompleks pada pasar keuangan Indonesia. PPI mencerminkan perubahan harga dari perspektif produsen dan dapat memberikan petunjuk tentang inflasi di suatu negara. Beberapa dampak potensial yang perlu diperhatikan adalah:

  • Pelemahan Dolar AS: Jika PPI AS turun, ini dapat memicu pelemahan dolar AS. Dalam beberapa kasus, pelemahan dolar AS dapat menguntungkan ekspor Indonesia karena membuat barang dan jasa Indonesia lebih terjangkau bagi konsumen AS. Namun, perlu diingat bahwa hal ini juga dapat meningkatkan risiko inflasi di Indonesia karena harga impor menjadi lebih mahal.

  • Investasi Asing: Penurunan PPI AS dapat mempengaruhi keputusan investasi asing. Jika ekonomi AS mengalami perlambatan, investor asing mungkin mencari peluang investasi di negara-negara lain, termasuk Indonesia. Hal ini dapat membawa arus modal ke Indonesia dan mendukung pasar keuangan setempat.

  • Pengaruh Global pada Pasar Saham: Meski PPI yang rendah di AS dapat mengindikasikan perlambatan ekonomi, hal ini juga dapat mempengaruhi indeks saham global, termasuk Indonesia. Jika investor khawatir tentang pertumbuhan ekonomi global, dapat terjadi penjualan aset keuangan berisiko, termasuk saham di pasar negara berkembang seperti Indonesia.

  • Dampak pada Ekspor Indonesia: Sentimen negatif dari turunnya PPI AS juga dapat berdampak pada Indonesia sebagai salah satu penghasil komoditas terbesar di dunia. Perubahan harga komoditas sering dipengaruhi oleh faktor-faktor global, termasuk kondisi ekonomi AS. Jika PPI AS turun karena permintaan komoditas global menurun, ini bisa berdampak negatif pada ekspor Indonesia.

  • Kebijakan Suku Bunga: Di sisi lain, penurunan PPI AS dapat memberikan dorongan pada bank sentral untuk menurunkan suku bunga guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Keputusan ini dapat memiliki dampak signifikan pada pasar keuangan domestik.

Sebagai pelaku pasar, penting untuk memperhatikan perkembangan ini dan mengantisipasi perubahan dalam kondisi ekonomi dan pasar keuangan. Sentimen Pemilu 2024 dan rilis data ekonomi global akan terus menjadi faktor-faktor utama yang memengaruhi pergerakan pasar keuangan Indonesia.

(mza/mza)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular