Newsletter

IHSG & Rupiah dalam Kepungan Israel-Hamas & Kandidat Cawapres

Putra, CNBC Indonesia
17 October 2023 06:00
Masih Dihantui Virus Corona, IHSG Merah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Masih Dihantui Virus Corona, IHSG Merah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
  • Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot ke bawah level 6.900; rupiah tertekan kekuatan dolar Amerika Serikat (AS)
  •  Wall Street menguat seiring investor menunggu musim laporan laba kuartal III-2023
  • Sejumlah sentimen dari luar, termasuk perang Israel-Hamas dan politik dalam negeri, jadi perhatian investor.

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melorot ke bawah level psikologis 6.900 pada perdagangan Senin (16/10/2023). Senasib, rupiah juga tak berkutik di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).  Sebaliknya, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) terus menurun yang menandai pembelian oleh investor.

Kinerja pasar keuangan Indonesia diharapkan membaik pada hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar keuangan Indonesia bisa dibaca pada halaman3 artikel ini,

IHSG pada perdagangan kemarin, Senin (16/10/2023), ditutup melemah 0,44% ke 6.896,29 seiring 376 saham turun dan hanya 183 saham naik serta 204 saham stagnan. Nilai transaksi tercatat mencapai Rp10,47 triliun dan volume perdagangan 40,52 miliar saham.

Investor asing melakukan penjualan bersih (net sell) Rp35,11 miliar di pasar reguler, dengan saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menjadi sasaran jual tertinggi, yakni hingga Rp100,9 miliar.

Memerahnya IHSG bersamaan dengan terkoreksinya bursa Asia. Indeks Nikkei Tokyo ambles 2,03%, Hang Seng merosot 0,97%, Shanghai Composite minus 0,46%, Strait Times Index Singapura melemah 0,69%.

Sementara, rupiah melemah terhadap dolar AS di saat impor Indonesia mengindikasikan pelemahan meskipun neraca dagang masih mengalami surplus.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup di angka 15.715/US$ atau melemah 0,22% terhadap dolar AS. Posisi ini memutus tren penguatan rupiah yang menguat selama tiga hari beruntun sejak 11 Oktober 2023.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada Senin (16/10/2023) ditutup di posisi di posisi 106,2 atau % jika dibandingkan penutupan perdagangan Jumat (13/10/2023) yang ditutup di angka 106,65.

Pada Senin, Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis data neraca dagang beserta data ekspor dan impor Indonesia. Neraca perdagangan bulan September 2023 kembali mencatatkan surplus sebesar US$3,42 miliar. Dengan surplus ini, Indonesia telah mengalami surplus perdagangan selama 41 bulan berturut-turut.

Surplus ini lebih tinggi 0,30% (month to month/mtm) dari surplus bulan Agustus US$3,12 miliar, tetapi lebih rendah 1,54% (year on year/yoy) dari surplus September 2022. Adapun surplus disebabkan oleh impor yang turun 12,45% secara tahunan (yoy) dan 8,15% secara bulanan (mtm). Sementara itu, ekspor Indonesia pada September 2023 mencapai US$20,76 miliar, turun 16,17% secara tahunan (yoy) dan sebesar 5,63% (mtm).

"Neraca perdagangan Indonesia September 2023 mengalami surplus US$3,42 miliar terutama berasal dari sektor nonmigas US$5,34 miliar, namun tereduksi oleh defisit sektor migas senilai US$1,92 miliar," kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, dalam rilis BPS, Senin (16/10).

Kendati neraca dagang masih surplus bahkan lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya, namun impor masih cukup rendah yang berarti masyarakat masih cenderung memilih untuk mengurangi belanja/konsumsinya sehingga berpotensi membuat perekonomian Indonesia sulit bertumbuh.

Selain itu, capital outflow dari pasar keuangan Indonesia masih terus terjadi mengingat spread antara US Treasury tenor 10 tahun dengan SBN tenor 10 tahun sudah semakin sempit yakni sebesar 212 basis poin.

Data transaksi 9 - 12 Oktober 2023 yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI), nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp4,32 triliun, terdiri dari jual neto Rp4,62 triliun di pasar SBN, jual neto Rp0,10 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp0,40 triliun di SRBI. Alhasil tekanan terhadap mata uang Garuda semakin tidak terbendung.

Pelemahan rupiah semakin kental mengingat suku bunga BI tampaknya akan kembali ditahan pada Kamis (19/10/2023) yakni di posisi 5,75%. 
Dari pasar SBN, investor sudah mulai kembali ke pasar obligasi dalam negeri. Hal ini tercermin dari makin melemahnya imbal hasil. Imbal hasil SBN tenor 10 tahun melandai ke 6,76% pada perdagangan kemarin dari posisi sebelumnya 6,78%.

Dari Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street kompak mengakhiri perdagangan di zona hijau. Indeks Dow Jones menguat 0,93% atau 314,25 poin ke 33.984,54. Indeks Nasdaq melesat 1,2% atau 160,75 poin ke posisi 13.567,98 dan indeks S&P 500 menanjak 1,06% atau 45,85 poin ke 4.373,63.

Saham-saham teknologi Intel, Microsoft, dan Cisco termasuk di antara saham di indeks Dow yang memperoleh keuntungan terbesar pada Senin. Konsumen dan keuangan merupakan sektor dengan kinerja terbaik di S&P 500 di awal pekan.

Musim laporan keuangan kuartal III-2023 mulai ramai minggu ini dengan 11% dari konstituen S&P 500 dijadwalkan untuk melaporkan hasilnya. Beberapa nama terkenal yang ikut serta minggu ini termasuk Johnson & Johnson, Bank of America, Netflix, dan Tesla.

Hasil tersebut mengikuti pembukaan yang solid pada periode pelaporan laporan keuangan kuartal III.

Saham broker Charles Schwab menguat lebih dari 3% pada Senin setelah laba per saham (earnings per share/EPS) perusahaan melampaui ekspektasi Wall Street pada kuartal ketiga. JPMorgan Chase, Wells Fargo dan UnitedHealth menguat pada Jumat setelah membukukan hasil kuartalan terbaru mereka.

Beberapa pelaku pasar di Wall Street bersiap menghadapi volatilitas yang lebih besar di akhir tahun karena imbal hasil dan harga minyak meningkat, inflasi tetap stabil, dan konflik pun terjadi di Timur Tengah.

Namun fokus pada laba dan apa yang akan dilakukan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) terhadap suku bunga dapat memberikan optimisme kepada investor dalam jangka pendek, menurut analis Barclays, Ajay Rajadhyaksha.

"Kami memperkirakan obligasi/ekuitas akan diperdagangkan dalam rentang waktu dekat," kata Rajadhyaksha dalam sebuah catatan kepada kliennya pada Senin, dikutip CNBC International.

"Volatilitas obligasi dan ketegangan di Timur Tengah merupakan hambatan pada aset-aset berisiko, tetapi harus diimbangi oleh laporan laba dan pidato Fed yang dovish."

Selama akhir pekan, militer Israel terus mendesak warga untuk mengevakuasi Gaza utara di tengah invasi darat. Sementara itu, Pemimpin Mayoritas Senat AS Chuck Schumer, D-N.Y., mengatakan pada Minggu, Senat akan berupaya untuk segera mendorong paket bantuan militer untuk membantu Israel dalam memerangi Hamas.

Imbal hasil (yield) Treasury AS tenor 10-tahun naik pada Senin, sementara harga minyak merosot seiring investor menganalisis perkembangan terkini dari perang tersebut.

Pekan lalu, Wall Street semringah. Indeks S&P 500 naik 0,5% untuk minggu positif kedua berturut-turut, sedangkan Dow Jones Industrial Average menguat 0,8%. Nasdaq Composite kehilangan sekitar 0,2% selama seminggu.

Sejumlah sentimen, baik rilis data ekonomi makro hingga politik, akan mewarnai pergerakan pasar hari ini. Sentimen 

Data ekonomi yang akan dirilis mulai dari data tingkat pengangguran Inggris periode September 2023, hingga data penjualan ritel Amerika Serikat (AS) periode September 2023.

Investor juga akan mendapatkan informasi terkini mengenai pasar perumahan Negeri Paman Sam, termasuk perumahan baru di bulan September dan penjualan rumah yang sudah ada, serta Indeks Pasar Perumahan versi National Association of Home Builders (NAHB) untuk Oktober.

Kembali hijaunya Wall Street diharapkan mampu menular kepada bursa Asia, termasuk Indonesia. Melesatnyas aham-saham teknologi di bursa AS juga diharapkan bisa berimbas ke emiten teknologi Indonesia.

Perang Israel-Hamas dan Dampaknya

Di luar data ekonomi, pelaku pasar juga masih akan menunggu kelanjutan perang Hamas vs Israel.
Pelaku pasar mengkhawatirkan perang akan memanas dan meluas sehingga akan berdampak besar ke ekonomi global, terutama dalam bentuk kenaikan harga minyak mentah. Harga minyak brent sudah terbang 5% sepekan, sedangkan minyak WTI juga melesat 4,2%.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan perang Palestina dan Israel yang terus berlanjut dikhawatirkan akan berpengaruh pada pasokan minyak mentah global. Terlebih apabila negara besar seperti Amerika Serikat, Arab Saudi, hingga Iran ikut terlibat.

Hal ini kemudian bisa berimbas pada harga minyak dunia dan berlanjut ke harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nasional.

"Masalahnya itu di logistik ya, logistik dan asuransi. Kalau di sana agak jauh kan ya, kalau dia terganggu di sana ya bisa naik. Tapi emang sekarang naik kan belum banget, tapi kalau nanti AS udah masuk, itu baru mulai naik. Kalau Iran sudah masuk, Saudi masuk, ya berdampak bisa besar. Tapi sekarang ya masih gak tahu larinya kemana," kata Tutuka di Gedung Kementerian ESDM, Senin (16/10/2023).

Oleh sebab itu, pemerintah juga telah menyiapkan beberapa langkah antisipasi dalam merespon perang yang belum diketahui kapan berakhirnya tersebut. Sehingga, diharapkan tidak berimbas pada penyediaan BBM nasional.

Misalnya dengan mencari sumber pasokan minyak mentah dari beberapa negara lain. Mengingat, pasokan minyak mentah RI selama ini terbesar berasal dari Arab Saudi dan Nigeria.

"Banyak sih yang lain ada, tapi sebagian besar dari Saudi dan Nigeria. Ya kita buka ya yang ada kita just, kalau ada masalah ini kita ambil dari mana dan sebagainya, tapi pasokan energi harus terpenuhi, energy priority harus terpenuhi dan dapat terjangkau oleh masyarakat, affordability," katanya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga sempat menyinggung soal potensi naiknya harga minyak mentah dunia yang bakal berimbas BBM Nasional. Hal tersebut seiring kekhawatiran gangguan pasokan global karena berlarutnya konflik antara kelompok Hamas Palestina dengan Israel.

Jokowi membeberkan, tantangan yang akan dihadapi calon pemimpin selanjutnya akan semakin kompleks. Pasalnya, belum usai konflik Rusia-Ukraina yang berdampak pada krisis pangan, kini dunia dihantui kekhawatiran melonjaknya harga energi imbas perang Palestina-Israel.

"Harga pangan itu menjadi naik gara-gara perang di Ukraina. Ini nanti harga energi bisa naik gara-gara perang Palestina dan Israel," kata Jokowi saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) VI Projo beberapa hari lalu.

Menurut Jokowi naiknya harga komoditas energi global tentunya bakal berdampak pada penyesuaian harga produk BBM dalam negeri, baik itu non subsidi seperti Pertamax dan BBM subsidi seperti Pertalite.

"Harga energi itu artinya bensin Pertamax, Pertalite. Saya tidak ingin nakut-nakutin tapi bisa kejadian kalau perang gak selesai pasti harga BBM global pasti akan naik," katanya.

Selain harga energi, Jokowi juga mengingatkan adanya ancaman baru seperti perubahan iklim yang sudah nyata dan dirasakan semua negara di dunia termasuk Indonesia. Misalnya seperti fenomena El Nino atau kemarau berkepanjangan.

"Kemarin kira-kira baru 3-4 bulan panas begitu menyengat di seluruh dunia sebagian besar kena termasuk kita kena El Nino. Bukan hanya panas saja tapi itu mempengaruhi produksi pangan kita," ujarnya.

Saat ini, lebih dari satu juta warga Gaza telah meninggalkan rumah mereka. Hal ini terjadi saat Israel masih terus menyerang dan memblokade wilayah itu dalam operasinya melawan penguasa Gaza, Hamas.

Sebelumnya, Israel menyatakan perang terhadap Hamas tersebut sehari setelah gelombang pejuangnya menerobos perbatasan pada tanggal 7 Oktober. Sejak akhir pekan,Israel telah memerintahkan warga Gaza untuk mengungsi ke wilayah Selatan karena serangan akan terus dilakukan.

Antara Putusan MK dan Peluang Gibran

Kendati tidak berdampak langsung ke pasar, dampak pemberitaan mengenai keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengabulkan uji materi terkait batas usia calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang diajukan mahasiswa Universitas Surakarta akan tetap menjadi perhatian investor. Ini lantaran kontestasi pemilihan umum (pemilu) kian dekat. 
Dua calon presiden yakni Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto juga belum mengumumkan siapa calon wakil presiden. Pemilihan capres-cawapres ini akan memberi gambaran seperti apa peluang masing-masing capres dan kebijakan mereka jika terpilih. Satu-satunya capres cawapres yang sudah mengumumkan pasangannya adalah Anies Baswedan yang akan maju bersama Muhaimin Iskandar.

Capres dan Cawapres sudah harus mendaftarkan diri pada 19-25 Oktober 2023. Artinya, tenggak waktu makin dekat sehingga pembicaraan siapa cawapres akan semakin kencang.

Pada Senin (16/10), terkait uji materi tersebut, MK memutuskan batas capres-cawapres tetap 40 tahun, kecuali sudah berpengalaman sebagai kepala daerah.

Dengan begitu, peluang untuk Gibran Rakabuming Raka, Wali Kota Solo, yang juga merupakan putra sulung Presiden RI Jokowi untuk dicalonkan sebagai cawapres terbuka lebar.

Seperti diketahui, belakangan terus mengemuka wacana pencalonan pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming sebagai calon Presiden dan calon Wakil Presiden. Bahkan, putusan MK ini dikatakan bisa menjadi game changer dalam pencalonan capres dan cawapres yang akan dibuka pendaftarannya pada Kamis, (19/10) pekan ini.

Nama Gibran sendiri banyak menyedot perhatian publik, dan dinanti keputusan politiknya. Apakah dirinya akan mendukung Ganjar Pranowo sebagai calon Presiden yang diusung partainya saat ini, yakni PDI Perjuangan, atau justru bersedia dicalonkan menjadi cawapres  untuk mendampingi capres dari partai Gerindra Prabowo Subianto.

Impor Lesu, Ekonomi RI Lesu?

Indonesia mencatatkan surplus US$3,42 miliar pada September 2023, atau lebih tinggi dibandingkan pada Agustus 2023 yang tercatat US$ 3,12 miliar. Namun, surplus yang membengkak justru lebih banyak mengabarkan berita negatif dari pada positif.

Nilai ekspor Indonesia September 2023 mencapai US$20,76 miliar atau turun 5,63% (mtm) dan jeblok 16,17 % (yoy). Nilai impor Indonesia tercatat US$17,34 miliar, turun 8,15% (mtm) dan jeblok 12,45% (yoy).

Secara bulanan, penurunan impor terjadi pada semua kelompok penggunaan baik konsumsi, barang modal, dan bahan baku/penolong. Secara tahunan, impor barang modal jeblok 14,8% dan bahan baku/penolong juga anjlok 10%.

Penurunan impor barang modal dan bahan baku ini terbilang tak biasa mengingat impor kedua jenis barang biasanya melesat pada September-Desember.
Kondisi ini bisa menandai jika produsen akan menahan produksi sehingga investasi bisa melemah atau melihat jika konsumsi akan melandai.
Penurunan impor barang konsumsi (mtm) juga bisa mencerminkan jika konsumen sudah mulai menahan belanjanya.

Pelemahan ekspor impor juga tercermin dari aktivitas manufaktur Indonesia melandai pada September 2023. Untuk periode September 2023, PMI manufaktur Indonesia ada di angka 52,3. Indeks jauh lebih rendah dibandingkan pada Agustus 2023 yang tercatat di 53,9. Indeks PMI pada September adalah yang terendah dalam empat bulan terakhir.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data ekonomi pada hari ini:

- Risalah rapat bank sentral Australia (RBA) (07.30 WIB)

- Angka pengangguran Britania Raya per Agustus (13.00 WIB)

- Indeks Sentimen Ekonomi Jerman versi ZEW per Oktober (16.00 WIB)

- Laju inflasi Kanada per September (19.30 WIB)

- Penjualan ritel AS per September (19.30 WIB)

 

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

- Cum dividen SMMT

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

 

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

 

[email protected]


(trp/trp) Next Article Perang Dagang Tinggal Tunggu Waktu, Sanggupkah IHSG-Rupiah Bertahan?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular