Newsletter

Adu Sentimen dari AS dan China, IHSG Berpeluang Bergerak Liar

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Kamis, 07/12/2023 06:00 WIB
Foto: Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
  • Investor cenderung menanti rilis data tenaga kerja yang akan mempengaruhi kebijakan moneter Amerika Serikat
  • Kabar buruk datang dari China, sebab Moody's menurunkan peringkat utang A1 menjadi "negatif" dari "stabil".
  • IHSG berpotensi bergerak volatil pada perdagangan hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Indonesia berakhir di zona merah pada perdagangan kemarin, Rabu (6/12/2023), setelah sempat bergerak ke zona hijau pada perdagangan hari ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,19% ke posisi 7.087,395. Meski terkoreksi, tetapi IHSG masih bertahan di level psikologis 7.000 hingga hari ini.

Nilai transaksi IHSG pada hari ini berkisar Rp 16 triliun dengan melibatkan 44 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,4 juta kali. Sebanyak 221 saham naik, 355 saham turun dan 191 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor teknologi menjadi pemberat terbesar IHSG di hari ini, setelah beberapa hari sebelumnya sektor tersebut menjadi penopang IHSG.

IHSG berakhir di zona merah setelah sempat bergerak cenderung volatil di sepanjang perdagangan hari ini. Selain itu, koreksinya IHSG terjadi meski sentimen pasar cenderung positif pada hari ini.

Sentimen pasar global cenderung positif setelah data lapangan kerja terbaru Amerika Serikat (AS) dirilis pada kemarin malam waktu Indonesia.

Pada Selasa malam waktu Indonesia, AS merilis data jumlah lowongan kerja yang menunjukkan penurunan sebesar 617.000 dari bulan sebelumnya menjadi 8,73 juta pada Oktober 2023, menandai level terendah sejak Maret 2021 dan berada di bawah konsensus pasar sebesar 9,3 juta.

Hal ini menandakan potensi inflasi AS yang dapat ditekan ke depan mengingat jumlah lowongan kerja yang tersedia semakin berkurang sehingga kesempatan bekerja bagi tenaga kerja semakin sedikit.

Sebaliknya, nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah pengumuman data jumlah lowongan kerja AS.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat di angka Rp15.490/US$ atau terapresiasi 0,06%. Penguatan ini berbanding terbalik dengan pelemahan yang terjadi kemarin (5/12/2023) sebesar 0,32%.

Inflasi AS yang melandai dan terus mendekati target bank sentral AS (The Fed) yakni 2% mengindikasikan bahwa suku bunga The Fed berpotensi tidak mengalami kenaikan ke depan.

Saat ini suku bunga The Fed berada di level 5,25-5,5%. Sementara survei pelaku pasar CME FedWatch menunjukkan bahwa pertemuan Desember 2023 dan Januari 2024 berpotensi The Fed menahan suku bunganya dan pasar berekspektasi cut rate akan dilakukan pada Maret 2024 sebesar 25 basis poin (bps).

Ketika suku bunga The Fed melandai, maka selisih antara BI rate dengan The Fed akan semakin jauh sehingga rupiah berpotensi semakin terapresiasi.



(ras/ras)
Pages