Newsletter

Pasar RI Panas oleh Suhu Politik Debat Cawapres - Konflik Laut Merah

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
19 January 2024 06:00
Cawapres 2024
Foto: Ilustrasi/ Cawapres 2024 / Aristya Rahadian

Pada hari ini, Jumat (19/1/2023) tidak terlalu banyak data ekonomi yang akan rilis, tetapi hawa politik di Tanah Air semakin memanas lantaran pada akhir pekan, Minggu (21/1/2024) akan ada debat Pilpres untuk yang keempat kalinya dengan menghadirkan tiga calon wakil presiden (cawapres).

Sementara itu, sentimen global yang akan mempengaruhi pasar hari ini datang dari negeri Paman Sam yang semalam merilis laporan terkait pasar tenaga kerja serta beberapa proyeksi terkait inflasi konsumen bulan ini.

Tak berhenti di situ, tekanan geopolitik di Timur Tengah yang memanas patut dicermati karena berkorelasi dengan inflasi. Kendati begitu, semalam bursa AS ditutup menghijau, Nasdaq memimpin penguatan kemudian disusul S&P 500 dan Dow Jones.

Setidaknya, dengan bursa AS yang mulai menghijau harapannya bisa menular ke pasar keuangan RI lanjut menguat. Selengkapnya berikut beberapa sentimen hari ini :

Debat Cawapres dengan Isu Pangan Hingga Energi

Pesta demokrasi pada akhir pekan ini, akan semakin dimeriahkan dengan adanya debat Pilpres keempat atau debat terakhir cawapres yang akan digelar di Jakarta Convention Centre (JCC), Senayan, Jakarta pada Minggu (21/1/2024).

Debat terakhir cawapres ini akan diikuti oleh Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud Md. Ketiganya akan beradu ide dan gagasan sesuai tema debat yang telah ditetapkan.

Foto kolase Cawapres Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)Foto: Foto kolase Cawapres Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto kolase Cawapres Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Debat cawapres kali ini akan membahas tentang Pembangunan Berkelanjutan, Sumber Daya Alam (SDA), Lingkungan Hidup, Energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat dan Desa.

Menarik disimak seperti apa visi misi cawapres dalam isu energi dan pangan hingga agraria. Terlebih, banyak persoalan besar di bidang pangan yang masih membebani Indonesia mulai inflasi pangan yang tinggi hingga besarnya impor pangan.

Sejumlah isu energi juga tak kalah strategis mulai dari subsidi BBM, subsidi listrik, hingga Energi Baru Terbarukan (EBT).

Pasar Tenaga Kerja AS Masih Ketat, Inflasi Sulit Turun?

Sentimen berikutnya yang akan mempengaruhi pasar keuangan Tanah Air hari ini datang dari global, terutama dari negeri Paman Sam. Pada Kamis malam, Biro Ketenagakerjaan AS melaporkan penurunan klaim awal tunjangan pengangguran sebanyak 16.000 menjadi 187.000 untuk pekan yang berakhir 13 Januari 2024.

Klaim pengangguran AS menandai posisi terendah sejak September 2022, meleset jauh dari perkiraan yang proyeksi naik ke 207.000, menurut penghimpun data Trading Economics.

Data tersebut semakin mencerminkan data pasar tenaga kerja AS yang masih cukup ketat, melengkapi data yang rilis sebelumnya seperti jumlah pekerjaan yang tercatat kecuali pertanian yang diluar dugaan naik menembus 216.000, ditambah tingkat pengangguran yang rendah di angka 3,7% pada Desember 2023.

Ekonomi AS yang terbilang jauh dari resesi ini disepakati Robert Pavlik, Senior manajer portofolio Dakota Wealth yang mengatakan pasar tenaga kerja masih kuat mengindikasikan perekonomian AS masih kuat.

"Pasar masih kuat, pengusaha masih ragu-ragu untuk memberhentikan pekerjanya; ini merupakan indikasi perekonomian yang masih tumbuh," kata Robert Pavlik, manajer portofolio senior di Dakota Wealth.

Tak berhenti di situ, ekonomi AS yang panas juga dicerminkan data penjualan ritel pada akhir tahun lalu meningkat, disertai inflasi pada periode yang sama juga naik diluar dugaan.

Penjualan ritel pada Desember tercatat naik 5,6% secara tahunan (yoy), meleset dari konsensus pasar yang proyeksi hanya tumbuh 4% yoy. Ini menandai peningkatan terbesar dalam sebelas bulan terakhir.

Kenaikan penjualan ritel juga memicu inflasi pada akhir tahun lalu melambung 3,4% yoy, lebih panas dibandingkan konsensus pasar yang proyeksi hanya naik 3,2% yoy dan bulan sebelumnya sebesar 3,1% yoy.

Secara keseluruhan, panasnya ekonomi AS menunjukkan kondisi yang semakin jauh dari resesi. Hanya saja, kondisi saat ini akan memicu kemungkinan the Fed melonggarkan kebijakan moneter lebih lama.

Bostic Ungkap Penurunan Suku Bunga AS Potensi Dimulai Kuartal III/2024!

Perangkat FedWatch Tool dari CME Group menunjukkan pelaku pasar kini melihat peluang 57% untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada Maret, semakin turun dari peluang 60% kemarin, sebelumnya pada bulan lalu sempat mencapai 80%.

Pada dini hari tadi, Presiden Fed Atlanta, Raphael Bostic mengatakan para pengambil kebijakan kemungkinan besar akan mulai menurunkan suku bunga pada kuartal ketiga mendatang.

"Karena saya bergantung pada data, saya telah memasukkan kemajuan tak terduga dalam inflasi dan aktivitas ekonomi ke dalam perkiraan saya, dan dengan demikian mempercepat perkiraan waktu saya untuk mulai menormalisasi suku bunga ke kuartal ketiga tahun ini dari kuartal keempat," Ungkap Bostic dalam pidato sambutannya di hadapan para pemimpin bisnis di Atlanta, Jumat dini hari (19/1/2024), dikutip dari CNBC International.

Kendati begitu, Bostic mengatakan dia tidak sepenuhnya menentang pemotongan sebelum kuartal ketiga, yang menyiratkan bahwa pemotongan tersebut akan dilakukan paling cepat pada bulan Juli, namun mengatakan bahwa batasannya akan tinggi.

"Jika kita terus melihat akumulasi kejutan penurunan lebih lanjut dalam data, saya mungkin merasa cukup nyaman untuk menganjurkan normalisasi lebih cepat dari kuartal ketiga," terang Bostic "Tetapi buktinya harus meyakinkan." lanjutnya.

Sejumlah faktor dapat mengubah perhitungan tersebut, seperti konflik geopolitik, pertikaian anggaran yang sedang berlangsung di Washington, dan pemilihan presiden yang akan segera terjadi, dan masih banyak lagi.

Dari pidato Bostic tersebut, kita setidaknya mendapatkan gambaran yang lebih luas mengenai prospek pelonggaran kebijakan the Fed semakin jauh dari perkiraan. Hal ini patut diantisipasi karena bisa meningkatkan volatilitas dalam jangka pendek di pasar lantaran ekspektasi sebelumnya yang terlalu optimis. 

Sebagaimana diketahui, pada akhir tahun lalu pasar memperkirakan bank sentral AS bisa memangkas suku bunga sebanyak enam kali atau sekitar 150 basis poin (bps). Jika paling cepat terjadi pada kuartal ketiga tahun ini, maka kemungkinan besar pemangkasan suku bunga akan sekitar 75 bps, hanya setengah kali dari perkiraan awal.

Namun, di lain sisi pidato Bostic juga memberikan peluang yang lebih tinggi terhadap pemangkasan suku bunga AS bisa terjadi pada tahun ini.  Dampak dari pemangkasan suku bunga ke pasar keuangan tentu aja akan positif, karena ongkos pinjaman akan menjadi lebih rendah sehingga ekspektasi laba meningkat. 

Risiko Geopolitik di Timur Tengah Memanas Lagi

Berikutnya, konflik di wilayah Timur Tengah masih terus memanas. Rangkaian kekerasan baru-baru ini dimulai dari Israel vs Hamas Palestina di Jalur Gaza, berlanjut ke Hizbullah Yaman vs Amerika Serikat (AS) serta Inggris di perairan Laut Merah.

Kini Iran telah menambah musuh dengan menyerang beberapa wilayah yang dianggap basis teroris di Irak, Suriah, dan Pakistan.

Konflik geopolitik yang belum mereda ini menjadi risiko bagi pasar keuangan, terutama yang terjadi di Laut Merah karena menjadi pintu awal memasuki terusan Suez yang menyumbang nyaris 15% lalu lintas perdagangan global senilai lebih dari satu triliun dolar tiap tahunnya.

Kabar terbaru pada Rabu pekan ini, pasukan AS dan Inggris kembali melancarkan serangan putaran keempat terhadap milisi Houthi. AS dan Inggris dilaporkan kembali melakukan serangan terhadap kota-kota di Yaman, negeri yang menjadi basis Houthi.

Kantor berita Al-Masirah dan Houthi Saba.net mengatakan serangan AS dan Inggris telah mencapai beberapa sasaran termasuk kota pelabuhan Hodeida dan kota Taez. Media AS termasuk CBS dan CNN International, mengutip para pejabat AS, melaporkan serangkaian serangan lain telah dilakukan terhadap sejumlah sasaran Houthi di Yaman meski tidak disebutkan jumlah jelasnya.

Sementara itu, Houthi mengatakan akan membalas AS. Milisi Houthi juga akan terus menembak kapal-kapal yang melintas.

"Kami akan terus menargetkan kapal-kapal Israel yang menuju ke pelabuhan-pelabuhan Palestina yang diduduki, tidak peduli bagaimana agresi Amerika-Inggris mencoba mencegah kami melakukan hal tersebut," kata seorang pejabat militer Houthi kepada TV Al-Masirah, dikutip dari laman AFP.

(tsn/tsn)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular