Newsletter

Amerika Beri 3 Kabar Gembira, Semoga IHSG-Rupiah Dapat Berkahnya

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
04 January 2024 06:01
US-ECONOMY-BANK-RATE-INFLATION
Foto: Ketua The Fed Jerome Powell. (AFP/SAUL LOEB)

Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah isu dan sentimen penting pada perdagangan hari ini, Kamis (4/1/2024). Perdagangan IHSG, SBN, atau rupiah akan dihiasi data-data penting yang diprediksi dapat mendorong menambah volatile pasar keuangan Indonesia hari ini.

Pada perdagangan sebelumnya Rabu (3/1/2024), pasar keuangan IHSG dan rupiah kompak bergerak melemah. Pelemahan IHSG didorong dari penurunan beberapa komoditas, sementara pelemahan rupiah didorong dari sentimen negeri Paman Sam.

Komoditas pangan, batu bara dan emas menjadi penyumbang terbesar penurunan IHSG pada perdagangan kemarin. Ambruknya Wall Street bisa membebani kinerja IHSG hari ini. Namun, ada banyak sentimen positif yang diharapkan bisa menopang kinerja pasar saham, nilai tukar, hingga obligasi pada hari ini.

Amerika Serikat bahkan memberi tiga kabar gembira sekaligus yakni sinyal pemangkasan dari risalah FOMC, masih terkontraksinya manufaktur, hingga data tenaga kerja yang mendingin. Ketiganya mendukung ekspektasi pasar mengenai kebijakan dovish The Fed ke depan.

Risalah FOMC - The Fed Minutes

Bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) mengeluarkan risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) Desember pada Kamis dini hari waktu Indonesia (4/1/2024).

Risalah tersebut menunjukkan pejabat The Fed mulai nyaman dengan laju inflasi AS. Risalah juga menunjukkan adanya diskusi awal mengenai kemungkinan memangkas suku bunga karena laju inflasi sudah mengarah ke sasaran mereka. Namun, belum ada penjelasan mengenai kapan pemangkasan akan dilakukan.

"Dalam pembahasan prospek kebijakan, para peserta memandang suku bunga kebijakan kemungkinan berada pada atau mendekati puncak siklus pengetatan ini, meskipun mereka mencatat bahwa jalur kebijakan sebenarnya akan bergantung pada bagaimana perekonomian berkembang," kata notulen tersebut dilansir dari CNBC International.

Pejabat The Fed sepakat jika masih dibutuhkan data untuk kebijakan lebih lanjut, Mereka mulai menunjukkan kekhawatiran mengenai dampak suku bunga tinggi yang lama terhadap ekonomi AS.

Mereka mempertimbangkan apakah kebijakan "kemungkinan besar saat ini berada pada atau mendekati puncaknya" seiring dengan melambatnya inflasi dan dampak kenaikan suku bunga tampaknya berjalan sesuai rencana.
Seperti diketahui, The Fed menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,5% pada pertemuan Desember 2023.  Pejabat The Fed menilai sudah ada kemajuan dalam upaya mereka menekan inflasi. Faktor gangguan pasokan yang selama ini membuat inflasi melonjak sudah mulai memudar.

Dokumen "dot plot menunjukkan partisipan memperkirakan adanya pemangkasan suku bunga dalam tiga tahun ke depan untuk membawa inflasi ke target sasaran 2%.

"Dalam proyeksinya, semua partisipan mengindikasikan adanya perbaikan dalam outlook inflasi. Baseline proyeksi mengindikasikan jika suku bunga yang lebih rendah akan tepat pada akhir 2024," tulis FOMC.

Beberapa peserta mengatakan bahwa tindakan kebijakan Komite di masa lalu mempunyai dampak yang diharapkan, yakni membantu memperlambat pertumbuhan permintaan agregat dan mendinginkan kondisi pasar tenaga kerja.
Mengingat hal tersebut, "mereka memperkirakan sikap kebijakan Komite yang restriktif akan terus mengurangi pengeluaran rumah tangga dan bisnis, sehingga membantu mendorong penurunan inflasi lebih lanjut dalam beberapa tahun ke depan.

Manufaktur AS Terkontraksi

Manufaktur AS mengalami kontraksi lebih lanjut padaDesember 2023 meskipun laju penurunan melambat di tengah sedikit peningkatan produksi dan peningkatan lapangan kerja di pabrik.

Institute for Supply Management (ISM) melaporkan PMI manufaktur AS meningkat menjadi 47,4 periode Desember 2023, naik tipis dari periode November dan Oktober yang berada di angka di 46,7. Hal ini menjadi adalah bulan ke-14 berturut-turut dimana PMI berada di bawah 50, yang mengindikasikan adanya kontraksi di sektor manufaktur. Ini merupakan bentangan terpanjang sejak periode Agustus 2000 hingga Januari 2002.

Data menunjukkan bahwa manufaktur yang menyumbang 10,3% perekonomian AS, sedang berjalan lamban. Pesanan untuk barang-barang manufaktur yang tahan lama meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun di bulan November. Meskipun produksi pabrik melemah, besarnya penurunan tersebut semakin mengecil dalam beberapa bulan terakhir.

Terkontraksinya manufaktur AS mengindikasikan adanya perlambatan permintaan dan ekonomi. Di satu sisi, kondisi ini akan mendorong kebijakan The Fed untuk lebih dovish. Namun, di sisi lain,  manufaktur yang terkontraksi terus juga bisa berdampak negatif ke sejumlah negara, seperti Indonesia, yang banyak menggantungkan ekspor ke AS

Data Tenaga Kerja AS Makin Mendingin
AS juga melaporkan Job Openings and Labor Turnover Summary (JOLTS) turun lebih buruk dibandingkan ekspektasi pasar. JOLTS mengukurjumlah lapangan pekerjaan baru di luar sektor pertanian AS selama kurun waktu sebulan.

Survei JOLTS menunjukkan daftar pekerjaan turun menjadi 8,79 juta, sejalan dengan perkiraan Dow Jones sebesar 8,8 juta. Pembukaan  lapangan kerja pada November adalah yang terendah sejak Maret 2021. Lowongan kerja turun sebesar 62.000, meskipun tingkat lowongan sebagai ukuran lapangan kerja tidak berubah pada 5,3%.

Selain sedikit penurunan dalam pembukaan lapangan kerja, perekrutan tenaga kerja turun sebesar 363.000, sehingga menurunkan angka tersebut menjadi 3,5%, penurunan sebesar 0,2 poin persentase. Jumlah PHK turun sebanyak 116.000 orang, dan tingkat PHK tetap stabil di angka 1%. Dalam laporan bulan lalu dari Departemen Tenaga Kerja menunjukkan peningkatan bersih dalam nonfarm payrolls sebesar 199.000 pada bulan November. Kemudian dalam laporan pada hari Jumat diperkirakan menunjukkan pertumbuhan 170.000.

Rasio lowongan pekerjaan terhadap pekerja yang tersedia turun menjadi 1,4 berbanding 1, masih meningkat namun turun tajam dari tingkat 2 berbanding 1 yang umum terjadi pada tahun 2022. Perusahaan menghadapi ketidaksesuaian penawaran dan permintaan yang parah pada periode setelah pandemi Covid dimulai. Situasi yang telah mengalami kemajuan bertahap dan kembali ke keadaan yang lebih normal.

Lowongan pekerjaan turun sebanyak 128.000 pada sektor transportasi, pergudangan dan utilitas, serta turun 97.000 pada sektor rekreasi dan perhotelan. Perdagangan grosir mengalami peningkatan sebesar 63.000 dan aktivitas keuangan tumbuh sebesar 38.000.

Pejabat The Federal Reserve mengamati laporan JOLTS untuk mencari bukti adanya kelonggaran tenaga kerja. Pasar tenaga kerja yang secara historis ketat telah membantu mendorong inflasi lebih tinggi, mencapai puncaknya dalam lebih dari 40 tahun pada pertengahan tahun 2022 yang juga perlahan mulai surut. 

Turunnya lapangan kerja yang tercipta membuka peluang The Fed untuk dovish ke depan.

Harga Energi Membaik
Harga komoditas energi mulai dari minyak, batu bara, hingga gas mulai bangkit setelah terpuruk pada Selasa. Pada perdagangan Rabu (3/1/2024), harga minyak brent melonjak 3,5% sementara WTI melesat 3,8%.
Harga batu bara naik tipis 0,67% sementara harga gas alam Eropa terbang 7%. 

Kenaikan harga komoditas energi ini diharapkan bisa menggerakkan emiten berbasis energi seperti PT Adaro Eenrgy Indonesia (ADRO), PT Bukit Asam (PTBA), PT Indika Energy (INDY), hingga PT Medco Energi Internasional (MEDC).

Jepang, China Hingga Eropa Rilis Data PMI

Hari ini, Amerika Serikat (AS) akan merilis data klaim pengangguran dan Indeks Manajer Pembelian (PMI) Komposit S&P Global periode Desember 2023.

PMI Komposit Global AS S&P diperkirakan naik menjadi 51,0 pada bulan Desember 2023, naik dari 50,7 pada bulan November, menandai pertumbuhan sektor swasta selama 3 bulan berturut-turut dan laju tercepat dalam lima bulan, berdasarkan perkiraan awal.

Peningkatan produksi yang lebih cepat ini didukung oleh kenaikan pesanan baru yang paling tajam sejak bulan Juli, meskipun tingkat ekspansi secara historis masih rendah, dengan perusahaan-perusahaan menyatakan adanya kesulitan dalam menstimulasi permintaan.

Sektor jasa menjadi pendorong pertumbuhan, sementara sektor manufaktur menghadapi penurunan pesanan baru dan penurunan produksi yang kembali terjadi. Ada peningkatan baru dalam perekrutan tenaga kerja oleh perusahaan-perusahaan, dengan pertumbuhan lapangan kerja pada tingkat tercepat dalam tiga bulan.

Penciptaan lapangan kerja terutama terkonsentrasi di sektor jasa, sementara produsen terus mengurangi tenaga kerjanya selama tiga bulan berturut-turut.

Sementara itu, tekanan biaya meningkat karena harga input naik pada tingkat tercepat sejak bulan September. Pada gilirannya, tingkat inflasi keseluruhan untuk harga-harga yang dibebankan melambat dari bulan November.

Hari ini, sejumlah negara juga akan merilis data PMI manufaktur dan jasa mulai dari China, Jepang, Australia, hingga Eropa. Data-data ini akan mencerminkan seberapa cepat pemulihan permintaan dan ekonomi global menjelang 2024.

(saw/saw)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular