Bursa Asia Pasifik Kebakaran, IHSG Terburuk?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
26 January 2024 14:23
Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia Pasifik pada perdagangan hari ini, Kamis (26/1/2024) terdampar di zona merah.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga akhir sesi I anjlok nyaris 1% ke posisi 7111,84 menjadikannya di urutan ketiga dengan pelemahan terdalam hari ini. Bursa saham Hongkong (Hangseng) menempati urutan pertama dengan anjlok sebanyak -1,36%. Kemudian diikuti Jepang (Nikkei 225) yang ambles 1,34%.

Bursa India juga terpantau koreksi tercermin dari Nifty yang turun 0,51% dan Sensex susut tipis 0,12%. Berikutnya bursa saham China (SSEC) ikut turun -0,11%.

Dari data di atas yang bergerak di zona hijau hanya bursa Korea Selatan, Singapura, dan Australia.

Mayoritas bursa Asia yang ditutup merah ditengarai karena ketidakpastian dari eksternal yang meningkat sejalan dengan sikap wait and see pelaku pasar dari pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) akhir Januari ini.

Sebagaimana diketahui, The Fed akan melaksanakan pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 30 - 31 Januari 2024 pada waktu AS, dengan begitu kita akan mendapatkan hasilnya pada 1 Februari dini hari.

Pelaku pasar akan menanti bagaimana keputusan suku bunga AS beserta prospek kapan pemangkasan dilakukan. Sekaligus, mencermati bagaimana pandangan the Fed terkait kondisi ekonomi negeri Paman Sam yang masih panas, apalagi di tengah memanasnya politik dan konflik di Timur Tengah.

Beralih pada proyeksi suku bunga AS, konsensus pasar menurut perangkat FedWatch Tool oleh CME memperkirakan the Fed masih akan menahan suku bunga pada pertemuan akhir bulan ini.

Namun, pada pertemuan Maret mendatang proyeksi pemangkasan suku bunga sudah semakin menyusut, saat ini hanya berkisar 40%. Sudah jauh lebih rendah dibandingkan proyeksi bulan lalu yang menunjukkan optimisme pelaku pasar mencapai lebih dari 80%.
Sebagai catatan, penyusutan proyeksi pemangkasan bunga tersebut disinyalir karena kondisi ekonomi AS yang masih memanas.

Ekonomi AS yang masih panas dicerminkan sejumlah data seperti Produk Domestik Bruto (PDB) AS pada kuartal IV/2023 yang tercatat tumbuh 3,3% secara tahunan (yoy), lebih tinggi dibandingkan konsensus pasar sebesar 2% yoy. Kemudian, data inflasi pada Desember lalu yang terpantau naik ke 3,4% yoy lebih tinggi dari perkiraan pasar di 3,2% yoy.

Data tenaga kerja AS juga tak kalah masih ketat, terlihat dari data pekerjaan tercatat di luar pertanian pada akhir tahun lalu yang mencapai 216.000, ini meleset dari perkiraan yang proyeksi sebaliknya turun ke angka 170.000 dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 173.000 pekerjaan.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation