
Duh! Harga Batu Bara Longsor 1,2% Gegara China

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali terkoreksi, namun masih mampu bertahan di atas level psikologis US$160 per ton. Sentimen pelemahan datang dari tingginya produksi batu bara China, India yang memperoleh batu bara Rusia, dan Eropa yang beralih ke Energi Baru Terbarukan (EBT).
Merujuk pada Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Oktober ditutup di posisi US$ 161,25 per ton atau ambruk 1,2% pada perdagangan Kamis (29/9/2023).
Harga batu bara telah terkoreksi dua hari beruntun. Pelemahan ini menjadikan kinerja positif si pasir hitam sepanjang September menipis, hanya menguat 1,74%, dibandingkan Agustus yang mampu melesat 12,49% atau terbesar sepanjang tahun.
Harga batu bara terkoreksi akibat produsen batu bara terbesar dunia, China meningkat seiring dengan peningkatan produksi pada Agustus. Melansir Mysteel, data National Bureau of Statistics (NBS) menunjukkan produksi batu bara China meningkat 2% menjadi 382,17 juta ton pada Agustus secara tahunan (yoy).
Produksi batu bara China sepanjang semester-I 2023 meningkat 3,4% menjadi 3,05 miliar ton. Tingginya produksi negara penghasil batu bara terbesar tentunya berdampak pada pasokan dunia, sehingga turut menjadi faktor koreksi harga batu bara.
Masih di Asia, India sebagai produsen batu bara terbesar ke-2 dunia juga mendapatkan pasokan tambahan dari Rusia yang telah di-dumping akibat perang. Melansir Reuters, India akan kedatangan batu bara Rusia sebanyak 4 kapal pada September, setara dengan jumlah yang diperoleh pada April-Juni.
Tingginya pasokan India menjadikannya mengurangi permintaan batu bara global, sehingga harga pun tertekan.
Beralih ke Eropa, sebagian besar negara-negara Eropa mempercepat peralihan ke energi terbarukan. Eropa mengambil langkah-langkah tersebut dan memberikan komitmen miliaran dolar untuk membangun solusi pembangkit listrik tenaga angin, tenaga surya, dan penyimpanan dengan kecepatan yang dipercepat.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mza/ras)