Newsletter

Harga Minyak Terus Ambruk, RI Tunggu Kabar Baik dari China-AS

Revo M, CNBC Indonesia
09 November 2023 06:00
Bendera China
Foto: REUTERS/DADO RUVIC

Pasar keuangan Indonesia diharapkan mampu mengakhiri perdagangan di zona hijau hari ini dengan sentimen positif yang datang dari domestik serta dari luar negeri. Dominasi Wall Street yang berada di zona hijau berpotensi memberikan angin segar bagi pasar keuangan domestik.

Sejumlah sentimen baik dari dalam ataupun luar negeri juga akan membayangi pergerakan IHSG, rupiah, dan SBN pada hari ini.

Inflasi China
Inflasi China akan dirilis pada Kamis (9/11/2023) pagi hari baik secara bulanan maupun tahunan. Trading Economics memproyeksikan inflasi China akan berada di angka 0,2% (year on year/yoy dan 0,2% (month on month)/mom untuk periode Oktober.

Sementara Producer Price Index (PPI) China pun diproyeksikan konsensus lebih rendah dengan deflasi sebesar 2,7% yoy dari periode sebelumnya yang mengalami deflasi 2,5%.

Inflasi China ini menjadi penting sebab salah satu tanda bahwa suatu negara mengalami pertumbuhan dan bergerak ke arah yang positif yakni diikuti dari inflasi yang terjadi.

Bagi China sendiri, belakangan ini Consumer Price Index (CPI) secara tahunan masih tergolong sangat rendah bahkan sempat mengalami deflasi pada Juli 2023 dan memberikan kekhawatiran bagi pasar.

Data inflasi China ini menjadi penting bagi Indonesia karena China merupakan negara dengan perekonomian terbesar di Asia dan menjadi tujuan utama ekspor Indonesia. Oleh karena itu, perkembangan ekonomi di China akan berdampak signifikan terhadap ekonomi domestik.

Penjualan Ritel Indonesia

Pada pukul 10.00 WIB, Bank Indonesia (BI) akan merilis penjualan ritel secara tahunan. Sebelumnya, penjualan ritel di Indonesia meningkat sebesar 1,1% (yoy) pada bulan Agustus 2023, turun dari kenaikan 1,6% pada bulan Juli dan menunjukkan pertumbuhan selama tiga bulan berturut-turut.

Sementara proyeksi yang dihimpun oleh Trading Economics menunjukkan penjualan ritel Indonesia akan naik menjadi 2,9% yoy. Jika hal ini terjadi, maka ini menjadi hal positif bagi perekonomian Indonesia karena menunjukkan bahwa mayoritas penjualan bertumbuh yang berimplikasi bahwa perekonomian Indonesia berjalan dengan cukup baik.

Klaim Pengangguran Awal & Lanjutan AS

Pukul 20.30 WIB, Departemen Ketenagakerjaan AS akan merilis klaim pengangguran awal & lanjutan.

Pada periode yang berakhir tanggal 28 Oktober 2023, tercatat jumlah orang AS yang mengajukan tunjangan pengangguran meningkat 5.000 menjadi 217.000. Angka tersebut berada di atas ekspektasi pasar sebesar 210.000, menandai jumlah klaim tertinggi dalam hampir dua bulan. Sementara konsensus berekspektasi klaim pengangguran awal yang berakhir tanggal 4 November 2023 naik menjadi 218.000.

Sedangkan klaim pengangguran lanjutan terus meningkat sebesar 35.000 menjadi 1.818.000 pada pekan yang berakhir 21 Oktober 2023, tertinggi sejak pertengahan April, dari 1.783.000 pada minggu sebelumnya, dan di atas perkiraan pasar sebesar 1.800.000. Hal ini menunjukkan bahwa pengangguran semakin kesulitan mendapatkan pekerjaan. Lebih lanjut, data tersebut sejalan dengan sinyal dari The Fed bahwa kondisi pasar tenaga kerja sedang mengalami sedikit pelemahan, meskipun secara historis masih berada pada tingkat yang ketat.

Ambruknya Harga Minyak
Harga minyak mentah terus ambruk dalam dua hari terakhir. Pada perdagangan Rabu (9/11/2023), harga minyak WTI  ditutup melemah 2,23% di posisi
 US$ 79,79/barel sementara WTI ditutup jeblok 2,26% ke US$ 75,62 per ton. Pelemahan ini memperpanjang tren negatifnya.

Dalam dua hari terakhir, harga minyak brent ambruk 6,3% sementara WTI jeblok 6,5% lebih. Pelemahan harga minyak ini akan membebani laju IHSG dan saham emiten berbasis komoditas minyak. Di antaranya adalah PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), dan PT Elnusa Tbk (ELSA).

Harga minyak jeblok karena peningkatan ekspor OPEC meredakan kekhawatiran tentang pengetatan pasar dan penguatan dolar.Ketakutan para pelaku pasar mengenai konflik Timur Tengah kini mulai mereda. Selain itu, pemulihan ekspor minyak dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) juga menambah tekanan pada harga minyak.

Ekspor minyak mentah OPEC naik sekitar 1 juta barel per hari (bph) sejak nilai terendahnya pada bulan Agustus, sebagai akibat dari penurunan permintaan domestik secara musiman di Timur Tengah. Tampaknya pasokan ini terlalu banyak untuk diserap oleh negara-negara konsumen minyak.

Minyak brent berada pada titik terendah dalam 2-1/2 bulan, menunjukkan berkurangnya kekhawatiran terhadap defisit pasokan.

Dari sisi permintaan, impor minyak mentah China pada bulan Oktober menunjukkan pertumbuhan yang kuat namun total ekspor barang dan jasa mengalami kontraksi lebih cepat dari perkiraan.

Data tersebut menandakan berlanjutnya penurunan prospek ekonomi China yang didorong oleh memburuknya permintaan di negara tujuan ekspor terbesar negara tersebut.

Stok minyak mentah AS naik hampir 12 juta barel pada pekan lalu, menurut sumber pasar yang mengutip data American Petroleum Institute. Badan Informasi Energi AS kini memperkirakan total konsumsi minyak bumi di negara tersebut akan turun sebesar 300.000 barel per hari pada tahun ini, membalikkan perkiraan sebelumnya yang memperkirakan kenaikan sebesar 100.000 barel per hari.

(rev/rev)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular