Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih akan volatile pada pekan ini karena banyaknya data dan agenda penting sepanjang pekan ini. Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dan satu pekan ke depan bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4.
IHSG pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (26/1/2024) ditutup melemah 0,57% di 7.137,09. Dalam sepekan IHSG jeblok 1,25%. Artinya, IHSG sudah jeblok selama tiga pekan beruntun.
Tercatat turnover IHSG berada di angka Rp10,28 triliun dengan total volume saham 17,12 miliar lembar. Tercatat 183 saham naik, 346 turun dan 237 tidak berubah.
Pelemahan IHSG pada perdagangan Jumat (26/1/2024) didorong oleh kejatuhan delapan sektor.. Hanya tiga sektor yang menguat yakni keuangan menguat 0,20%, properti naik 0,44% dan infrastruktur terapreasiasi 0,12%.
Penguatan di sektor keuangan, salah satunya ditopang dari kenaikan saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang menguat 0,40% di level Rp6.300 dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) terapreasiasi 0,46% di level Rp5.425.
Diketahui PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) telah merilis laporan keuangan 2023. BBNI mencatatkan laba bersih sebesar Rp20,9 triliun sepanjang tahun 2023, tumbuh +14,2% secara tahunan, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp18,31 triliun pada tahun 2022.
Selain itu, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga telah merilis laporan keuangan 2023. Emiten perbankan swasta terbesar di RI milik keluarga Hartono, Bank Central Asia (BBCA), mencatatkan laba bersih konsolidasi senilai Rp 48,6 triliun di sepanjang023. Catatan laba tersebut naik 19,4% dibandingkan dengan capaian 2022.
Pelemahan rupiah sepanjang Januari 2024 dipicu oleh faktor eksternal dan internal. Dari eksternal, faktor terkuat adalah masih kencangnya data ekonomi Amerika Serikat (AS) mulai dari inflasi hingga ketenagakerjaan yang di atas ekspektasi pasar.
Sebagai catatan, AS melaporkan ekonomi mereka tumbuh sebesar 3,3% (yoy)pada kuartal IV 2023. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari ekspektasi 2% dari para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones, yang menggarisbawahi berlanjutnya ketahanan ekonomi meskipun ada kenaikan suku bunga dari The Federal Reserve (The Fed).
Lebih lanjut, data PMI Manufaktur Flash AS yang naik lebih tinggi dari konsensus dan periode satu bulan sebelumnya, yakni dari 47,9 menjadi 50,3.
Sedangkan, PMI Composite AS pada Januari 2024 secara flash menunjukkan ada kenaikan PMI dari 50,9 menjadi 52,3 dan lebih tinggi dari perkiraan yang proyeksi turun ke posisi 50,3.
Sementara data ketenagakerjaan AS juga masih terbilang cukup panas bahkan di atas ekspektasi pasar. Biro Ketenagakerjaan AS melaporkan penurunan klaim awal tunjangan pengangguran sebanyak 16.000 menjadi 187.000 untuk pekan yang berakhir 13 Januari 2024.
Klaim pengangguran AS menandai posisi terendah sejak September 2022, meleset jauh dari perkiraan yang proyeksi naik ke 207.000, menurut penghimpun data Trading Economics.
Data pekerjaan di luar pertanian atau Non-Farm Payroll (NFP) pun tercatat naik ke 216.000 pada Desember 2023. Nilai tersebut diluar perkiraan yang proyeksi turun ke 170.000, dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 173.000 pekerjaan.
Inflasi AS juga justru menguat ke 3,4% (yoy) pada Desember 2023, dari 3,2% (yoy) pada November 2023.
Masih kencangnya ekonomi AS ini menjauhkan harapan pelaku pasar untuk melihat pemangkasan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed). Pelaku pasar kini melihat pemangkasan suku bunga kini bergeser ke Mei dari sebelumnya pada Maret 2024.
Dari pasar obligasi Indonesia, imbal hasil obligasi tenor 10 tahun menguat tiga hari beruntun hingga penutupan pasar pada pekan kemarin. Imbal hasil obligasi tenor 10 tahun menguat 0,41% di level 6,625% pada perdagangan Jumat (26/1/2024). Imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN).
Bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street ditutup beragam pada perdagangan terakhir pekan kemarin setelah data ekonomi AS menguji ketahanan pasar Wall Street.
Pada perdagangan Jumat (26/1/2024) Dow Jones ditutup menguat 0,16% di level 38.109,43, sementara berbeda dengan S&P 500 melemah 0,07% di level 4.890,97, dan Nasdaq juga turun 0,36% di level 15.455,36.
Awal yang kuat di pasar saham AS pada tahun ini menghadapi ujian besar pada minggu ini seiring dengan laporan pendapatan perusahaan teknologi yang besar, pertemuan kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed), dan laporan ketenagakerjaan yang diawasi ketat.
S&P 500 naik hampir 3% sejak akhir Desember 2023 dan mendekati rekor tertinggi, sebagian didorong oleh ekspektasi "soft-landing" perekonomian AS di mana pertumbuhan tetap stabil sementara inflasi mereda.
Serangkaian peristiwa yang berpotensi menggerakkan pasar pada pekan ini menguji optimisme tersebut. Pada pekan ini akan ada laporan keuangan dari Alphabet (GOOGL.O) dan Microsoft (MSFT.O) pada hari Selasa, kesimpulan pertemuan The Fed pada hari Rabu, dan hasil kinerja Apple (AAPL.O) dan Amazon (AMZN.O) pada hari Kamis.
Melalui semua itu, "pasar akan mencari konfirmasi bahwa kita berada dalam kondisi soft landing," ujar Jack Janasiewicz, ahli strategi portofolio di Natixis Investment Managers Solutions, dikutip dari CNBC International.
Laporan keuangan perusahaan-perusahaan di Bursa AS akan menjadi titik fokus utama, dengan lima dari saham pertumbuhan besar-besaran "Magnificent Seven" dan saham teknologi yang telah mendorong pasar lebih tinggi pada sebagian besar tahun lalu akan dilaporkan pada pekan ini.
Secara kolektif, kapitalisasi pasar Alphabet, Microsoft, Apple, Amazon dan Meta menyumbang hampir 25% dari S&P 500, sehingga memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kinerja indeks yang lebih luas.
Meskipun sebagian besar grup tersebut terus meningkat pada 2024, saham pembuat mobil listrik Tesla (TSLA.O) turun lebih dari 26% pada tahun ini, menjadikannya salah satu yang berkinerja terburuk di S&P 500 pada awal tahun ini. Selain itu, pembuat chip Nvidia (NVDA.O) telah meningkatkan antusiasme terhadap kecerdasan buatan hingga mencapai kenaikan hampir 23% pada tahun ini.
Perusahaan-perusahaan di S&P 500 melaporkan pendapatan 4,2% di atas ekspektasi, sejalan dengan rata-rata jangka panjang dan di bawah rata-rata 5,7% untuk empat kuartal sebelumnya, menurut data LSEG.
Pertemuan The Fed dan konferensi pers berikutnya dari Ketua Fed Jerome Powell juga dapat mempengaruhi pasar. Beberapa investor sekarang menilai kembali ekspektasi penurunan suku bunga tahun ini menyusul data ekonomi yang kuat dan pernyataan dari pejabat The Fed yang menunjukkan bahwa penurunan suku bunga mungkin tidak seagresif yang diharapkan, menurut Tiffany Wade, manajer portofolio senior di Columbia Threadneedle Investments.
Investor telah mendorong ekspektasi pemotongan siklus pertama The Fed pada bulan Mei 2024, dari bulan Maret 2024. Pasar sekarang memperkirakan pemotongan sebesar 135 basis poin pada akhir tahun ini, turun dari perkiraan lebih dari 160 basis poin pada bulan Desember.
Meskipun The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya tidak berubah pada minggu depan, para investor akan mencari tanda-tanda apakah bank sentral tersebut yakin bahwa pihaknya telah mencapai kemajuan yang cukup dalam upaya memerangi inflasi untuk mulai mengurangi biaya pinjaman secepatnya.
Pasar juga akan mencari tanda-tanda bahwa The Fed berencana melakukan perubahan pada program pengetatan kuantitatifnya, yang telah berkontribusi terhadap pengetatan kebijakan moneter dengan melemahkan likuiditas di pasar Treasury.
Investor juga akan menunggu kabar dari Departemen Keuangan mengenai perkiraan pendanaan masa depan dan ukuran lelang, yang akan dilakukan pada hari Senin dan Rabu. Kekhawatiran terhadap pasokan Treasury akibat belanja defisit telah membantu mengangkat imbal hasil obligasi. Treasury 10 tahun telah mendekati imbal hasil tertinggi sejak pertengahan Desember.
Pada akhir pekan kemarin, data ketenagakerjaan AS mungkin harus berjalan baik untuk memuaskan investor. Penurunan tajam dalam lapangan kerja dapat menunjukkan bahwa kenaikan suku bunga sebesar 525 basis poin yang diberikan oleh The Fed sejak tahun 2022 akhirnya mulai berdampak, sementara perekrutan tenaga kerja yang lebih kuat dari perkiraan dapat mendukung bank sentral untuk mempertahankan kenaikan suku bunga guna mencegah hal tersebut.
Saat ini, bukti kekuatan ekonomi telah mengejutkan investor dalam beberapa pekan terakhir. Pertumbuhan AS lebih kuat dari perkiraan pada kuartal keempat, data menunjukkan awal pekan ini, karena perekonomian mengabaikan prediksi resesi dengan tumbuh 2,5% pada tahun 2023.
Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah isu dan sentimen penting pada perdagangan hari ini dan sepanjang pekan ke depan mengingat banyaknya data dan agenda penting yang akan terjadi sepekan ini.Perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), SBN hingga rupiah akan dihiasi data-data penting yang diprediksi dapat mendorong menambah volatile pasar keuangan Indonesia hari ini.
Indonesia
Dari dalam negeri, tentunya pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan dipengaruhi oleh rilisnya laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pada pekan kemarin, sudah ada dua bank besar yang telah merilis kinerja keuangannya sepanjang tahun 2023.
Diketahui PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) telah merilis laporan keuangan tahun 2023. BBNI mencatatkan laba bersih sebesar Rp20,9 triliun sepanjang tahun 2023, tumbuh +14,2% secara tahunan, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp18,31 triliun pada tahun 2022.
Selain itu, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga telah merilis laporan keuangan 2023. Emiten perbankan swasta terbesar di RI milik keluarga Hartono, Bank Central Asia (BBCA), mencatatkan laba bersih konsolidasi senilai Rp 48,6 triliun di sepanjang tahun 2023. Catatan laba tersebut naik 19,4% dibandingkan dengan capaian tahun 2022.
Dari sisi top line, pendapatan bunga bersih perusahaan dan entitas anak sepanjang tahun lalu naik 17,5% secara tahunan menjadi Rp 75,4 triliun dengan pendapatan selain bunga tumbuh 5,5% menjadi Rp 23,9 triliun.
BBCA juga mencatat, kenaikan kinerja ini ikut ditopang oleh kredit yang tumbuh 13,9% menjadi Rp 810,4 triliun, dengan kredit macet (NPL) terjaga di angka 1,9%.
Setelah BBCA dan BBNI, Bank Mandiri kemungkinan besar akan merilis laporan keuangan pada pekan ini.
PMI Manufaktur Indonesia
Di luar laporan keuangan, Indonesia juga akan merilis data penting. Tepatnya Kamis (1/1/2024) akan ada rilis Indeks Manajer Pembelian (PMI) Nikkei Indonesia periode Januari 2024 dan data inflasi Indonesia periode Januari 2024.
Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia tercatat sebesar 52,2 poin pada periode Desember 2023. Angka tersebut melesat 0,97% dibandingkan pada periode bulan November 2023 yang sebesar 51,7 poin.
PMI manufaktur Indonesia tetap berada di zona ekspansif lantaran skornya di atas 50 poin. Angka tersebut sudah bertahan selama 28 bulan berturut-turut.
Pada periode Desember 2023, pertumbuhan permintaan baru menjadi yang tercepat sejak September 2023. Selain itu, permintaan asing sedikit membaik untuk pertama kalinya dalam tiga bulan. Ekspansi permintaan baru juga mendorong perusahaan manufaktur di dalam negeri untuk menaikkan jumlah pekerja selama dua bulan berturut-turut.
Adapun, aktivitas pembelian naik, karena perusahaan membutuhkan input tambahan untuk produksi. Di tengah kenaikan aktivitas ini, perusahaan manufaktur dapat lebih cepat mengakumulasi pembelian stok pada Desember 2023. Sebaliknya, inventaris pasca-produksi sedikit menurun, karena barang harus dikirim untuk memenuhi pesanan.
Sementara, keseluruhan biaya input kembali naik pada Desember 2023, sehingga memperpanjang periode inflasi saat ini menjadi lebih dari empat tahun. Kenaikan harga bahan baku serta pengiriman dan biaya konversi nilai tukar menyebabkan inflasi terkini terhadap harga input rata-rata. Secara keseluruhan, sentimen sektor manufaktur di tanah air kembali membaik pada Desember 2023, karena perusahaan terus bertumbuh. Para pengusaha juga berharap bahwa penjualan terus meningkat pada tahun 2024.
Inflasi Indonesia untuk Januari
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Januari 2024 pada Kamis (1/2/2024). Secara historis, inflasi Januari biasanya tinggi karena naiknya harga-harga bahan pangan akibat pola musiman yakni datangnya musim hujan. Berkurangnya panen pada musim hujan biasanya membuat harga sayur mayur dan cabai melonjak.
Sebagai catatan, inflasi pada Desember tercatat 0,41% ((month to month/mtm). Sementara itu, secara keseluruhan tahun 2023, inflasi mencapai 2,61% (yoy) atau melandai dibandingkan realisasi tahun 2022, yakni sebesar 5,51% (yoy).
Debat Calon Presiden Kelima
Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan menggelar debat kelima calon presiden (capres) 2024 pada Minggu, 4 Februari 2024. Debat akan dimulai pada pukul 19:00 WIB dengan mengusung delapan tema besar: kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, SDM, dan inklusi.
Debat akan berjalan selama 120 menit yang dibagi ke dalam beberapa segmen. Debat juga akan menghadirkan para panelis yang memberi pertanyaan kepada 3 pasangan calon (paslon). Selain sesi pertanyaan dari panelis, para capres juga akan saling bertanya satu sama lain.
Debat kelima akan menjadi debat terakhir dari masing-masing capres sehingga diperkirakan akan berlangsung panas. Ini adalah kesempatan terakhir bagi Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo menggaet suara pemilih melalui debat.
Amerika Serikat (AS)
Sementara dari negeri Paman Sam, Amerika Serikat (AS) akan terdapat rapat International Monetary Fund (IMF), kepercayaan konsumen CB periode Januari 2024 dan lowongan pekerjaan JOLTs periode Desember 2023 yang akan rilis pada Selasa (30/1/2024).
Pada Selasa dan Rabu waktu AS atau Rabu dan Kamis waktu Indonesia, The Fed akan menggelar pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC). Puncaknya pada Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed akan mengumumkan kebijakan suku bunga.
Pasar berekspektasi jika The Fed akan mempertahankan suku bunga di level 5,25% hingga 5,5% pada pertemuan mendatang. Namun, yang ditunggu pasar adalah sinyal pemangkasan ke depan.
Menurut FedWatch Tool CME, pasar masih melihat peluang penurunan suku bunga sebesar 40% pada pertemuan berikutnya pada Maret 2024. Tidak jelas apakah para pengambil kebijakan The Fed siap menurunkan suku bunga secepat itu, meskipun pernyataan dari para pejabat The Fed telah mengakui bahwa prospek makroekonomi tampaknya membaik. Mungkin saja The Fed mulai menurunkan suku bunganya di musim semi, dengan asumsi bahwa mereka mempunyai cukup data untuk yakin bahwa inflasi dapat diatasi.
Pada pidato tanggal 16 Januari 2024 di Brookings Institution, Gubernur The Fed Christopher Waller mengatakan bahwa dalam hal lingkungan makroekonomi "hal ini sudah hampir baik", mengingat inflasi mendekati 2% selama enam bulan terakhir dan pengangguran masih di bawah 4%.
Diketahui, Consumer Price Index (CPI) AS pada akhir 2023 naik menjadi 3,4% secara tahunan (yoy), dari sebelumnya sebesar 3,1% pada November 2023. Sedangkan secara bulanan (mtm), CPI Negeri Paman Sam pada Desember 2023 juga naik menjadi 0,3%, dari sebelumnya sebesar 0,1% pada November 2023.
Angka inflasi terbaru AS kemungkinan akan membuat bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) lebih berhati-hati dalam menyatakan kemenangan dalam perjuangan melawan inflasi, karena hingga saat ini inflasi AS masih belum mendekati target yang ditetapkan di 2%.
China
Dan dari negeri Tirai Bambu, China akan merilis data PMI Komposit China periode Januari 2024 dan Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur China periode Januari 2024 pada Rabu (31/1/2024).
Kemudian pada Kamis (1/2/2024) China juga akan mengumumkan Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur Caixin China periode Januari 2024.
Diketahui, PMI Komposit Umum Caixin China naik menjadi 52,6 pada periode Desember 2023 dari 51,6 pada periode November 2023. Ini merupakan pertumbuhan aktivitas sektor swasta selama 12 bulan berturut-turut dan laju paling tajam sejak bulan Mei, karena aktivitas pabrik mengalami peningkatan terbesar dalam empat bulan dan sektor jasa berkembang pada tingkat tercepat sejak bulan Juli.
Pertumbuhan pesanan baru mencapai level tertinggi dalam tujuh bulan, didukung oleh menguatnya permintaan di sektor manufaktur dan jasa. Sementara itu, penurunan ekspor baru semakin mereda karena tingkat penurunannya merupakan yang paling lambat dalam enam bulan terakhir.
Namun, lapangan kerja terus menyusut sementara tumpukan pekerjaan turun sedikit untuk pertama kalinya sejak Juli 2022. Dari segi harga, rata-rata biaya input naik pada laju tercepat dalam tiga bulan. Meskipun demikian, laju inflasi harga jual masih marginal karena ketatnya persaingan pasar.
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
• PT LCK Global Kedaton Tbk (LCKM) - RUPSLB
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]