Newsletter

Kabar Gembira! The Fed Tahan Suku Bunga, Saatnya RI Pesta?

mae, CNBC Indonesia
02 November 2023 06:00
Foto kolase beras, cabai rawit merah kriting, dan gula. (CNBC Indonesia)a
Foto: Foto kolase beras, cabai rawit merah kriting, dan gula. (CNBC Indonesia)a

Inflasi RI Melonjak
Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Indonesia naik menjadi 2,56% (yoy) dan 0,17% (month to month/mtm)pada Oktober 2023. Kelompok pangan masih menjadi penyumbang inflasi terbesar karena lonjakan harga beras, bensin dan cabai rawit. Hal ini menunjukkan bahwa harga pangan di Indonesia mayoritas menjadi lebih mahal dibandingkan sebelumnya sehingga membebani masyarakat.

Inflasi inti sebesar 1,19% yoy yang merupakan posisi terendah sejak 21 bulan terakhir. Secara tahunan, inflasi Oktober melesat dibandingkan September yang tercatat 2,28% sementara secara bulanan lebih rendah dibandingkan September (0,19%).

Kenaikan harga pangan memicu tingginya inflasi barang bergejolak (volatile food) hingga mencapai 5,54% yoy dan 0,21% mtm pada Oktober 2023. Komoditas yang memberikan andil cukup signifikan yakni beras, daging ayam ras, bawang putih, dan kentang. Inflasi volatile sebesar 5,54% (yoy) ada di atas target pemerintah dan Bank Indonesia (BI) yakni 4-5%.

Beras merupakan penyumbang andil inflasi pada volatile food dengan inflasi beras sebesar 1,72% mtm dan andil 0,06%. Bobot beras dalam perhitungan inflasi terbilang besar yakni 3,33% terhadap kelompok pangan sehingga perkembangan harga beras akan berdampak terhadap laju inflasi.

Inflasi pangan menjadi salah satu kekhawatiran besar Presiden Joko Widodo (Jokowi) karena besarnya pengeluaran masyarakat Indonesia untuk pangan.

Dalam hitungan BPS, warga miskin menghabiskan 75% pengeluarannya untuk makanan. Jika harga pangan semakin mahal maka tingkat kemiskinan bisa meningkat.
Tak hanya itu, kenaikan inflasi akan menggerus daya beli sehingga akan berdampak besar terhadap penjualan perusaahan, terutama consumer goods.
Perusahaan seperti PT Unilever Indonesia (UNVR), PT Mayora Indah (MYOR), ataupun
PT Matahari Putra Prima (MPPA) akan terimbas.

PMI Indonesia dan ASEAN Jeblok
P
MI manufaktur Indonesia ada di angka 51,5. Indeks PMI terjun ke level terendah sejak Mei 2023 atau terendah dalam lima bulan terakhir. Meski melandai, PMI manufaktur Indonesia sudah berada dalam fase ekspansif selama 26 bulan terakhir.PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.


S&P Global menjelaskan PMI melambat karena menurunnya pemesanan baru dari luar negeri sejalan dengan melambatnya permintaan.Kepercayaan bisnis dalam 12 bulan ke depan turun jauh ke level terendah sejak Februari 2023.Kepercayaan bisnis ambruk karena meningkatnya ketidakpastian global ke depan.

"Tanda-tanda perlambatan semakin nyata termasuk melemahnya pertumbuhan permintaan baru selama dua bulan beruntun. Kepercayaan dunia bisnis juga turun jauh," tutur JingyiPan, Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence, dikutip dari website resmi S&P.

S&P Global menjelaskan PMI melambat karena menurunnya pemesanan baru dari luar negeri sejalan dengan melambatnya permintaan.Kepercayaan bisnis dalam 12 bulan ke depan turun jauh ke level terendah sejak Februari 2023.Kepercayaan bisnis ambruk karena meningkatnya ketidakpastian global ke depan.

Tak hanya Indonesia, ambruknya PMI juga terjadi di hampir seluruh negara ASEAN. Sinyal ini menunjukkan jika kawasan ini bisa melambat pertumbuhannya ke depan. Padahal, ASEAN adalah salah satu tujuan ekspor terbesar Indonesia.

PMI Vietnam turun ke 49,6 pada Oktober, dri 49,7 pada Septmber sementara PMI Thailand turun menjadi 47,5 pada Oktober dari 47,8 pada September. PMI Manufaktur China juga jatuh ke fase kontraksi yakni 49,5 pada Oktober dari fase ekspansif 50,6 pada September.
Padahal, China adalah motor ekonomi Asia dan berkontribusi sebesar 24% dari total ekspor Indonesia.


Harga Komoditas Masih Jeblok
Harga komoditas kompak jatuh pada perdagangan Rabu (1/11/2023). Harga minyak brent ditutup melemah 0,02% sehari dan anjok 4,6% sepekan ke US$ 85,04 per barel sementara harga minyak WTI ambruk 0,21% sehari dan 5,3% sepekan menjadi US$ 80,85 per barel.
Harga batu bara juga jeblok 0,71% ke US$ 126 per ton atau level terendahnya dalam tiga bulan.

Ambruknya harga komoditas bisa membebani IHSG dan rupiah mengingat banyaknya perusahaan Indonesia yang menggantungkan hidup dari komoditas. Harga komoditas yang melandai juga bisa menekan ekspor sehingga pasokan dolar berkurang.

Pelemahan harga minyak dan batu bara bisa menekan kinerja saham sejumlah perusahaan mulai dari PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT elnusa (ELSA), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Bayan Resources (BYAN), PT Indika Energy (INDY), PT Adaro Energy Indonesia (ADRO), PT Bukit Asam (PTBA), PT Indo Tambangraya Megah (ITMG), PT Adaro Minerals Indonesia (ADMR) hingga Harum Energy (HRUM

(mae/mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular