Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih bergerak beragam hari ini. Pernyataan keras Presiden Joko Widod (Jokowi) mengenai kekeringan likuiditas serta data ekonomi Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan membayangi pergerakan pasar keuangan Indonesia hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar keuangan Indonesia bisa dibaca pada halaman 3 dan 4 artikel ini.
IHSG pada perdagangan kemarin, Rabu (29/11/2023), ditutup turun tipis 0,07% ke posisi 7.036,087. Meski terkoreksi, tetapi IHSG masih bertahan di level psikologis 7.000 hingga kemarin.
Berikut pergerakan IHSG dan bursa Asia-Pasifik pada perdagangan Rabu kemarin.
Sedangkan untuk mata uang rupiah pada perdagangan kemarin kembali ditutup menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), sekaligus menandakan bahwa rupiah sudah menguat tiga hari beruntun.
Namun di Asia-Pasifik, posisi rupiah terdepak ke posisi ketiga, di mana ringgit Malaysia menjuarai dengan menguat 0,44%. Sementara untuk baht Thailand, won Korea Selatan, dolar Singapura, dan yen Jepang melemah di hadapan The Greenback (dolar AS).
Berikut pergerakan rupiah dan mata uang Asia pada perdagangan Rabu kemarin.
Adapun di pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan kemarin harganya kembali menguat, terlihat dari imbal hasil (yield) yang kembali melandai.
Direktur Segara Research Institute, Piter Abdullah menilai derasnya aliran modal yang masuk ke Indonesia belakangan ini ditopang oleh sejumlah faktor internal dalam negeri. Kondisi perekonomian yang stabil, kata dia, ditambah imbal hasil (yield) SBN yang masih relatif tinggi, serta banyaknya aset saham yang relatif murah mendorong dana itu masuk ke Indonesia.
"Derasnya dana asing yang masuk ke domestik tetap menjadi perhatian Piter. Piter mewanti-wanti bahwa dana yang masuk ke Indonesia saat ini adalah hot money. Artinya, begitu muncul tanda-tanda kondisi pasar tidak sesuai ekspektasi, maka dana itu akan dengan cepat keluar dari Indonesia. "Itu harus diwaspadai," tutur Piter, kepada CNBC Indonesia.
Global Markets Economist Bank Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto menilai masuknya dana asing ke Indonesia disebabkan oleh ekspektasi terhadap sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang mulai mengendur. Data inflasi dan tenaga kerja AS, kata dia, mengalami penurunan sehingga diproyeksikan The Fed akan menahan suku bunga acuannya hingga akhir tahun.
Dari bursa Amerika Serikat, Wall Street mengakhiri perdagangan dengan beragam pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
Indeks Dow Jones menguat tipis 0,04% atau 13,44 poin ke 35.430,42. Sebaliknya, indeks Nasdaq melemah 0,16% atau 23,27 poin ke 14.258,49 dan indeks S&P 500 melandai 0,09% atau 4,31 poin ke 4.550,58.
Bursa bergerak bergaram setelah data pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2023 menunjukkan ekonomi AS masih sangat tangguh. Juga, pernyataan bank sentral AS yang dianggap lebih dovish.
Ekonomi Negeri Paman Sam tumbuh sebesar 5,2% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal III-2023. Berdasarkan data estimasi kedua dari Biro Analisis Ekonomi AS yang dirilis hari in i, realisasi tersebut lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 4,9% dan proyeksi para analis sebesar 5%.
Adapun pada kuartal sebelumnya,pertumbuhan ekonomi AS hanya sebesar 2,1% setelah turun selama tiga kuartal berturut-turut.Hasil pada kuartal III pun menandai pertumbuhan terkuat sejak kuartal terakhir 2021.
Investasi non-perumahan direvisi lebih tinggi untuk menunjukkan kenaikan sebesar 1,3% dibandingkan perkiraan awal yang turun sebesar 0,1%.
Selain itu, investasi perumahan meningkat untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun dan dengan laju yang jauh lebih cepat dari perkiraan awal (6,2% vs 3,9% pada perkiraan awal).
Sementara itu, inventaris swasta menambah pertumbuhan sebesar 1,4%, di atas perkiraan sebelumnya sebesar 1,32% dan belanja pemerintah meningkat lebih cepat (5,5% vs 4,6%).
Di sisi lain, belanja konsumen naik 3,6%, sedikit lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sebesar 4%, namun tetap menjadi kenaikan terbesar sejak kuartal IV- 2021.
Sementara itu, investor masih merespons positif dari pernyataan Gubernur bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Christopher Waller, yang mengungkapkan rasa percaya dirinya jika kebijakan The Fed "saat ini sudah dalam posisi yang baik" dalam menekan inflasi.
"Pasar sudah jauh di depan Waller yang akan memindahkan sikap The Fed," kata Adam Crisafulli, founder dan president Vital Knowledge, dikutip dari CNBC International.
Adapun penetapan harga fed fund futures menunjukkan kemungkinan bahwa The Fed dapat menurunkan suku bunga pada awal musim semi mendatang, menurut CME FedWatch Tool.
Hal ini juga dapat dibuktikan dengan perangkat CME FedWatch, di mana sebanyak 98,5% pasar memprediksi The Fed akan kembali menahan suku bunga acuannya di pertemuan Desember mendatang.
Sementara 49,5% berekspektasi The Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga pertamanya sebesar 25 basis poin (bps) pada Mei 2024 menjadi 5-5,25%.
Di lain sisi, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS kembali melandai hari ini. Yield Treasury tenor 10 tahun melandai 6,9 basis poin (bp) menjadi 4,267%, menjadi level terendah sejak September lalu.
Investor masih menanti rilis data inflasi PCE besok dan data tenaga kerja lainnya untuk pembanding apakah data-data tersebut akan meluluhkan sikap The Fed di pertemuan berikutnya.
Dari kabar korporasi di AS, saham General Motors melejit 9,4% di awal sesi, setelah perusahaan mengumumkan pembelian kembali (buyback) saham sebesar US$ 10 miliar dan menaikkan dividennya.
Sedangkan saham Phillips 66 melonjak 3,6%, setelah Elliott Investment Management mengambil saham senilai US$ 1 miliar di perusahaan energi tersebut dalam upaya untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah sentimen yang bisa menggerakkan pasar hari ini, baik dari dalam ataupun luar negeri. Sentimen luar negeri bisa datang dari beragamnya bursa Wall Street, data ekonomi AS, dan proyeksi kebijakan The Fed ke depan.
Dari dalam negeri, sentimen bisa datang dari pernyataan keras Jokowi mengenai likuiditas serta proyeksi Bank Indonesia ke depan.
Jokowi Ngamuk Karena Peredaran Uang Kering, Sektor Riil Bisa Terdampak
Presiden Joko Widodo atau Jokowi menghadiri Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2023, di Grha Bhasvara Icchana, Kantor Pusat Bank Indonesia, Rabu (29/11/2023). Acara tahunan yang digelar BI tersebut dihadiri ratusan bankir Tanah Air, pelaku usaha, hingga pemangku kebijakan mulai dari Gubernur BI Perry Warjiyo, Ketua Otoritas Jasa Keuangan Mahendra Siregar, dan Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto.
Sebagai catatan, tahun ini kemungkinan besar menjadi yang terakhir di mana Jokowi hadir di PTBI sebagai Kepala Negara. PTBI 2024 diperkirakan sudah dihadiri presiden baru hasil pemilu.
Berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Jokowi banyak menyentil isu ekonomi dalam negeri dan menyoroti kinerja pemerintahan hingga perbankan pada PTBI tahun ini.
Satu pernyataan keras Jokowi adalah soal kondisi likuiditas di perbankan yang mulai kering. Jokowi mulai mengkhawatirkan makin keringnya likuiditas di perbankan karena bisa mengganggu sektor riil, terutama dalam penyaluran kredit.
Mantan Gubernur DKI tersebut mengatakan dia sudah mendapat keluhan dari pengusaha mengenai keringnya peredaran uang di masyarakat karena perbankan lebih senang menghabiskan likuiditas untuk membeli surat berharga dibandingkan menyalurkan kredit ke masyarakat.
Dia pun meminta agar perbankan tidak menghabiskan likuiditas untuk membeli instrumen yang diterbitkan Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), seperti Surat Berharga Negara (SBN), Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), dan sekuritas valuta asing Bank Indonesia (SVBI)
"Meskipun kalau kita lihat kadang-kadang di bawah tadi saya sampaikan ke Pak Gub, Pak Gubernur saya mendengar dari banyak pelaku usaha ini kelihatannya kok peredaran uangnnya makin kering. Saya mengajak seluruh perbankan harus prudent harus hati-hati tapi tolong lebih di dorong lagi kreditnya, terutama bagi umkm," kata Jokowi dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) di Kantor Pusat BI, Jakarta, Rabu (29/11/2023)
Pernyataan Jokowi terkait keringnya peredaran uang memang tercermin dalam sejumlah data. Uang beredar dalam arti luas (M2) pada Oktober 2023 hanya tumbuh 3,4% (year on year/yoy) pada Oktober 2023. Pertumbuhan tersebut adalah yang terendah dalam sejarah Indonesia. Anjloknya uang beredar juga diperparah dengan pertumbuhan kredit yang jalan di tempat serta Dana Pihak Ketiga (DPK).
DPK per Oktober 2023 hanya tumbuh 3,43% atau jauh lebih rendah dibandingkan September yang tercatat 6,54%. DPK terus melambat dari 9% pada akhir tahun lalu menjadi di kisaran 3% pada Oktober. Kondisi ini mencerminkan makin tipisnya dana yang tersedia di bank.
Jika dilihat lebih rinci, DPK dalam Giro Korporasi melandai signifikan dari 13,8% yoy pada September menjadi hanya tumbuh 5,6% yoy pada Oktober menjadi Rp1.878,1 triliun.
Sedangkan DPK dalam Giro perorangan dan lainnya (pemda, koperasi, yayasan, dan swasta lainnya) bahkan berada di teritori negatif masing-masing 15,3% yoy dan 4,8% yoy.
Di sisi lain, kredit perbankan juga tumbuh stagnan di angka 9%. Kredit perbankan hanya tumbuh 8,99% per Oktober 2023, naik tipis dibandingkan September 2023 yang tercatat 8,96%.
Kredit perbankan bahkan dalam tren penurunan sejak akhir tahun dari 11,35% per Desember 2022 menjadi di kisaran 9%.
Biasanya DPK akan melambat sejalan dengan kenaikan kredit perbankan atau karena belanja masyarakat yang terus naik. Namun, tahun ini DPK dan kredit justru berjalan sama-sama melambat. Pertumbuhan konsumsi masyarakat juga melambat 5,06% (year on year/yoy) pada kuartal III-2023 dibandingkan 5,22% (yoy) pada kuartal II-2023.
Terkait likuiditas, Jokowi a menyinggung kondisi sektor riil, di mana pelaku usaha mengeluhkan minimnya peredaran uang imbas dari pembelian instrumen keuangan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia.
Dalam catatan CNBC Indonesia, Kementerian Keuangan dan BI memang sama-sama aktif melakukan penerbitan instrumen tahun ini. Sejak Januari 2023, Kementerian Keuangan sudah menerbitkan enam SBN ritel dengan total penerbitan sekitar Rp 102 triliun. BI juga aktif mengeluarkan instrumen seperti SRBI serta menyerap likuiditas rupiah demi menjaga stabilitas rupiah melalui operasi moneter.
Sebagai catatan, rupiah ambruk secara bulanan selama enam bulan beruntun sejak Mei hingga Oktober 2023. Selama Oktober 2023, rupiah bahkan jeblok 2,78% yang membuat BI melakukan operasi moneter dengan membeli rupiah dan menjual dolarnya. Kondisi ini ikut menyerap likuiditas perbankan.
Masih terkait peredaran uang di masyarakat, Jokowi juga mengkritisi keras Kementerian Keuangan yang belum mampu menyerap belanja secara maksimal. padahal, belanja pemerintah bisa mendongkrak uang beredar di masyarakat sekaligus memicu pertumbuhan.
Jokowi mengungkapkan realisasi belanja pemerintah daerah baru mencapai 64% per akhir November 2023. Mantan walikota Solo ini juga menyinggung realisasi belanja pemerintah pusat hanya mencapai 76%. Akibat data ini, Jokowi mengaku dirinya menghubungi Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Data Kementerian Keuangan mencatat realisasi belanja per akhir Oktober 2023 mencapai Rp2.240,8 triliun atau 73,2% dari pagu.
"Menteri Keuangan saya telepon. Hal-hal seperti ini hampir setiap hari selalu saya ikuti dan saya telepon tapi gak telepon pak Gubernur nanti intervensi. Menteri Keuangan saya telepon ini kondisinya seperti apa," papar Jokowi, dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI), Rabu (29/11/2023).
BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Akan Lebih Baik
Gubernur BI Perry Warjiyo dalam paparannya daam acara PTBI membeberkan sejumlah proyeksi ekonomi ke depan. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 4,7-5,5% pada 2024 dan 4,8-5,6% pada 2025. Pertumbuhan akan lebih tinggi dibandingkan proyeksi tahun ini yakni maksimal 4,5-5,3%.
"Salah satu tertinggi di dunia. Konsumsi dan investasi akan meningkat. Didukung kenaikan gaji ASN, Pemilu, infrastruktur di IKN. Selain ekspor, didukung hilirisasi," tutur Perry.
Inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025. Sementara itu, pertumbuhan kredit perbankan diperkirakan menembus 10-12% pada 2024 dan meningkat ke 11-13% pada 2025.
Kredit akan jauh lebih tinggi dibandingkan tahun ini yang diproyeksi 9-11%.
Sementara dari luar negeri, pada hari ini, pelaku pasar perlu mencermati sejumlah sentimen penggerak pasar hari ini, mulai dari data aktivitas manufaktur China versi NBS, inflas Personal Consumption Expenditure (PCE) AS, inflasi Uni Eropa, dan data klaim pengangguran mingguan AS.
Data Estimasi Kedua PDB AS kuartal III-2023
Sebelumnya kemarin malam waktu Indonesia, Biro Analisis Ekonomi AS merilis data estimasi kedua dari Produk Domestik Bruto (PDB) AS periode kuartal III-2023. Ekonomi Negeri Paman Sam tumbuh sebesar 5,2% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal III-2023. Realisasi tersebut lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 4,9% dan proyeksi para analis sebesar 5%.
Adapun pada kuartal sebelumnya,pertumbuhan ekonomi AS hanya sebesar 2,1% setelah turun selama tiga kuartal berturut-turut. Hasil pada kuartal III pun menandai pertumbuhan terkuat sejak kuartal terakhir 2021.
Investasi non-perumahan direvisi lebih tinggi untuk menunjukkan kenaikan sebesar 1,3% dibandingkan perkiraan awal yang turun sebesar 0,1%.
Selain itu, investasi perumahan meningkat untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun dan dengan laju yang jauh lebih cepat dari perkiraan awal (6,2% vs 3,9% pada perkiraan awal).
Sementara itu, inventaris swasta menambah pertumbuhan sebesar 1,4%, di atas perkiraan sebelumnya sebesar 1,32% dan belanja pemerintah meningkat lebih cepat (5,5% vs 4,6%).
Di sisi lain, belanja konsumen naik 3,6%, sedikit lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sebesar 4%, namun tetap menjadi kenaikan terbesar sejak kuartal IV- 2021.
PMI Manufaktur China versi NBS
China akan mengumumkan data Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur periode November versi NBS pada hari ini. Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan PMI manufaktur bulan ini mencapai 49,9.
Jika benar, maka manufaktur China sedikit membaik dari periode Oktober yang di angka 49,5. Namun, aktivitas manufaktur China masih berada di zona kontraksi karena berada di bawah angka acuan 50.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.
Sebelumnya, Trading Economics mencatat China secara tak terduga mengalami penurunan indeks manufaktur menjadi 49,5 pada Oktober 2023 dari 50,2 pada bulan September.
Nilai tersebut meleset dari perkiraan pasar sebesar 50,2 yang menyoroti bahwa pemulihan ekonomi di negara tersebut masih rapuh dan diperlukan lebih banyak langkah dukungan dari pemerintah.
Melemahnya ekonomi China dapat menjadi sentimen negatif pasar keuangan domestik. Pasalnya, China merupakan negara dengan ekonomi terbesar ke-2 dunia dan ekonomi pemimpin Asia.
Selain itu, lesunya China dapat berdampak pada perlambatan perdagangan, sehingga tingkat ekspor-impor dengan Indonesia akan mengalami gangguan.
Inflasi PCE Amerika Serikat
Inflasi PCE atau indeks harga PCE AS periode Oktober 2023 juga akan dirilis pada hari ini, lebih tepatnya malam hari waktu Indonesia.
Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan inflasi PCE pada bulan lalu mencapai 3% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada September lalu sebesar 3,4% (yoy).
Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi PCE bulan lalu juga diprediksi turun menjadi 0,1% (mtm), dari sebelumnya pada September lalu sebesar 0,4% (mtm).
Adapun inflasi PCE inti juga diprediksi melandai 0,2% pada bulan lalu, dari sebelumnya pada September sebesar 0,3%.
Jika inflasi PCE benar-benar melandai, maka pasar semakin optimis bahwa The Fed berpotensi melunak k depannya.
PCE merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed. Data ini akan membantu memberikan petunjuk mengenai arah tingkat suku bunga The Fed selanjutnya.
Klaim Pengangguran Mingguan
Data klaim pengangguran mingguan AS untuk periode pekan yang berakhir 25 November 2023 juga akan dipantau oleh pasar, mengingat pada pekan sebelumnya mengalami penurunan.
Namun, data klaim pengangguran mingguan diprediksi meningkat menjadi 213.000 pada pekan yang berakhir 25 November 2023, dari sebelumnya pada pekan yang berakhir 18 November 2023 sebesar 209.000 klaim.
Jika data klaim pengangguran AS benar-benar kembali naik, maka pasar akan cenderung bimbang menentukan apakah The Fed dapat bersikap melunak atau tidak.
Namun, The Fed sebelumnya menekankan bahwa mereka akan lebih berhati-hati menentukan arah kebijakan moneter berikutnya.
Inflasi Uni Eropa
Uni Eropa akan merilis data inflasi periode November pada hari ini. Sebelumnya, inflasi Uni Eropa tercatat sebesar 2,9% pada Oktober berada di bawah perkiraan konsensus 2,8% (yoy).
Meski demikian, persentase kenaikan harga di Eropa menunjukkan level terendah sejak Juli 2021, namun masih di atas target bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) sebesar 2%. Melambatnya inflasi UE terutama didorong oleh penurunan harga energi dan perlambatan ekonomi.
Sementara itu, tingkat suku bunga inti, tidak termasuk harga pangan dan energi yang berfluktuasi, juga turun menjadi 4,2% pada bulan Oktober, mencapai level terendah sejak Juli 2022.
Sentimen ini dapat menjadi pendorong pasar, sebab terkendalinya inflasi akan membuat kebijakan bank sentral yang lebih melunak. Biasanya, hal ini akan membuat pelaku pasar lebih berani mengambil risiko dalam berinvestasi termasuk di pasar modal.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Rilis data produksi industri Korea Selatan periode Oktober 2023 (06:00 WIB),
- Rilis data penjualan ritel Korea Selatan periode Oktober 2023 (06:00 WIB),
- Rilis data produksi industri Jepang periode Oktober 2023 (06:50 WIB),
- Rilis data penjualan ritel Jepang periode Oktober 2023 (06:50 WIB),
- Rilis data izin pendirian bangunan Australia periode Oktober 2023 (07:30 WIB),
- Rilis data PMI manufaktur China NBS periode November 2023 (08:30 WIB),
- Rilis data indeks keyakinan konsumen Jepang periode November 2023 (12:00 WIB),
- Rilis data flash reading inflasi Uni Eropa periode November 2023 (17:00 WIB),
- Rilis data tingkat pengangguran Uni Eropa periode Oktober 2023 (17:00 WIB),
- Rilis data inflasi PCE Amerika Serikat periode Oktober 2023 (20:30 WIB),
- Rilis data klaim pengangguran mingguan untuk periode pekan yang berakhir 25 November 2023 (20:30 WIB).
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
- RUPS Luar Biasa PT Transkon Jaya Tbk (09:00 WIB),
- RUPS Tahunan PT Sariguna Primatirta Tbk (10:00 WIB),
- RUPS Luar Biasa PT Mora Telematika Indonesia Tbk (10:00 WIB),
- RUPS Luar Biasa PT SLJ Global Tbk (10:00 WIB),
- RUPS Luar Biasa PT Tanah Laut Tbk (14:00 WIB),
- RUPS Luar Biasa PT Maharaksa Biru Energi Tbk (14:00 WIB),
- Cum date dividen tunai PT Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk,
- Cum date dividen tunai PT Graha Mitra Asia Tbk,
- Cum date dividen tunai PT Organon Pharma Indonesia Tbk,
- Ex date dividen interim tunai PT Medco Energi Internasional Tbk,
- Cum date right issue PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk.
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]