Siaga Satu! Hari Ini Ada Kabar Genting dari BI, China, Sampai The Fed
- Pasar keuangan Tanah Air kemarin berakhir beragam, IHSG berhasil rebound ke zona positif, obligasi acuan RI masih jalan di tempat, sementara rupiah masih lanjut melemah.
- Wall Street tergelincir ke zona merah sejalan sikap pelaku pasar yang wait and see pidato pejabat the Fed.
- Hari ini bakal jadi cukup sibuk lantaran banyak sentimen, mulai dari pertumbuhan ekonomi China, suku bunga BI, sampai pidato beberapa pejabat the Fed.
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air pada perdagangan kemarin, Selasa (16/1/2024) bergerak beragam di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menghijau, obligasi acuan RI tak banyak pergerakan, sementara rupiah masih lanjut melemah.
Pasar keuangan hari ini diperkirakan masih bergerak beragam dengan banyaknya sentimen yang membayangi pergerakannya. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
IHSG pada perdagangan kemarin menguat 0,26% atau naik 18,78 poin menuju posisi 7.242,78. Penguatan kemarin akhirnya membalikkan pelemahan yang terjadi pada Senin sebesar -0,24%.
Penguatan IHSG kemarin dikontribusi oleh sejumlah afiliasi konglomerat Prajogo Pangestu yang berhasil rebound dengan lonjakan tajam. Diantaranya, saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) melambung lebih dari 10%, kemudian diikuti saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang menguat nyaris 5%.
Secara berurutan, BREN, TPIA, dan BRPT menyumbang indeks poin ke IHSG sebanyak 17,36 poin, 10,57 poin, dan 3,26 poin. Akumulasi dari tiga saham tersebut mencapai kurang lebih 30 indeks poin.
Lainnya, ada saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang berhasil mengerek IHSG naik 2,26 indeks poin. Sebagai catatan juga, saham banking big caps ini sempat cetak rekor harga saham di posisi tertinggi sepanjang masa di harga Rp6,625 per lembar pada sesi I perdagangan kemarin.
Selain itu, minat asing di pasar saham terpantau kian deras, pada sepanjang perdagangan kemarin asing mencatatkan aksi beli bersih atau net buy sebesar Rp1,63 triliun baik di pasar nego, tunai, dan reguler. Ini meningkat tajam dibandingkan net buy asing satu hari sebelumnya yang hanya sebesar Rp185 miliar.
Tiga saham di posisi teratas paling banyak diincar asing kemarin masih dari banking big caps, diantara PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp232,1 miliar, kemudian diikuti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp144,5 miliar dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp109,3 miliar.
Kontras dengan IHSG yang menghijau, pergerakan rupiah dalam melawan dolar AS kemarin malah melemah. Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah di angka Rp15.585/US$ atau turun sebesar 0,22%. Posisi ini merupakan yang terparah sejak 13 Desember 2023 atau sekitar satu bulan terakhir.
Rupiah yang melemah ini terjadi akibat tekanan indeks dolar AS (DXY) yang menguat. Hingga hari ini, Rabu (17/1/2024) pukul 02.09 WIB, DXY melonjak cukup tajam, nyaris 1% menuju 103,38. Angka ini lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan satu hari sebelumnya yang berada di angka 102,40.
Faktor lain rupiah melemah ini disinyalir juga karena sikap pelaku pasar yang masih wait and see keputusan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang akan diumumkan siang ini.
Beralih ke pasar obligasi, pergerakannya secara harian tak terlalu banyak perubahan. Berdasarkan data Refinitiv, imbal hasil obligasi acuan RI dengan tenor 10 tahun masih bertengger di 6,66% pada penutupan kemarin.
Sebagai catatan, kemarin pemerintah baru saja melangsungkan lelang Surat Utang Negara (SUN) dengan hasil sesuai target, akan tetapi seri obligasi benchmark 10 tahun masih kalah laris dengan tenor lima tahun.
Berdasarkan data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) penawaran yang masuk baik dari asing dan lokal mencapai Rp67,56 triliun. Capaian tersebut merupakan yang tertinggi sejak 31 Januari 2023.
Dari nilai tersebut, pemerintah menyerap Rp24 triliun, sesuai dengan target indikatif yang sudah direncanakan. Nilai ini juga mencetak rekor tertinggi sejak awal 2023.
(tsn/tsn)