Harga Minyak Terus Ambruk, RI Tunggu Kabar Baik dari China-AS
- Pasar keuangan Indonesia mencatatkan kinerja negatif di mana IHSG, rupiah, dan imbal hasil ada di zona merah
- Wall Street terus melanjutkan pesta
- Data inflasi China, penjualan ritel, hingga ambruknya harga minyak diproyeksi akan menjadi penggerak pasar hari ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja pasar keuangan Indonesia babak belur pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah ambles. Sedangkan Surat Berharga Negara (SBN) kembali menunjukkan penurunan harga.
Pasar keuangan Indonesia pada hari ini diharapkan membaik. Selengkapnya mengenai sentimen penggerak pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
Pada penutupan perdagangan kemarin, Rabu (8/11/2023), IHSG ditutup di posisi 6.804,10 atau ambruk 0,58%. Posisi penutupan kemarin adalah yang terendah sejak 3 November 2023.
Sebanyak 186 saham menguat, 354 saham melemah sementara 211 bergerak stagnan. Nilai perdagangan yang tercatat kemarin mencapai Rp8,36 triliun dengan melibatkan 19,05 miliar saham.
Investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp0,73 triliun di seluruh pasar, baik di regular, negosiasi, maupun pasar tunai.
Dari sisi nilai tukar, rupiah kembali ambruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan ditutup di angka Rp15.645/US$ atau melemah 0,13%. Hal ini melanjutkan tren pelemahan Selasa (7/11/2023) yang juga ditutup melemah 0,58%.
Pasar keuangan domestik mengalami tekanan meski kemarin (8/11/2023) Bank Indonesia (BI) mengumumkan kabar baik yakni Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Oktober tercatat meningkat menjadi 124,3, lebih tinggi dibandingkan September 2023, yaitu sebesar 121,7.
"Survei Konsumen Bank Indonesia pada Oktober 2023 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal ini tecermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Oktober 2023 sebesar 124,3, lebih tinggi dibandingkan dengan 121,7 pada September 2023," kata Direktur Departemen Komunikasi BI Nita A. Muelgini dalam keterangan pers, Rabu, (8/11/2023).
Kendati tercatat rupiah mengalami pelemahan, namun BI optimis rupiah dapat mengalami penguatan ke depannya khususnya karena terjaganya pasokan aliran modal asing ke Indonesia belakangan ini terkhusus ke Instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Edi Susianto mengatakan, per 6 November 2023, kepemilikan asing di SRBI telah mencapai Rp16,98 triliun, dari total outstanding SRBI sebesar Rp144,31 triliun. Sementara itu, total yang sudah diperdagangkan di pasar sekunder Rp27,99 miliar.
Sementara di pasar SBN, imbal hasil SBN tenor 10 tahun pada Rabu (8/11/2023) tercatat ditutup naik menjadi 6,752% dari 6,717%. Hal ini mengindikasikan bahwa investor cenderung melepas obligasi yang terfleksi dari harga obligasi yang menurun. Imbal hasil dan harga obligasi berbanding terbalik sehingga kenaikan imbal hasil menandai harga yang jeblok.
Sebagai catatan, per 8 November 2023, spread imbal hasil antara US Treasury dan SBN sebesar 225 basis poin (bps) dengan imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun berada di angka 4,5%.
(rev/rev)