Newsletter

AS Beri Kabar Penting, Alarm Bahaya Ekonomi RI Mulai Menyala

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
14 November 2023 06:00
4 Negara Asia Ini Terancam Bangkrut, Utang & Inflasi Meroket
Ekonomi/ Ilham Restu
  • IHSG menguat sementara rupiah melemah pada perdagangan kemarin
  • Wall Street ditutup beragam dengan mayoritas indeks melemah
  • Data inflasi AS serta mulai melemahnya ekonomi Indonesia bisa menjadi sentimen bagi pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia kompak ditutup beragam pada perdagangan Senin (13/11/2023), dimana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat sejak sesi satu hingga penutupan, sementara rupiah harus melemah terhadap dolar AS.

Pasar keuangan Indonesia diperkirakan akan bergerak beragam pada hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini akan dibahas pada halaman 3 artikel ini.

IHSG pada perdagangan kemarin, Senin (13/11/2023) ditutup menguat 0,43% di level 6.838,31.

Kenaikan IHSG pada perdagangan Senin kemarin didorong oleh kenaikan semua sektor kecuali satu sektor yakni transportasi yang melemah 0,20%.

Sebanyak 283 saham bergerak naik, 244 bergerak turun dan 226 tidak berubah dengan transaksi turnover 7,72 triliun dengan 21,38 miliar lembar saham. Investor asing mencatat net sell sebesar Rp 108,5 miliar.

Penguatan IHSG didorong dari gemarnya asing mengoleksi saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) yang naik 4,03%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang melesat 0,57%, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang melejit 0,87% dan saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) yang menguat 0,82%.

Selain itu kenaikan IHSG didorong juga dari saham-saham volatile yang memilki market cap cukup besar yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang naik 1,44% dengan market cap 709,07 triliun dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang menguat 3,95% dengan market cap 94,91 triliun.

Peningkatan saham BREN yang sangat signifikan sebesar 443,59% secara year to date (ytd) hingga perdagangan Senin (13/11/2023) di posisi Rp5.300 per lembar saham membuat Taipan Prajogo Pangestu sukses menjadi orang terkaya di Indonesia versi Forbes.

Beralih ke rupiah, dilansir dari Refinitiv rupiah ditutup melemah pada perdagangan Senin (13/11/2023) di level Rp15.695/US$ atau turun 0,03%. Pelemahan ini sudah terjadi lima hari beruntun sejak 7 November 2023. Hal ini menjadikan adanya kekhawatiran rupiah akan menjebol level psikologis Rp15.700/US$ kembali.

Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa terjadi capital outflow pada periode 6-9 November. Investor asing melakukan net sell di pasar keuangan domestik, mencatatkan jual neto sebesar Rp1,27 triliun, dengan penjualan neto Rp1,59 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), Rp1,35 triliun di pasar saham, dan pembelian neto Rp1,66 triliun di SRBI.

Selain itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan potensi masih akan terus tingginya tekanan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah dalam jangka waktu yang panjang.

Kemudian dari Amerika Serikat (AS), pidato dari  Chairman bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell masih menjadi pemberat rupiah, pekan lalu. Jerome Powell memberikan kode bahwa inflasi cukup sulit mencapai target yang ditentukan, sehingga memungkinkan adanya pengetatan kembali. Pernyataan ini mematahkan harapan pelaku pasar yang telah menyaksikan pelemahan data tenaga kerja AS sebagai indikator melunaknya The Fed.

Hal ini memberikan kekhawatiran bagi pelaku pasar khususnya di Indonesia karena jika The Fed menaikkan suku bunganya, maka selisih suku bunga acuan The Fed dengan Bank Indonesia (BI) akan semakin sempit yang berujung pada capital outflow dan semakin menekan pasar keuangan domestik termasuk rupiah.

Dari pasar obligasi Indonesia, Surat Berharga Negara (SBN) kembali dilepas oleh pelaku pasar. Imbal hasil obligasi tenor 10 tahun melejit ke level 6,902 % pada perdagangan Senin (13/11/2023) dari 6,77% pada perdagangan Jumat pekan lalu.

Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street ditutup beragam pada perdagangan Senin (13/11/2023), dimana investor wait and see menanti data inflasi AS.

Dow Jones menguat 0,16% di level 34.337,87, S&P 500 melemah 0,08% di level 4.411,55, dan Nasdaq turun 0,22% di level 13.767,74..

Wall Street dominan ditutup terkoreksi karena investor menahan napas sebelum pembacaan inflasi penting yang dapat memberikan petunjuk mengenai berapa lama The Federal Reserve AS akan mempertahankan suku bunga tetap tinggi.

Setelah indeks menikmati reli yang solid pada perdagangan Jumat pekan kemarin, kini pasar mengalihkan fokusnya pada hari Senin ke data Indeks Harga Konsumen (CPI), yang akan dirilis pada Selasa pagi. Para ekonom memperkirakan kenaikan sebesar 3,3% untuk bulan Oktober, turun dari 3,7% pada bulan September. Namun harga inti diperkirakan tidak berubah dari bulan sebelumnya.

Data inflasi bersama dengan pasar tenaga kerja, "jelas merupakan faktor penentu dalam hal-hal yang penting bagi pasar keuangan, karena hal ini menentukan arah kebijakan Fed selanjutnya," ujar Matt Stucky, kepala manajer portofolio ekuitas di Northwestern Mutual Wealth Management Company di Milwaukee, Wisconsin, dikutip dari CNBC International.

"Pasar mempunyai ekspektasi bahwa The Fed sudah selesai menaikkan suku bunganya dan agar hal tersebut menjadi kenyataan, kita perlu melanjutkan kemajuan dalam hal inflasi," bersamaan dengan dinginnya pasar tenaga kerja, tambahnya.

perangkat FedWatch CME Group menunjukkan pelaku pasar memperkirakan hampir 86% kemungkinan The Fed mempertahankan suku bunga di level 5,25-5,50% pada Desember mendatang.

Data inflasi menjadi alasan utama investor "dalam pola bertahan" pada Senin, Michael O'Rourke, kepala strategi pasar di JonesTrading di Stamford, Connecticut mengatakan mereka juga mencerna prospek kredit AS yang lebih lemah.

Moody's pada Jumat  pekan lalu menurunkan prospek peringkat kredit AS menjadi "negatif" dari "stabil", dengan alasan defisit fiskal yang besar dan penurunan keterjangkauan utang.

Hal ini menambah keengganan investor untuk mengambil keputusan besar menjelang tenggat waktu akhir pekan yang berpotensi mengakibatkan penutupan pemerintah AS, ujar O'Rourke.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Mike Johnson meluncurkan kebijakan belanja sementara Partai Republik pada hari Sabtu kemarin yang bertujuan untuk mencegah penutupan pemerintahan, namun tindakan tersebut dengan cepat mendapat tentangan dari anggota parlemen dari kedua partai di Kongres.

Namun pada Senin sore, tokoh terkemuka di Senat AS dari Partai Demokrat Chuck Schumer menyatakan dukungan tentatif terhadap rancangan undang-undang pendanaan jangka pendek Johnson yang akan membuat pemerintah tetap buka hingga akhir pekan.

Indeks-indeks saham utama AS telah menguat sepanjang bulan ini, dipicu oleh musim laporan laba yang lebih kuat dari perkiraan dan harapan bahwa suku bunga AS mendekati puncaknya.

Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah isu dan sentimen penting pada perdagangan hari ini, Selasa (14/11/2023). Mayoritas indeks Wall Street yang melemah dikhawatirkan bisa menular ke pasar keuangan domestik. Terlebih, data-data ekonomi Indonesia mulai mengkhawatirkan.

Dari luar negeri, sentimen terbesar akan datang dari pengumuman inflasi Amerika Serikat (AS) untuk Oktober.

Inflasi AS Diproyeksi Melandai
As hari ini, Selasa (14/10/2023), akan merilis data inflasi periode Oktober 2023. Pelaku pasar memperkirakan inflasi AS akan melandai ke 3,3% (year on year/yoy) pada Oktober 2023 tetapi inflasi inti akan tetap berada di angka 4,1%.  Inflasi melandai sebagian besar disebabkan oleh moderasi harga energi.

Diketahui, inflasi AS pada  September 2023 tercatat 3,7% (yoy), turun tipis dibandingkan Agustus 2023 yang tercatat 3,7%.

Sementara itu, inflasi inti, ukuran kenaikan biaya yang tidak termasuk harga energi dan pangan karena volatilitasnya tercatat 4,1%. Artinya harga-harga naik lebih sedikit pada bulan September dibandingkan pada bulan Agustus, ketika harga bensin melonjak 10% dari bulan Juli.

Pemerintah mengatakan biaya tempat tinggal naik 7,2% dibandingkan tahun lalu. Hal tersebut merupakan alasan terbesar kenaikan tersebut, dan hal ini mencerminkan pertumbuhan harga rumah yang berkelanjutan, yang menurut beberapa pengukuran berada pada titik tertinggi sepanjang masa.

Data inflasi menjadi salah satu pertimbangan utama The Fed dalam menentukan kebijakan suku bunganya. The Fed menargetkan inflasi AS turun ke kisaran 2%. Inflasi telah mencapai titik tertinggi dalam 40 tahun pada Juni 2022 yang menembus 9,1% (yoy) dan secara umum telah melambat sejak saat itu.

Ekonomi RI Melambat, Perlukah Was-Was?

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memperkirakan perekonomian Indonesia hanya akan tumbuh 5,01% pada 2023. Proyeksi tersebut merujuk pada asumsi prognosa sesuai dengan Anggaran Tahunan Bank Indonesia (ATBI).
Pertumbuhan tersebut memang masih sejalan dengan proyeksi awal yakni 4,5-5,3% tetapi jauh dari target pemerintah yakni 5,3%  
Perry mengakui pertumbuhan ekonomi kuartal III jauh meleset dari perkiraannya yakni sekitar 5,15%. 

"Perkiraan kami masih bisa diasumsi prognosa ATBI adalah 5,01%," kata Perry saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Jakarta, Senin (13/11/2023).

Perlambatan ekonomi domestik ini salah satunya disebabkan daya beli masyarakat yang mulai tertekan. Tingkat konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2023 hanya sebesar 5,06% dari kuartal II yang mampu tumbuh hingga 5,22%. Perlambatan tercermin dari ambruknya penjualan mobil, ritel, hingga kredit perbankan.

Penjualan mobil Oktober tercatat 80.271 unit pada Oktober 2023, naik tipis 0,44% (/mtm) tetapi jeblok 13,9% (yoy).

Capaian ini menjadikan penjualan bulanan terendah ketiga sejak awal tahun 2023, setelah penjualan bulan Mei dan September. Yang tercatat masing-masing 58.981 unit dan 79.919 unit.

Secara keseluruhan, penjualan wholesales (pabrik ke dealer) mobil nasional turun 1,8% (yoy) menjadi 836.049 unit pada Januari-Oktober 2023.

BI  juga mencatat Indeks Penjualan Riil (IPR) Oktober sebesar 206,3, atau secara tahunan tumbuh 1,8% (yoy). Namun, secara bulanan, kinerja penjualan eceran kontraksi 1,5%.

Secara bulanan, penjualan eceran mengalami kontraksi 1,5% (mtm), setelah bulan sebelumnya tumbuh 0,4% (mtm).

Subkelompok sandang tercatat kontraksi sebesar 3,7%, diikutil oleh kelompok bahan bakar kendaraan bermotor yang turun 2,2%, suku cadang dan aksesori serta makanan, minuman dan tembakau yang kontraksi 1,6%.

Perlambatan juga terlihat dari pertumbuhan kredit perbankan yang hanya mencapai 8,96% (yoy) pada September 2023, dari 9,06% (yoy) pada Agustus 2023.



Tekanan ke Rupiah Berlanjut?

Dalam kesempatan yang sama, Perry mengungkapkan potensi masih akan terus tingginya tekanan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah dalam jangka waktu yang panjang.

Menurut Perry, kondisi tersebut dipicu oleh munculnya fenomena baru, yakni term premia atau meningkat tingginya suku bunga US Treasury karena membengkaknya utang pemerintah AS untuk kebutuhan pemulihan Covid-19 dan pembiayaan perang.

Berdasarkan catatannya, imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun telah meningkat sejak kuartal III-2023 menjadi 4,57% dari kuartal II sebesar 3,84%. Lalu pada kuartal IV naik pesat menjadi 5,16% dan baru turun pada paruh kedua 2024 menjadi 4,87%.

Akibat kondisi ini ia mengatakan, aliran modal dari negara-negara berkembang atau emerging market terus keluar menuju aset-aset likuid di negara maju, terutama dolar AS. Kondisi ini menyebabkan fenomena strong dollar.

Dampak rambatan dari tekanan kuat dolar tersebut, kata Perry sebetulnya masih terkendali terhadap rupiah ketimbang depresiasi mata uang negara-negara lain. Rata-rata pergerakan rupiah sepanjang tahun ini pun ia perkirakan di level Rp 15.280.

Berdasarkan data Perry, rata-rata nilai tukar rupiah pada kuartal IV-2023 akan bergerak di level Rp 15.755 dari sebelumnya pada kuartal III di kisaran Rp 15.215 per dolar AS. Pada 2024, berdasarkan asumsi Rencana Anggaran Tahunan Bank Indonesia (RATBI) 2024 sebesar Rp 15.510.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
• Laporan Bulanan IEA - AS (16.00 WIB)
• Pidato Gubernur Fed Jefferson - AS (17.30 WIB)
• Indeks Harga Konsumen (IHK) Oktober 2023 - AS (20.30 WIB)

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
• Cum Date Stock Split Rasio 1:5 - PT Indointernet Tbk (EDGE)
• Cum Date Cash Dividend Rp110 - PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI)
• RUPSLB - PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)
• Cum Date Cash Dividend Rp30 - PT Trans Power Martine Tbk (TPMA)
• Virtual Public Expose - PT Astra International Tbk (ASII)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular