Pasar keuangan Indonesia diharapkan sudah berbalik menguat pada hari ini sejalan dengan banyaknya sentimen positif. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin, Rabu (3/1/2024) kembali ditutup di zona merah dengan melemah 0,61% di level 7.279,09 pada perdagangan Rabu (3/1/2024). IHSG berhasil menyentuh level psikologis 7.300 sebelum kembali ditutup melemah di level psikologis 7.200.
Pada awal tahun 2024, IHSG mencetak rekor tertinggi pada Selasa (2/1/2024) di level tertinggi 7.323,58, pencapaian tersebut menjadi tertinggi sepanjang tahun 2023 hingga awal tahun 2024. Sebelumnya IHSG sempat menyentuh ATH pada 15 September 2022 di level tertinggi 7377,49.
Sebanyak 262 saham bergerak naik, 259 bergerak turun dan 249 tidak berubah dengan total transaksi turnover 6,8 triliun dari 17,82 miliar lembar saham. Investor asing mencatat net sell sebesar Rp 290,6 miliar pada perdagangan kemarin.
Pelemahan IHSG didorong oleh kejatuhan tujuh sektor yang memiliki bobot besar di pasar saham. Sektor-sektor yang mengalami pelemahan yakni terdapat keuangan dengan turun 0,28%, industrial terkoreksi 0,15%, properti terdepresiasi 0,12%, non-cyclical jatuh 0,82%, kesehatan anjlok 0,92%, energy turun 0,38% dan basic-industry terjun 0,44%.
Kementerian Kesehatan menyampaikan bahwa vaksin Covid 19 akan berbayar mulai 1 Januari 2024. Hal ini justru menjadi sentimen negatif bagi sektor kesehatan yang mengalami pelemahan sejak awal tahun. Beberapa saham rumah sakit dan alat kesehatan pun mengalami penurunan sejak pasar dibuka pada awal tahun.
Selain itu, sektor consumer goods juga mengalami penurunan setelah data inflasi inti Indonesia mulai menunjukkan kekhawatiran akan adanya penurunan daya beli.
Pada Desember 2023, komponen inti tahunan mengalami inflasi sebesar 1,80%. lebih rendah dari bulan November 1,87% dan Oktober 1,91%, serta September sebesar 2,00%.
Adapun penurunan dari sektor energi terutama disebabkan oleh ambruknya harga batu bara yang menjadi pemberat IHSG pada perdagangan kemarin. Beberapa saham batu bara anjlok karena jebloknya harga batu bara.
Harga batu bara jeblok pada perdagangan perdana 2024. Pelemahan ini terjadi seiring dengan kebijakan China yang kembali menerapkan tarif impor serta tingginya pasokan batu bara India.
Selain dari komoditas batu bara, kejatuhan komoditas emas juga menjadi penyumbang terbesar kejatuhan IHSG. Beberapa saham komoditas emas anjlok pada perdagangan kemarin karena jatuhnya harga di pasar spot yang hampir menyentuh 1%.
Dari pasar obligasi Indonesia, Surat Berharga Negara (SBN) sayangnya kembali dilepas oleh pelaku pasar tercermin dari penguatan imbal hasil obligasi tenor 10 tahun menguat 0,89% di level 6.580 pada perdagangan Rabu (3/1/2024).
Bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street harus kembali ditutup di zona merah akibat aksi taking profit oleh para pelaku pasar.
Pada perdagangan Rabu (3/1/2024) atau Kamis dini hari waktu Indonesia, indeks Dow Jones ditutup melemah 0,76% di level 37.430,19, begitu juga dengan S&P 500 jatuh 0,80% di level 4.704,81 dan Nasdaq anjlok 1,18% di level 14.592,21.
Indeks saham AS mengakhiri sesi kedua tahun ini dengan penurunan kembali dalam aksi taking profit yang diperpanjang pada perdagangan Rabu setelah penutupan yang kuat hingga tahun 2023, dengan risalah dari pertemuan The Federal Reserve pada bulan Desember gagal menghilangkan ketakutan yang menyelimuti pasar.
Ini menjadi pertama kalinya indeks acuan S&P 500 memulai tahun ini dengan dua penurunan berturut-turut sejak dimulainya tahun 2015 dengan penurunan tiga sesi. Ini juga merupakan hasil dua hari terburuknya, berdasarkan persentase, sejak akhir Oktober.
Penurunan ini kontras dengan kinerja ketiga indeks acuan utama Wall Street dalam dua bulan terakhir tahun ini. S&P 500 hampir mencapai penutupan tertinggi sepanjang masa pada minggu lalu karena tanda-tanda meredanya inflasi mendorong investor untuk bertaruh pada kemungkinan penurunan suku bunga yang agresif.
Namun, sejauh ini investor bersikap hati-hati pada tahun 2024, khawatir terhadap rencana bank sentral AS yang akan melakukan penurunan suku bunga tahun ini dan seberapa cepat hal ini dapat diterapkan.
Meskipun The Fed secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya pada bulan Januari, FedWatch CMEGroup. menunjukkan pelaku pasar memperkirakan peluang sebesar 67% untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Maret.
Risalah rapat The Fed yang dirilis pada hari Rabu menawarkan wawasan baru, dengan para pengambil kebijakan tampak semakin yakin bahwa inflasi sudah terkendali, dengan berkurangnya "risiko kenaikan" dan meningkatnya kekhawatiran mengenai dampak buruk kebijakan moneter yang "terlalu ketat" terhadap perekonomian.
Sedikit informasi yang diberikan mengenai kapan penurunan suku bunga akan dimulai.
"Pasar ingin mendengar kapan dan seberapa besar The Fed akan menurunkan suku bunganya, dan mereka tidak memahaminya, meskipun bukan tugas The Fed untuk melakukan hal tersebut," ujar Jason Betz, penasihat kekayaan swasta di Ameriprise Financial.
"Apa yang kami lihat dalam aksi jual hari ini mungkin adalah sedikit rasa frustrasi terhadap anggapan kurangnya transparansi The Fed," tambah Betz.
Betz mencatat bahwa aksi taking profit dari keuntungan tahun 2023 dan kalibrasi ulang untuk tahun baru kemungkinan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pemikiran para pelaku pasar.
Saham-saham megacap yang sensitif terhadap suku bunga turun yakni Nvidia (NVDA.O), Apple (AAPL.O) dan Tesla (TSLA.O) berakhir melemah antara 0,7% dan 4%.
Selain itu, saham-saham maskapai penerbangan juga berada di bawah tekanan karena lonjakan harga minyak, menyusul gangguan di ladang minyak utama Libya, meningkatkan kekhawatiran mengenai biaya bahan bakar. Indeks maskapai penumpang S&P 1500 (SPCOMAIR) anjlok 4%.
Harga minyak mentah yang lebih tinggi mendukung indeks energi (SPNY) yang menguat 1,5%, menjadi peraih keuntungan terbesar di antara sebagian kecil sektor S&P yang berada di wilayah positif.
Volume di bursa AS mencapai 11,84 miliar saham, lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata 12,35 miliar saham selama 20 hari perdagangan terakhir.
Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah isu dan sentimen penting pada perdagangan hari ini, Kamis (4/1/2024). Perdagangan IHSG, SBN, atau rupiah akan dihiasi data-data penting yang diprediksi dapat mendorong menambah volatile pasar keuangan Indonesia hari ini.
Pada perdagangan sebelumnya Rabu (3/1/2024), pasar keuangan IHSG dan rupiah kompak bergerak melemah. Pelemahan IHSG didorong dari penurunan beberapa komoditas, sementara pelemahan rupiah didorong dari sentimen negeri Paman Sam.
Komoditas pangan, batu bara dan emas menjadi penyumbang terbesar penurunan IHSG pada perdagangan kemarin. Ambruknya Wall Street bisa membebani kinerja IHSG hari ini. Namun, ada banyak sentimen positif yang diharapkan bisa menopang kinerja pasar saham, nilai tukar, hingga obligasi pada hari ini.
Amerika Serikat bahkan memberi tiga kabar gembira sekaligus yakni sinyal pemangkasan dari risalah FOMC, masih terkontraksinya manufaktur, hingga data tenaga kerja yang mendingin. Ketiganya mendukung ekspektasi pasar mengenai kebijakan dovish The Fed ke depan.
Risalah FOMC - The Fed Minutes
Bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) mengeluarkan risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) Desember pada Kamis dini hari waktu Indonesia (4/1/2024).
Risalah tersebut menunjukkan pejabat The Fed mulai nyaman dengan laju inflasi AS. Risalah juga menunjukkan adanya diskusi awal mengenai kemungkinan memangkas suku bunga karena laju inflasi sudah mengarah ke sasaran mereka. Namun, belum ada penjelasan mengenai kapan pemangkasan akan dilakukan.
"Dalam pembahasan prospek kebijakan, para peserta memandang suku bunga kebijakan kemungkinan berada pada atau mendekati puncak siklus pengetatan ini, meskipun mereka mencatat bahwa jalur kebijakan sebenarnya akan bergantung pada bagaimana perekonomian berkembang," kata notulen tersebut dilansir dari CNBC International.
Pejabat The Fed sepakat jika masih dibutuhkan data untuk kebijakan lebih lanjut, Mereka mulai menunjukkan kekhawatiran mengenai dampak suku bunga tinggi yang lama terhadap ekonomi AS.
Mereka mempertimbangkan apakah kebijakan "kemungkinan besar saat ini berada pada atau mendekati puncaknya" seiring dengan melambatnya inflasi dan dampak kenaikan suku bunga tampaknya berjalan sesuai rencana.
Seperti diketahui, The Fed menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,5% pada pertemuan Desember 2023. Pejabat The Fed menilai sudah ada kemajuan dalam upaya mereka menekan inflasi. Faktor gangguan pasokan yang selama ini membuat inflasi melonjak sudah mulai memudar.
Dokumen "dot plot menunjukkan partisipan memperkirakan adanya pemangkasan suku bunga dalam tiga tahun ke depan untuk membawa inflasi ke target sasaran 2%.
"Dalam proyeksinya, semua partisipan mengindikasikan adanya perbaikan dalam outlook inflasi. Baseline proyeksi mengindikasikan jika suku bunga yang lebih rendah akan tepat pada akhir 2024," tulis FOMC.
Beberapa peserta mengatakan bahwa tindakan kebijakan Komite di masa lalu mempunyai dampak yang diharapkan, yakni membantu memperlambat pertumbuhan permintaan agregat dan mendinginkan kondisi pasar tenaga kerja.
Mengingat hal tersebut, "mereka memperkirakan sikap kebijakan Komite yang restriktif akan terus mengurangi pengeluaran rumah tangga dan bisnis, sehingga membantu mendorong penurunan inflasi lebih lanjut dalam beberapa tahun ke depan.
Manufaktur AS Terkontraksi
Manufaktur AS mengalami kontraksi lebih lanjut padaDesember 2023 meskipun laju penurunan melambat di tengah sedikit peningkatan produksi dan peningkatan lapangan kerja di pabrik.
Institute for Supply Management (ISM) melaporkan PMI manufaktur AS meningkat menjadi 47,4 periode Desember 2023, naik tipis dari periode November dan Oktober yang berada di angka di 46,7. Hal ini menjadi adalah bulan ke-14 berturut-turut dimana PMI berada di bawah 50, yang mengindikasikan adanya kontraksi di sektor manufaktur. Ini merupakan bentangan terpanjang sejak periode Agustus 2000 hingga Januari 2002.
Data menunjukkan bahwa manufaktur yang menyumbang 10,3% perekonomian AS, sedang berjalan lamban. Pesanan untuk barang-barang manufaktur yang tahan lama meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun di bulan November. Meskipun produksi pabrik melemah, besarnya penurunan tersebut semakin mengecil dalam beberapa bulan terakhir.
Terkontraksinya manufaktur AS mengindikasikan adanya perlambatan permintaan dan ekonomi. Di satu sisi, kondisi ini akan mendorong kebijakan The Fed untuk lebih dovish. Namun, di sisi lain, manufaktur yang terkontraksi terus juga bisa berdampak negatif ke sejumlah negara, seperti Indonesia, yang banyak menggantungkan ekspor ke AS
Data Tenaga Kerja AS Makin Mendingin
AS juga melaporkan Job Openings and Labor Turnover Summary (JOLTS) turun lebih buruk dibandingkan ekspektasi pasar. JOLTS mengukurjumlah lapangan pekerjaan baru di luar sektor pertanian AS selama kurun waktu sebulan.
Survei JOLTS menunjukkan daftar pekerjaan turun menjadi 8,79 juta, sejalan dengan perkiraan Dow Jones sebesar 8,8 juta. Pembukaan lapangan kerja pada November adalah yang terendah sejak Maret 2021. Lowongan kerja turun sebesar 62.000, meskipun tingkat lowongan sebagai ukuran lapangan kerja tidak berubah pada 5,3%.
Selain sedikit penurunan dalam pembukaan lapangan kerja, perekrutan tenaga kerja turun sebesar 363.000, sehingga menurunkan angka tersebut menjadi 3,5%, penurunan sebesar 0,2 poin persentase. Jumlah PHK turun sebanyak 116.000 orang, dan tingkat PHK tetap stabil di angka 1%. Dalam laporan bulan lalu dari Departemen Tenaga Kerja menunjukkan peningkatan bersih dalam nonfarm payrolls sebesar 199.000 pada bulan November. Kemudian dalam laporan pada hari Jumat diperkirakan menunjukkan pertumbuhan 170.000.
Rasio lowongan pekerjaan terhadap pekerja yang tersedia turun menjadi 1,4 berbanding 1, masih meningkat namun turun tajam dari tingkat 2 berbanding 1 yang umum terjadi pada tahun 2022. Perusahaan menghadapi ketidaksesuaian penawaran dan permintaan yang parah pada periode setelah pandemi Covid dimulai. Situasi yang telah mengalami kemajuan bertahap dan kembali ke keadaan yang lebih normal.
Lowongan pekerjaan turun sebanyak 128.000 pada sektor transportasi, pergudangan dan utilitas, serta turun 97.000 pada sektor rekreasi dan perhotelan. Perdagangan grosir mengalami peningkatan sebesar 63.000 dan aktivitas keuangan tumbuh sebesar 38.000.
Pejabat The Federal Reserve mengamati laporan JOLTS untuk mencari bukti adanya kelonggaran tenaga kerja. Pasar tenaga kerja yang secara historis ketat telah membantu mendorong inflasi lebih tinggi, mencapai puncaknya dalam lebih dari 40 tahun pada pertengahan tahun 2022 yang juga perlahan mulai surut.
Turunnya lapangan kerja yang tercipta membuka peluang The Fed untuk dovish ke depan.
Harga Energi Membaik
Harga komoditas energi mulai dari minyak, batu bara, hingga gas mulai bangkit setelah terpuruk pada Selasa. Pada perdagangan Rabu (3/1/2024), harga minyak brent melonjak 3,5% sementara WTI melesat 3,8%.
Harga batu bara naik tipis 0,67% sementara harga gas alam Eropa terbang 7%.
Kenaikan harga komoditas energi ini diharapkan bisa menggerakkan emiten berbasis energi seperti PT Adaro Eenrgy Indonesia (ADRO), PT Bukit Asam (PTBA), PT Indika Energy (INDY), hingga PT Medco Energi Internasional (MEDC).
Jepang, China Hingga Eropa Rilis Data PMI
Hari ini, Amerika Serikat (AS) akan merilis data klaim pengangguran dan Indeks Manajer Pembelian (PMI) Komposit S&P Global periode Desember 2023.
PMI Komposit Global AS S&P diperkirakan naik menjadi 51,0 pada bulan Desember 2023, naik dari 50,7 pada bulan November, menandai pertumbuhan sektor swasta selama 3 bulan berturut-turut dan laju tercepat dalam lima bulan, berdasarkan perkiraan awal.
Peningkatan produksi yang lebih cepat ini didukung oleh kenaikan pesanan baru yang paling tajam sejak bulan Juli, meskipun tingkat ekspansi secara historis masih rendah, dengan perusahaan-perusahaan menyatakan adanya kesulitan dalam menstimulasi permintaan.
Sektor jasa menjadi pendorong pertumbuhan, sementara sektor manufaktur menghadapi penurunan pesanan baru dan penurunan produksi yang kembali terjadi. Ada peningkatan baru dalam perekrutan tenaga kerja oleh perusahaan-perusahaan, dengan pertumbuhan lapangan kerja pada tingkat tercepat dalam tiga bulan.
Penciptaan lapangan kerja terutama terkonsentrasi di sektor jasa, sementara produsen terus mengurangi tenaga kerjanya selama tiga bulan berturut-turut.
Sementara itu, tekanan biaya meningkat karena harga input naik pada tingkat tercepat sejak bulan September. Pada gilirannya, tingkat inflasi keseluruhan untuk harga-harga yang dibebankan melambat dari bulan November.
Hari ini, sejumlah negara juga akan merilis data PMI manufaktur dan jasa mulai dari China, Jepang, Australia, hingga Eropa. Data-data ini akan mencerminkan seberapa cepat pemulihan permintaan dan ekonomi global menjelang 2024.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
* Menteri Perdagangan akan mengadakan Konferensi Pers mengenai Capaian Kinerja 2023 dan Outlook Perdagangan 2024 (09:30 WIB))
• Amerika Serikat (AS) - Indeks Manajer Pembelian (PMI) Komposit S&P Global periode Desember 2023 (08.45 WIB)
• Amerika Serikat (AS) - Data Klaim Pengangguran (20.30 WIB)
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
• PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) - RUPSLB
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]