Market Commentary

IHSG Berakhir Loyo, Saham-Saham Big Cap Ini Biang Keroknya

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
03 January 2024 16:32
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021).  Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Rabu (3/1/2024), di mana investor kembali wait and see menanti rilis data ekonomi di Amerika Serikat (AS).

IHSG ditutup melemah 0,61% ke posisi 7.279,091. IHSG kembali gagal bertahan di level psikologis 7.300 dan kembali menyentuh level 7.200-an.

Nilai transaksi IHSG pada hari ini mencapai sekitaran Rp 6,8 triliun dengan melibatkan 18 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 262 saham naik, 259 saham turun dan 249 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor kesehatan kembali menjadi pemberat terbesar IHSG di hari ini, yakni sebesar 0,92%. Selain kesehatan, sektor konsumer primer juga memberatkan indeks sebesar 0,82%.

Selain itu, beberapa saham juga turut menjadi penopang IHSG pada akhir perdagangan hari ini. Berikut saham-saham yang menopang IHSG pada perdagangan hari ini.

EmitenKode SahamIndeks PoinHarga TerakhirPerubahan Harga
Bank Rakyat Indonesia (Persero)BBRI-8,755.600-1,32%
Bayan ResourcesBYAN-5,5919.600-1,75%
Bank Central AsiaBBCA-5,189.350-0,80%
Amman Mineral InternasionalAMMN-5,036.450-2,27%
Astra InternationalASII-4,495.600-1,75%
Telkom Indonesia (Persero)TLKM-3,503.960-0,75%
Sumber Alfaria TrijayaAMRT-3,252.820-2,42%
Adaro Energy IndonesiaADRO-2,932.410-3,21%
Bank Mandiri (Persero)BMRI-2,296.100-0,41%
Barito PacificBRPT-1,951.355-2,17%

Sumber: Refinitiv

Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) kembali menjadi pemberat terbesar IHSG pada sesi I hari ini, yakni mencapai 5,9 indeks poin.

IHSG berbalik arah ke zona merah setelah kemarin berhasil menyentuh rekor terbaru sepanjang masanya di 7.323,59.

Di lain sisi, investor cenderung wait and see menanti rilis data ekonomi di AS. Pelaku pasar masih menunggu data dari AS perihal Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur ISM periode Desember 2023 dan Lowongan Pekerjaan JOLTs periode November 2023.

Diketahui, PMI Manufaktur ISM AS tercatat sebesar 46,7% pada periode November 2023, tidak berubah dari 46,7% yang tercatat pada bulan Oktober 2023.

Perekonomian secara keseluruhan terus mengalami kontraksi untuk bulan kedua setelah satu bulan ekspansi lemah yang didahului oleh kontraksi sembilan bulan dan periode ekspansi 30 bulan sebelumnya.

Hari ini, AS juga akan mengeluarkan Laporan Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja AS (JOLTS) yang diantisipasi untuk bulan November 2023, akan dirilis pada tanggal 3 Januari 2024.

Lowongan Pekerjaan JOLTs diperkirakan akan mencetak antara 8,3 juta hingga 8,5 juta lowongan pekerjaan. Perkiraan ini berada di bawah ekspektasi konsensus sebesar 8,75 juta dan juga lebih rendah dibandingkan angka Oktober 2023 sebesar 8,73 juta.

Selain itu, pada besok dini hari waktu Indonesia, akan digelar Federal Open Meeting Committee (FOMC) minutes yang akan memberikan wawasan mengenai pertimbangan di balik pertemuan FOMC pada 12-13 Desember.

Untuk diketahui, pada konferensi pers setelah keputusan suku bunga, Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan anggota komite telah mulai membahas penurunan suku bunga pada tahun 2024, sehingga risalah pertemuan terbaru kemungkinan akan memberikan lebih banyak wawasan mengenai diskusi tersebut dan potensi waktu pemotongan tersebut.

Selain itu, investor sepertinya merespons dengan kecewa terkait pertumbuhan ekonomi 2023 yang diprediksi lebih rendah dari target pemerintah.

Pasalnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers realisasi APBN 2023, Selasa kemarin mengatakan ekonomi Indonesia diperkirakan akan tumbuh 5,05% pada 2023.

Laju pertumbuhan tersebut akan di bawah target APBN yakni 5,3%. Melesetnya target pertumbuhan pada tahun lalu menjadi tren negatif pemerintahan era Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang hampir selalu gagal memenuhi target pembangunan.

Selama sembilan tahun memimpin Indonesia secara penuh (2015-2023), Jokowi hanya mampu memenuhi target pertumbuhan pada 2022. Itupun dengan catatan yakni karena basis pertumbuhan pada 2021 sangat rendah.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sesi 1 IHSG Parkir di Zona Hijau, Ditopang Sektor Kesehatan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular