Pasar keuangan Indonesia diharapkan bisa melanjutkan tren positif hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
IHSG pada perdagangan kemarin, Kamis (18/1/2024) IHSG bertengger di posisi 7252,96 atau terapresiasi 0,73%. Penguatan IHSG tersebut membalikan pelemahan yang terjadi pada satu hari sebelumnya sebesar 0,58%.
Sebagai catatan, secara intraday pada perdagangan kemarin, IHSG sempat menguat nyaris 1% ke posisi paling tinggi di 7.267,08,
IHSG pada perdagangan kemarin terbilang cukup ramai dengan nilai turnover mencapai Rp10,80 triliun, melibatkan 19.71 miliar lembar saham dengan 1,26 juta kali transaksi.
Sayangnya, kontras dengan IHSG yang naik, kemarin asing malah mencatatkan aksi jual bersih atau net foreign sell senilai Rp96,73 miliar di seluruh pasar (nego, tunai, dan reguler).
Penguatan IHSG lebih condong dipengaruhi saham afiliasi konglomerat Prajogo Pangestu yang melonjak tajam. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) kemarin naik tajam mencapai Auto Reject Atas (ARA) atau naik 25%, berkat itu TPIA menyumbang indeks poin paling banyak mencapai 27,03 poin.
Kemudian disusul PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang melonjak nyaris 10%, setara dengan indeks poin sebesar 19,36. Sementara untuk PT Barito Pacific Tbk (BRPT) berkontribusi ke IHSG sebanyak 3,89 poin.
Dua saham dengan kapitalisasi besar lainnya yang juga ikut mendorong IHSG ada saham PT Amman MIneral Internasional Tbk (AMMN) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), masing-masing menyumbang sebesar 9,24 poin dan 3,92 poin.
Beralih ke pergerakan nilai tukar rupiah dalam melawan dolar AS terpantau sudah mulai menguat. Melansir data Refinitiv, hingga akhir perdagangan kemarin mata uang Garuda terapresiasi 0,13% menuju angka Rp15.615/US$. Posisi tersebut akhirnya memutuskan tren pelemahan yang terjadi selama tiga hari beruntun atau sejak 15 Januari 2024.
Rupiah yang mulai menguat kemarin senada dengan tekanan dari indeks dolar AS (DXY) yang mereda. Hal ini tercermin dari DXY hingga kemarin pukul 14.50 WIB terdepresiasi 0,16% ke posisi 103,28. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan penutupan satu hari sebelumnya di 103,45.
Apresiasi rupiah juga menunjukkan sikap pelaku pasar yang mulai merespon kebijakan Bank Indonesia (BI) yang kembali menahan suku bunga atau BI rate di level 6% untuk yang keempat kalinya pada Januari 2024.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, keputusan itu ditempuh sebagai langkah konsistensi BI menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan, di tengah masih bergejolaknya ketidakpastian ekonomi global. Seiring dengan upaya untuk menjaga kinerja pertumbuhan ekonomi domestik pada tahun ini.
Dari pasar obligasi. pada kemarin yield surat utang acuan RI dengan tenor 10 tahun terpantau mulai turun. Berdasarkan data Refinitiv, hingga perdagangan kemarin imbal hasil obligasi acuan RI melandai ke posisi 6,67% dibandingkan penutupan satu hari sebelumnya di 6,70%.
Tiga indeks acuan Bursa Wall Street pada perdagangan Kamis malam atau Jumat dini hari waktu Indonesia akhirnya berhasil ditutup menghijau setelah terkapar merah dua hari beruntun.
Indeks Dow Jones menguat 0,54% atau 201,94 poin ke posisi 37.468,61. Indeks Nasdaq terbang 1,35% atau 200,03 poin ke 15.055,65 dan indeks S&P 500 melesat 0,88% atau 41,73 poin ke 4.780,94.
Lonjakan Nasdaq ditopang oleh kenaikan saham-saham raksasa teknologi. Saham Apple melesat 3,3% setelah Bank of America meng-upgrade rekomendasi sahamnya menjadi "buy".
Saham mega cap lain, Microsoft (MSFT) juga naik 0,69%, kemudian ada saham Meta Platforms (META), Nvidia (NVDA), dan Alphabeth (GOOG) yang sama-sama menguat lebih dari 1%.
Penguatan bursa juga ditopang pernyataan salah satu pejabat the Fed, Raphael Bostic mengungkapkan potensi pemangkasan suku bunga AS akan dimulai pada kuartal tiga mendatang.
"Karena saya bergantung pada data, saya telah memasukkan kemajuan tak terduga dalam inflasi dan aktivitas ekonomi ke dalam perkiraan saya, dan dengan demikian mempercepat perkiraan waktu saya untuk mulai menormalisasi suku bunga ke kuartal ketiga tahun ini dari kuartal keempat," Ungkap Bostic dalam pidato sambutannya di hadapan para pemimpin bisnis di Atlanta, Jumat dini hari (19/1/2024), dikutip dari CNBC International.
Pelaku pasar kini melihat peluang 57% untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada Maret, semakin turun dari peluang 60% kemarin, sebelumnya pada bulan lalu sempat mencapai 80%, menurut FedWatch Tool dari CME Group.
Dari pidato Bostic tersebut, pelaku pasar setidaknya sudah mulai mendapatkan gambaran yang lebih luas mengenai prospek pelonggaran kebijakan the Fed yang semakin jauh dari perkiraan.
Sebagaimana diketahui, pada akhir tahun lalu pasar memperkirakan bank sentral AS bisa memangkas suku bunga sebanyak enam kali atau sekitar 150 basis poin (bps). Jika paling cepat terjadi pada kuartal ketiga tahun ini, maka kemungkinan besar pemangkasan suku bunga akan sekitar 75 bps, hanya setengah kali dari perkiraan awal.
Pada hari ini, Jumat (19/1/2023) tidak terlalu banyak data ekonomi yang akan rilis, tetapi hawa politik di Tanah Air semakin memanas lantaran pada akhir pekan, Minggu (21/1/2024) akan ada debat Pilpres untuk yang keempat kalinya dengan menghadirkan tiga calon wakil presiden (cawapres).
Sementara itu, sentimen global yang akan mempengaruhi pasar hari ini datang dari negeri Paman Sam yang semalam merilis laporan terkait pasar tenaga kerja serta beberapa proyeksi terkait inflasi konsumen bulan ini.
Tak berhenti di situ, tekanan geopolitik di Timur Tengah yang memanas patut dicermati karena berkorelasi dengan inflasi. Kendati begitu, semalam bursa AS ditutup menghijau, Nasdaq memimpin penguatan kemudian disusul S&P 500 dan Dow Jones.
Setidaknya, dengan bursa AS yang mulai menghijau harapannya bisa menular ke pasar keuangan RI lanjut menguat. Selengkapnya berikut beberapa sentimen hari ini :
Debat Cawapres dengan Isu Pangan Hingga Energi
Pesta demokrasi pada akhir pekan ini, akan semakin dimeriahkan dengan adanya debat Pilpres keempat atau debat terakhir cawapres yang akan digelar di Jakarta Convention Centre (JCC), Senayan, Jakarta pada Minggu (21/1/2024).
Debat terakhir cawapres ini akan diikuti oleh Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud Md. Ketiganya akan beradu ide dan gagasan sesuai tema debat yang telah ditetapkan.
 Foto: Foto kolase Cawapres Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman) Foto kolase Cawapres Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman) |
Debat cawapres kali ini akan membahas tentang Pembangunan Berkelanjutan, Sumber Daya Alam (SDA), Lingkungan Hidup, Energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat dan Desa.
Menarik disimak seperti apa visi misi cawapres dalam isu energi dan pangan hingga agraria. Terlebih, banyak persoalan besar di bidang pangan yang masih membebani Indonesia mulai inflasi pangan yang tinggi hingga besarnya impor pangan.
Sejumlah isu energi juga tak kalah strategis mulai dari subsidi BBM, subsidi listrik, hingga Energi Baru Terbarukan (EBT).
Pasar Tenaga Kerja AS Masih Ketat, Inflasi Sulit Turun?
Sentimen berikutnya yang akan mempengaruhi pasar keuangan Tanah Air hari ini datang dari global, terutama dari negeri Paman Sam. Pada Kamis malam, Biro Ketenagakerjaan AS melaporkan penurunan klaim awal tunjangan pengangguran sebanyak 16.000 menjadi 187.000 untuk pekan yang berakhir 13 Januari 2024.
Klaim pengangguran AS menandai posisi terendah sejak September 2022, meleset jauh dari perkiraan yang proyeksi naik ke 207.000, menurut penghimpun data Trading Economics.
Data tersebut semakin mencerminkan data pasar tenaga kerja AS yang masih cukup ketat, melengkapi data yang rilis sebelumnya seperti jumlah pekerjaan yang tercatat kecuali pertanian yang diluar dugaan naik menembus 216.000, ditambah tingkat pengangguran yang rendah di angka 3,7% pada Desember 2023.
Ekonomi AS yang terbilang jauh dari resesi ini disepakati Robert Pavlik, Senior manajer portofolio Dakota Wealth yang mengatakan pasar tenaga kerja masih kuat mengindikasikan perekonomian AS masih kuat.
"Pasar masih kuat, pengusaha masih ragu-ragu untuk memberhentikan pekerjanya; ini merupakan indikasi perekonomian yang masih tumbuh," kata Robert Pavlik, manajer portofolio senior di Dakota Wealth.
Tak berhenti di situ, ekonomi AS yang panas juga dicerminkan data penjualan ritel pada akhir tahun lalu meningkat, disertai inflasi pada periode yang sama juga naik diluar dugaan.
Penjualan ritel pada Desember tercatat naik 5,6% secara tahunan (yoy), meleset dari konsensus pasar yang proyeksi hanya tumbuh 4% yoy. Ini menandai peningkatan terbesar dalam sebelas bulan terakhir.
Kenaikan penjualan ritel juga memicu inflasi pada akhir tahun lalu melambung 3,4% yoy, lebih panas dibandingkan konsensus pasar yang proyeksi hanya naik 3,2% yoy dan bulan sebelumnya sebesar 3,1% yoy.
Secara keseluruhan, panasnya ekonomi AS menunjukkan kondisi yang semakin jauh dari resesi. Hanya saja, kondisi saat ini akan memicu kemungkinan the Fed melonggarkan kebijakan moneter lebih lama.
Bostic Ungkap Penurunan Suku Bunga AS Potensi Dimulai Kuartal III/2024!
Perangkat FedWatch Tool dari CME Group menunjukkan pelaku pasar kini melihat peluang 57% untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada Maret, semakin turun dari peluang 60% kemarin, sebelumnya pada bulan lalu sempat mencapai 80%.
Pada dini hari tadi, Presiden Fed Atlanta, Raphael Bostic mengatakan para pengambil kebijakan kemungkinan besar akan mulai menurunkan suku bunga pada kuartal ketiga mendatang.
"Karena saya bergantung pada data, saya telah memasukkan kemajuan tak terduga dalam inflasi dan aktivitas ekonomi ke dalam perkiraan saya, dan dengan demikian mempercepat perkiraan waktu saya untuk mulai menormalisasi suku bunga ke kuartal ketiga tahun ini dari kuartal keempat," Ungkap Bostic dalam pidato sambutannya di hadapan para pemimpin bisnis di Atlanta, Jumat dini hari (19/1/2024), dikutip dari CNBC International.
Kendati begitu, Bostic mengatakan dia tidak sepenuhnya menentang pemotongan sebelum kuartal ketiga, yang menyiratkan bahwa pemotongan tersebut akan dilakukan paling cepat pada bulan Juli, namun mengatakan bahwa batasannya akan tinggi.
"Jika kita terus melihat akumulasi kejutan penurunan lebih lanjut dalam data, saya mungkin merasa cukup nyaman untuk menganjurkan normalisasi lebih cepat dari kuartal ketiga," terang Bostic "Tetapi buktinya harus meyakinkan." lanjutnya.
Sejumlah faktor dapat mengubah perhitungan tersebut, seperti konflik geopolitik, pertikaian anggaran yang sedang berlangsung di Washington, dan pemilihan presiden yang akan segera terjadi, dan masih banyak lagi.
Dari pidato Bostic tersebut, kita setidaknya mendapatkan gambaran yang lebih luas mengenai prospek pelonggaran kebijakan the Fed semakin jauh dari perkiraan. Hal ini patut diantisipasi karena bisa meningkatkan volatilitas dalam jangka pendek di pasar lantaran ekspektasi sebelumnya yang terlalu optimis.
Sebagaimana diketahui, pada akhir tahun lalu pasar memperkirakan bank sentral AS bisa memangkas suku bunga sebanyak enam kali atau sekitar 150 basis poin (bps). Jika paling cepat terjadi pada kuartal ketiga tahun ini, maka kemungkinan besar pemangkasan suku bunga akan sekitar 75 bps, hanya setengah kali dari perkiraan awal.
Namun, di lain sisi pidato Bostic juga memberikan peluang yang lebih tinggi terhadap pemangkasan suku bunga AS bisa terjadi pada tahun ini. Dampak dari pemangkasan suku bunga ke pasar keuangan tentu aja akan positif, karena ongkos pinjaman akan menjadi lebih rendah sehingga ekspektasi laba meningkat.
Risiko Geopolitik di Timur Tengah Memanas Lagi
Berikutnya, konflik di wilayah Timur Tengah masih terus memanas. Rangkaian kekerasan baru-baru ini dimulai dari Israel vs Hamas Palestina di Jalur Gaza, berlanjut ke Hizbullah Yaman vs Amerika Serikat (AS) serta Inggris di perairan Laut Merah.
Kini Iran telah menambah musuh dengan menyerang beberapa wilayah yang dianggap basis teroris di Irak, Suriah, dan Pakistan.
Konflik geopolitik yang belum mereda ini menjadi risiko bagi pasar keuangan, terutama yang terjadi di Laut Merah karena menjadi pintu awal memasuki terusan Suez yang menyumbang nyaris 15% lalu lintas perdagangan global senilai lebih dari satu triliun dolar tiap tahunnya.
Kabar terbaru pada Rabu pekan ini, pasukan AS dan Inggris kembali melancarkan serangan putaran keempat terhadap milisi Houthi. AS dan Inggris dilaporkan kembali melakukan serangan terhadap kota-kota di Yaman, negeri yang menjadi basis Houthi.
Kantor berita Al-Masirah dan Houthi Saba.net mengatakan serangan AS dan Inggris telah mencapai beberapa sasaran termasuk kota pelabuhan Hodeida dan kota Taez. Media AS termasuk CBS dan CNN International, mengutip para pejabat AS, melaporkan serangkaian serangan lain telah dilakukan terhadap sejumlah sasaran Houthi di Yaman meski tidak disebutkan jumlah jelasnya.
Sementara itu, Houthi mengatakan akan membalas AS. Milisi Houthi juga akan terus menembak kapal-kapal yang melintas.
"Kami akan terus menargetkan kapal-kapal Israel yang menuju ke pelabuhan-pelabuhan Palestina yang diduduki, tidak peduli bagaimana agresi Amerika-Inggris mencoba mencegah kami melakukan hal tersebut," kata seorang pejabat militer Houthi kepada TV Al-Masirah, dikutip dari laman AFP.
Jumat, 19 Januari 2024
Agenda Ekonomi :
Pidato Pejabat The Fed Bostic
Ekspektasi Inflasi AS Periode Januari 2024 dari Universitas Michigan
Inflasi Konsumen Jepang Periode Desember 2023
Agenda Perusahaan :
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BESS
Berikut data indikator ekonomi nasional :
CNBC INDONESIA RESEARCH