NEWSLETTER

Jokowi Ngamuk! Uang Warga RI Lari Ke Mana?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Kamis, 30/11/2023 05:59 WIB
Foto: Presiden Joko Widodo dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2023. (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)
  • Pasar keuangan Tanah Air kembali beragam kemarin di mana IHSG melemah sementara  rupiah menguat dan SBN kembali dicari investor
  • Wall Street ditutup beragam setelah data PDB menunjukkan ekonomi AS lebih tangguh dibandingkan perkiraan
  • Pernyataan keras Jokowi mengenai likuiditas serta data ekonomi AS diperkirakan akan membayangi pergerakan pasar keuangan Indonesia hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air pada perdagangan Rabu (29/11/2023) kembali bervariasi, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah, sedangkan rupiah ditutup menguat dan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) kembali melandai.

Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih bergerak beragam hari ini. Pernyataan keras Presiden Joko Widod (Jokowi) mengenai kekeringan likuiditas serta data ekonomi Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan membayangi pergerakan pasar keuangan Indonesia hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar keuangan Indonesia bisa dibaca pada halaman 3 dan 4 artikel ini.

IHSG pada perdagangan kemarin, Rabu (29/11/2023),  ditutup turun tipis 0,07% ke posisi 7.036,087. Meski terkoreksi, tetapi IHSG masih bertahan di level psikologis 7.000 hingga kemarin.

Nilai transaksi IHSG kemarin mencapai sekitar Rp 10 triliun dengan melibatkan 20 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak 235 saham menguat, 300 saham terkoreksi dan 226 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor infrastruktur menjadi pemberat terbesar IHSG kemarin, setelah beberapa hari sebelumnya sektor tersebut menjadi penopang IHSG.

Investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 49,96 miliar di pasar reguler pada perdagangan kemarin.

Sedangkan di bursa Asia-Pasifik, secara mayoritas melemah. Kecuali ASX 200 Australia, BSE Sensex India, Straits Times Singapura, dan TAIEX Taiwan.

Berikut pergerakan IHSG dan bursa Asia-Pasifik pada perdagangan Rabu kemarin.

Sedangkan untuk mata uang rupiah pada perdagangan kemarin kembali ditutup menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), sekaligus menandakan bahwa rupiah sudah menguat tiga hari beruntun.

Berdasarkan data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan kemarin di posisi Rp 15,390/US$ di pasar spot, menguat 0,26% di hadapan dolar AS.

Namun di Asia-Pasifik, posisi rupiah terdepak ke posisi ketiga, di mana ringgit Malaysia menjuarai dengan menguat 0,44%. Sementara untuk baht Thailand, won Korea Selatan, dolar Singapura, dan yen Jepang melemah di hadapan The Greenback (dolar AS).

Berikut pergerakan rupiah dan mata uang Asia pada perdagangan Rabu kemarin.

Adapun di pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan kemarin harganya kembali menguat, terlihat dari imbal hasil (yield) yang kembali melandai.

Melansir data dari Refinitiv, imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara terpantau turun 9,2 basis poin (bp) menjadi 6,794%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Ketika yield turun, maka tandanya investor sedang memburu SBN.

IHSG yang terkoreksi tipis terjadi setelah selama empat hari beruntun mengalami penguatan, sehingga investor juga cenderung mulai merealisasikan keuntungannya kemarin.

Meski begitu, rupiah dan SBN terpantau positif kemarin, disaat capital inflow terjadi belakangan ini ke pasar keuangan domestik.

Direktur Segara Research Institute, Piter Abdullah menilai derasnya aliran modal yang masuk ke Indonesia belakangan ini ditopang oleh sejumlah faktor internal dalam negeri. Kondisi perekonomian yang stabil, kata dia, ditambah imbal hasil (yield) SBN yang masih relatif tinggi, serta banyaknya aset saham yang relatif murah mendorong dana itu masuk ke Indonesia.

"Derasnya dana asing yang masuk ke domestik tetap menjadi perhatian Piter. Piter mewanti-wanti bahwa dana yang masuk ke Indonesia saat ini adalah hot money. Artinya, begitu muncul tanda-tanda kondisi pasar tidak sesuai ekspektasi, maka dana itu akan dengan cepat keluar dari Indonesia. "Itu harus diwaspadai," tutur Piter, kepada CNBC Indonesia.

Global Markets Economist Bank Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto menilai masuknya dana asing ke Indonesia disebabkan oleh ekspektasi terhadap sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang mulai mengendur. Data inflasi dan tenaga kerja AS, kata dia, mengalami penurunan sehingga diproyeksikan The Fed akan menahan suku bunga acuannya hingga akhir tahun.

Di sisi lain, Myrdal melihat selisih (spread) yield antara obligasi di Indonesia dan Amerika Serikat untuk tenor 10 tahun terpaut jauh di atas 200 basis poin. Perekonomian yang solid dan valuasi aset investasi di Indonesia yang relatif murah membuat investor asing kepincut masuk ke pasar Tanah Air.


(chd/chd)
Pages