
Kabar Gembira! The Fed Tahan Suku Bunga, Saatnya RI Pesta?

Dari Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street kembali berpesta dengan menguat pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (2/11/2023). Kenaikan bursa ditopang oleh keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) yang menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50%.
Indeks Dow Jones ditutup menguat 0,67% ke posisi 33.274,58. Indeks S&P melonjak 1,05% ke 4.237,86 sementara indeks Nasdaq juga terbang 1,64% ke 13.061,47.
Penguatan ini memperpanjang tren positif Wall Street yang juga menguat pada dua hari sebelumnya.
Saham-saham teknologi menjadi bintang dengan penguatan sektor mencapai 2%. Saham Nvidia terbang 3% sementara Advanced Micro Devices melesat 9,7%.
Seperti diketahui, The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50%. Namun, The Fed menegaskan jika inflasi belum berjalan secepat keinginan mereka sehingga potensi kenaikan suku bunga masih ada.
Keputusan The Fed menahan suku bunga pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (2/11/2023) adalah yang kedua kalinya dalam dua pertemuan terakhir. The Fed terakhir kali menaikkan suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) 25 Juli 2023.
Keputusan menahan suku bunga juga sejalan dengan ekspektasi pelaku pasar.
Dalam pernyataan resminya, The Fed mengatakan jika indikator terbaru menunjukkan aktivitas ekonomi AS masih kuat pada kuartal III-2023 tetapi data tenaga kerja sudah bergerak moderat. Tingkat pengangguran juga masih rendah dan inflasi masih tinggi.
"Komite tetap menetapkan target inflasi di kisaran 2%. Dalam menetapkan kebijakan moneter, komite akan mempertimbangkan dampak kumulatif dari pengetatan moneter, dampak ekonomi, dan perkembangan sektor keuangan," tulis The Fed dalam keterangan resminya.
Chairman Jerome Powell pada saat konferensi pers usai rapat FOMC menjelaskan jika upaya untuk membawa inflasi kembali ke kisaran 2% masih jauh.
Damanick Dantes, analis dari Global X, memperkirakan peluang The Fed untuk menaikkan suku bunga di Desember kecil karena besarnya dampak kenaikan imbal hasil US Treasury.
Imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun sempat melonjak ke 5% meskipun saat ini sudah melandai ke kisaran 4,7%.
Salah satu faktornya adalah rencana Kementerian Keuangan AS yang akan menerbitkan utang senilai US$ 112 miliar.
"Dengan kenaikan imbal hasil seperti saat ini maka peluang kenaikan menjadi berkurang. Kondisi keuangan yang lebih ketat sejak September sudah ikut membantu The Fed dalam menekan inflasi," tutur Dantes, dikutip dari CNBC International.
AS kemarin juga melaporkan data tenaga kerja Job Openings and Labor Turnover Summary (JOLTS). Data terbaru menunukan penciptaan lapangan kerja naik 56.000 menjadi 9,55 juta pada September, level tertingginya dalam empat ulan terakhir. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar di 9,25 juta.
Sektor swasta hanya menambah 113.000 tenaga kerja pad Oktober, di bawah ekspektasi pasar yakni 150.000
Data tenaga kerja adalah salah satu yang menjadi pertimbangan The Fed ke depan. Pelaku pasar juga masih menunggu laporan keuangan periode Juli-September 2023. Dari 310 perusahaan yang sudah melaporkan keuangan sebanyak 79,7% menunjukkan perbaikan kinerja di atas ekspektasi sementara 16,1% di bawah ekspektasi.
(mae/mae)
