Newsletter

Harga Komoditas Ambruk Berjamaah, IHSG-Rupiah Tahan Banting?

mae, CNBC Indonesia
31 October 2023 06:04
Ilustrasi bearish market vs bullish market
Foto: Pixabay/gerd Altmann
  • Pasar keuangan Indonesia bergerak beragam pada perdagangan kemarin, IHSG melemah sementara rupiah dan SBN sudah ada di zona hijau
  • Wall Street menguat tajam setelah kekhawatiran pasar mereda
  • Ambruknya harga komoditas, kebijakan suku bunga di Jepang, laporan keuangan perusahaan, hingga rapat The Fed menjadi perhatian investor hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja pasar keuangan Indonesia bergerak beragam. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah sementara nilai tukar rupiah menguat. Surat Berharga Negara (SBN) mulai dicari investor kembali sehingga imbal hasil turun.

IHSG pada hari ini diharapkan kompak menguat. Selengkapnya mengenai sentimen penggerak pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini

Pada penutupan perdagangan kemarin, Senin (30/10/2023), IHSG ditutup melemah 22,90 poin atau 0,34% ke posisi 6.735,89.

Sebanyak 175 saham menguat, 376 saham melemah sementara 201bergerak stagnan. Nilai perdagangan yang tercatat kemarin mencapai Rp 10,3 triliun dan melibatkan 20,4 miliar saham. Investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp 370,91 miliar di semua pasar.

Bursa Asia sendiri ditutup beragam. Indeks Nikkei melemah 0,95% sementara ASX 200 Australia terpangkas 0,79%.

Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup menguat 0,04% sementara indeks Straits Times Singapura terapresiasi 0,08%, indeks Shanghai Composite Index merangkak naik 0,12%, dan indeks KOSPI menanjak 0,34%

Dari sisi nilai tukar, rupiah akhirnya menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah  arus dana asing kembali balik mengalir ke domestik pekan lalu.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup di angka Rp15.885/US$ atau menguat 0,31%. Hal ini mematahkan tren pelemahan beruntun yang terjadi selama tiga hari terakhir sejak 25 Oktober 2023.

Dari pasar Surat berharga Negara (SBN), imbal hasil mulai menurun yang menandai naiknya harga obligasi karena SBN sudah mulai dicari investor. Melansir data dari Refinitiv, SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) turun tipis menjadi 7,12% pada perdagangan kemarin. Imbal hasil lebih rendah dari Jumat pekan lalu yakni 7,16%.

IHSG melemah karena masih derasnya capital outflow sementara sebaliknya inflow sudah terjadi di pasar SBN. Data Bank Indonesia (BI) merujuk pada transaksi 23-26 Oktober 2023 menunjukkan asing sebenarnya sudah mencatat inflow.

Investor asing di pasar keuangan domestik tercatat beli neto Rp1,04 triliun terdiri dari beli neto Rp2,18 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), jual neto Rp2,57 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp1,44 triliun di Sekuritas Rupiah BI (SRBI).  Ini adalah kali pertama sejak pekan pertama September 2023, asing mencatat inflow.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan pada Oktober 2023 secara bulanan (hingga 27 Oktober) investor asing tercatat menarik dana senilai Rp 6,37 triliun dari pasar modal RI. Angka tersebut naik nyaris 40% dari besaran outflow pasar modal bulan September yang nilainya tercatat Rp 4,6 triliun.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan kenaikan imbal hasil (yield) surat utang Amerika Serikat (AS) meningkatkan keluarnya aliran dana asing (outflow) dari pasar negara berkembang (emerging market), termasuk Indonesia. Hal ini pada akhirnya ikut menekan kinerja pasar keuangan domestik.

Imbal hasil obligasi AS memang oleh banyak pihak disebut menjadi biang kerok utama pelemahan pasar keuangan emerging market, yang mana dana asing ramai-ramai kembali ke AS yang karena pasar keuangan Paman Sam semakin atraktif.
Imbal hasil AS

"Volatilitas di pasar saham, obligasi dan nilai tukar rupiah dalam tren peningkatan," ungkap Ketua Dewan Komisioner(DK) OJK Mahendra Siregar dalam RDK OJKSenin (30/10/2023).

Dari Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street berpesta dengan kompak mengakhiri perdagangan di zona hijau pada Senin waktu AS atau Selasa dini hari waktu Indonesia (31/10/2023).

Indeks Dow Jones ditutup menguat 1,58% ke posisi 32.928,96 yang merupakan penguatan terbesar sejak 2 Juni 2023.  Indeks S&P terbang 1,2% ke 4.166,82 yang menjadi kinerja terbaiknya sejak akhir Agustus lalu. Indeks Nasdaq juga melesat 1,16% ke 12.789,48.

Pergerakan ini terjadi setelah S&P 500 jatuh ke wilayah koreksi pekan lalu. Indeks saham AS secara keseluruhan turun 2,5% untuk pekan ini dan masih terkoreksi 10,6% dari level tertingginya pada tahun ini. Koreksi juga terlihat sebesar 4% pada Oktober, seiring dengan kinerja negatif ketiga berturut-turut secara bulanan yang akan menjadi bulan pertama berturut-turut sejak tahun 2020 ketika pandemi melanda.

Sektor layanan komunikasi menjadi bintang di indeks S&P 500 dengan kenaikan lebih dari 2%. Saham teknologi juga terbang dengan Amazon melesat 3,9% dan Meta naik 2%.

Analis dari B. Riley Financial, Art Hogan, menjelaskan bursa rebound karena sudah lama berada di titik rendah pekan lalu. Menurutnya, setiap kali bursa tutup di zona negatif terlalu dalam menjelang weekend karena tingginya kekhawatiran dan ternyata tidak terbukti kekhawatiran tersebut maka outlook akan berubah pada awal pekan berikutnya.

"Investor akhirnya menyadari dan percaya diri bahwa mereka sudah melakukan priced in berita berita buruk. Hal itu membuat market menguat," ujar Hogan, dikutip dari CNBC International.

Faktor lain dari melesatnya pasar kemarin adalah optimisme pasar jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) sudah akan mengakhiri siklus kenaikan serta adanay faktor melandainya imbal hasil.

Imbal hasil US treasury tenor 10 tahun melanda ke kisaran 4,89% melandai dari pekan sebelumnya yang mendekati 5%.
"Pelaku pasar optimis The Fed tidak akan menaikkan suku bunga pada bulan ini. Saya pikir mereka juga akan memberi sinyal jika siklus kenaikan usdah berakhir," imbuh Hogan.

Imbal hasil Treasury 10-tahun melonjak di atas 5% pada awal pekan lalu, tetapi turun menjadi 4,9% pada hari ini. Hari Jumat akan dirilis laporan ketenagakerjaan periode Oktober dan para investor mengharapkan adanya perlambatan di pasar tenaga kerja yang akan membuat The Fed merasa nyaman untuk tetap mempertahankan kebijakannya hingga akhir tahun ini.

 

Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah sentimen baik dari dalam negeri ataupun luar negeri. Sentimen luar negeri akan datang dari pengumuman suku bunga Jepang, Wall Street, banyaknya laporan keuangan, kebijakan moneter Jepang, hingga rapat Federal Open Market Committee (FOMC).

Kinerja cemerlang Wall Street pada perdagangan kemarin bisa menjadi sentimen positif bagi bursa saham Indonesia hari ini. Nilai tukar rupiah dan SBN juga diharapkan tetap berada di zona hijau pada perdagangan hari ini dengan mulai masuknya inflow.

Bank sentral Jepang ubah arah kebijakan?
Bank sentral Jepang (BoJ) akan mengumumkan kebijakan suku bunga pada hari ini Selasa (31/10/2023). 
Keputusan BoJ sangat ditunggu pasar setelah yen Jepang ambruk dan imbal hasil surat utang Jepang melambung. BOJ hingga kini masih mempertahankan suku bunga acuan mereka yang kini ada di minus 0,1%. Suku bunga acuan sebesar itu sudah bertahan sejak 2016.

Sebagian pelaku pasar melihat ada kemungkinan jika BoJ akan segera mengakhiri suku bunga ultra rendahnya serta mengakhiri yield curve control (YCC) pada akhir 2024.

Perkembangan kebijakan moneter di Jepang akan berdampak besar ke pasar keuangan Indonesia karena banyaknya investor Jepang yang masuk ke Tanah Air, baik melalui obligasi ataupun investasi langsung.
Imbal hasil surat utang pemerintah Jepang menembus 0,9% pada perdagangan kemarin yang merupakan level tertinggi selama 11 tahun.

BoJ menggelar pertemuan delapan kali dalam setahun untuk menentukan suku bunga sekaligus memberikan update mengenai outlook ekonomi, seperti inflasi.

Berbeda dengan negara lain yang sudah mengerek suku bunga secara agresif, BoJ masih mempertahankan suku bunga ultra rendahnya di zona negatif 0,1% sejak 2016. Langkah tersebut diambil untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi Jepang.

berbeda dengan negara lain, Jepang juga lebih kerap berjuang melawan deflasi dalam beberapa tahun terakhir.
Inflasi Jepang sudah menembus 3% (yoy) pada September 2023, jauh di atas yang ditargetkan BoJ yakni 2%. Namun, suku bunga belum dinaikkan karena pertumbuhan dinilai belum cukup kuat meskipun sudah mencapai 1,2% pada kuartal II-2023.

The Fed Memulai Rapat FOMC
Bank sentral AS The Fed akan mulai menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) ) hari ini hingga Rabu. Mererka akan mengumumkan kebijakan suku bunag pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Pasar berekspektasi The Fed masih akan menahan suku bunga acuan di kisaran 5,25-5,50% pada bulan ini.  Perangkat FedWatch Tool menunjukkan 98,4% pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menahan suku bunga acuan.  Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan hari sebelumnya yang mencapai 99,9%.

Selain keputusan suku bunga, pelaku pasar juga menunggu pernyataan Chairman The Fed Jerome Powell mengenai sinyal kebijakan ke depan. The Fed pada pertemuan September lalu mengisyaratkan masih akan mengerek suku bunga sekali lagi pada tahun ini meskipun kebijakan akan sangat ditentukan oleh data-data ekonomi.

Data terbaru menunjukkan ekonomi AS masih melaju kencang sehingga inflasi diproyeksi sulit melandai.  Ekonomi AS masih tumbuh kencang 4,9% (year on year/yoy) pada kuartal III-2023, tertinggi sejak kuartal IV-2022 atau hampir dua tahun.

Data S&P Global Manufacturing PMI Flash menunjukkan aktivitas bisnis AS meningkat ke level ekspansif yakni 50 pada Oktober 2023, dari 49,8 pada September. S&P Global Service PMI Flash juga menunjukkan penguatan menjadi 50,9 pada Oktober, dari 50,1 pada September.

Inflasi AS masih stagnan di angka 3,7% (yoy) pada September 2023, jauh dari target The Fed yakni di kisaran 2%.

China Umumkan Aktivitas Manufaktur

Biro Statistik China (NBS) juga akan mengumumkan data PMI Manufaktur untuk Oktober.  Data ini cukup penting oleh pelaku pasar untuk menentukan sebagaimana kondisi manufaktur China di tengah masih lesunya perekonomian China.

Aktivitas manufaktur China sudah berada di zona ekspansif pada September 2023 ke posisi 50,2 setelah terkontraksi selama lima bulan sebelumnya. Perkembangan manufaktur China menjadi penting karena itu menunjukkan gerak laju investasi dan produksi Tiongkok. China adalah pasar terbesar ekspor Indonesia dengan porsi 30% sehingga aktivitas manufaktur akan sangat berdampak kepada permintaan barang dari Indonesia. 

 

Dari dalam negeri, pasar keuangan Indonesia akan dipengaruhi oleh sejumlah sentimen mulai dari laporan keuangan hingga harga komoditas.

Laporan Keuangan Perusahaan
Sejumlah perusahaan yang sudah merilis laporan keuangan mencatatkan kinerja yang cemerlang per akhir kuartal III-2023. Tiga bank raksasa Indonesia bahkan mampu mencetak laba di atas 10% dengan perolehan laba di atas Rp 35 triliun.  Saham properti PT Bumi Serpong Damai bahkan mampu mencetak laba bersih hingga 92,6%.

Melonjaknya laba perusahaan ini menjadi kabar baik di tengah ambruknya pasar keuangan Indonesia.
Masih kuatnya kinerja perusahaan pada kuartal III menjadi cermin jika ekonomi Indonesia, terutama konsumsi masih tangguh.

Hari ini, dua bank besar lain akan memaparkan kinerja laporan keuangan kuartal III yakni PT Bank Negara Indonesia (BNI) serta Bank Syariah Indonesia.
Berikut beberapa kinerja perusahaan yang sudah merilis laporan keuangan hingga kuartal III-2023:

 

Awas! Harga Komoditas Jeblok
Harga komoditas kompak jatuh pada perdagangan Senin (30/10/2023). Harga minyak brent ditutup jeblok 2,84% ke US$ 87,91 per barel sementara harga minyak WTI ambruk 3,8% menjadi US$ 82,31 per barel.
Harga Crude Palm Oil (CPO) menyusut 1% ke MYR 3.737 per ton sementara harga emas juga terlempar dari level US$ 2.000 per troy ons. Harga batu bara memang masih menguat tipis 0,04% ke US$ 134,31 per ton tetapi harga batu bara kini bergerak di level terendahnya dalam tiga bulan terakhir atau sejak Juli 2023. Sebelumnya, harga batu bara lebih kerap bergerak di level US$ 150-160 per troy ons.

Ambruknya harga komoditas disebabkan oleh sikap wait and see investor menunggu rapat The Fed serta mulai meredanya ketegangan di Timur Tengah.
Israel memang masih membabi buta menyerang Gaza tapi eskalasinya jauh menurun dibandingkan pekan lalu.

Ambruknya harga komoditas bisa membebani IHSG dan rupiah mengingat banyaknya perusahaan Indonesia yang menggantungkan hidup dari komoditas. Harga komoditas yang melandai juga bisa menekan ekspor sehingag pasokan dolar berkurang.

Pelemahan harga minyak dan batu bara bisa menekan kinerja saham sejumlah perusahaan mulai dari PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Elnusa (ELSA), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Bayan Resources   (BYAN), PT Indika Energy (INDY), PT Adaro Energy Indonesia (ADRO), PT           Bukit Asam (PTBA), PT Indo Tambangraya Megah (ITMG), PT Adaro Minerals Indonesia (ADMR) hingga Harum Energy (HRUM)

 

 Agenda ekonomi:

* China akan mengumumkan data PMI Manufacturing untuk Oktober (08:30 WIB)
* Bank sentral Jepang akan mengumumkan kebijakan suku bunga (10:00 WIB)
* Uni Eropa akan mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal III-2023 dan inflasi Oktober 2023

Agenda korporasi:

* Seremoni pencatatan perdana saham PT Agro Bahari Nusantara Tbk. (08:30 WIB)
* Bank Syariah Indonesia akan mengumumkan laporan keuangan kuartal III-2023 (13:00 WIB)
* BNI akan mengumumkan kinerja laporan keuangan kuartal III-2023 (17:00 WIB)

* Tanggal Pembayaran Dividen Tunai Interim Astra International Tbk (ASII)
* Tanggal Pembayaran Dividen Tunai Interim PT Avia Avian Tbk (AVIA)
* Pemberitahuan RUPS Rencana PT Morenzo Abadi Perkasa Tbk (ENZO)
* Tanggal ex Dividen Tunai Interim PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK)
* Tanggal DPS Dividen Tunai Interim PT MPX Logistics International Tbk (MPXL)
* Tanggal cum Dividen Tunai Interim PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO)

Berikut indikator ekonomi terbaru:

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular