
Amerika Beri 3 Kabar Gembira, Semoga IHSG-Rupiah Dapat Berkahnya

Bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street harus kembali ditutup di zona merah akibat aksi taking profit oleh para pelaku pasar.
Pada perdagangan Rabu (3/1/2024) atau Kamis dini hari waktu Indonesia, indeks Dow Jones ditutup melemah 0,76% di level 37.430,19, begitu juga dengan S&P 500 jatuh 0,80% di level 4.704,81 dan Nasdaq anjlok 1,18% di level 14.592,21.
Indeks saham AS mengakhiri sesi kedua tahun ini dengan penurunan kembali dalam aksi taking profit yang diperpanjang pada perdagangan Rabu setelah penutupan yang kuat hingga tahun 2023, dengan risalah dari pertemuan The Federal Reserve pada bulan Desember gagal menghilangkan ketakutan yang menyelimuti pasar.
Ini menjadi pertama kalinya indeks acuan S&P 500 memulai tahun ini dengan dua penurunan berturut-turut sejak dimulainya tahun 2015 dengan penurunan tiga sesi. Ini juga merupakan hasil dua hari terburuknya, berdasarkan persentase, sejak akhir Oktober.
Penurunan ini kontras dengan kinerja ketiga indeks acuan utama Wall Street dalam dua bulan terakhir tahun ini. S&P 500 hampir mencapai penutupan tertinggi sepanjang masa pada minggu lalu karena tanda-tanda meredanya inflasi mendorong investor untuk bertaruh pada kemungkinan penurunan suku bunga yang agresif.
Namun, sejauh ini investor bersikap hati-hati pada tahun 2024, khawatir terhadap rencana bank sentral AS yang akan melakukan penurunan suku bunga tahun ini dan seberapa cepat hal ini dapat diterapkan.
Meskipun The Fed secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya pada bulan Januari, FedWatch CMEGroup. menunjukkan pelaku pasar memperkirakan peluang sebesar 67% untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Maret.
Risalah rapat The Fed yang dirilis pada hari Rabu menawarkan wawasan baru, dengan para pengambil kebijakan tampak semakin yakin bahwa inflasi sudah terkendali, dengan berkurangnya "risiko kenaikan" dan meningkatnya kekhawatiran mengenai dampak buruk kebijakan moneter yang "terlalu ketat" terhadap perekonomian.
Sedikit informasi yang diberikan mengenai kapan penurunan suku bunga akan dimulai.
"Pasar ingin mendengar kapan dan seberapa besar The Fed akan menurunkan suku bunganya, dan mereka tidak memahaminya, meskipun bukan tugas The Fed untuk melakukan hal tersebut," ujar Jason Betz, penasihat kekayaan swasta di Ameriprise Financial.
"Apa yang kami lihat dalam aksi jual hari ini mungkin adalah sedikit rasa frustrasi terhadap anggapan kurangnya transparansi The Fed," tambah Betz.
Betz mencatat bahwa aksi taking profit dari keuntungan tahun 2023 dan kalibrasi ulang untuk tahun baru kemungkinan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pemikiran para pelaku pasar.
Saham-saham megacap yang sensitif terhadap suku bunga turun yakni Nvidia (NVDA.O), Apple (AAPL.O) dan Tesla (TSLA.O) berakhir melemah antara 0,7% dan 4%.
Selain itu, saham-saham maskapai penerbangan juga berada di bawah tekanan karena lonjakan harga minyak, menyusul gangguan di ladang minyak utama Libya, meningkatkan kekhawatiran mengenai biaya bahan bakar. Indeks maskapai penumpang S&P 1500 (SPCOMAIR) anjlok 4%.
Harga minyak mentah yang lebih tinggi mendukung indeks energi (SPNY) yang menguat 1,5%, menjadi peraih keuntungan terbesar di antara sebagian kecil sektor S&P yang berada di wilayah positif.
Volume di bursa AS mencapai 11,84 miliar saham, lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata 12,35 miliar saham selama 20 hari perdagangan terakhir.
(saw/saw)