Tingginya suku bunga AS dan sikap The Fed yang masih akan hawkish memberikan dampakcapital outflowdari negara berkembang termasuk Indonesia. Suku bunga The Fed yang berpotensi menyamai suku bunga Indonesia ini akan memicu investor untuk menarik dana dan memindahkannya ke AS yang notabene merupakan negara maju dan rating surat utangnya lebih menarik.
Dari pasar obligasi, Surat Berharga Negara (SBN) masih dilepas investor seperti tercermin dari kenaikan imbal hasil yang mencapai 6,89%. Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak Maret 2023 atau enam bulan terakhir.
Imbal hasil yang meningkat menandai harganya yang turun karena dilepas investor.
Tiga indeks utama Wall Street kompak berakhir di zona hijau pada perdagangan Kamis (28/9/2023) waktu New York karena Wall Street mencoba untuk mendapatkan kembali sebagian dari kerugian besar bulan ini dan para pedagang terus memantau imbal hasil Treasury.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik 0,35% ke posisi 33.618,88 Sementara S&P 500 ditutup naik 0,59% ke posisi 4.299,7 dan Nasdaq berakhir menguat dengan apresiasi 0,83% ke posisi 13.201,28.
Kendati menguat, indeks diperkirakan akan ambruk secara bulanan. Dow diperkirakan akan melemah 3% diSeptember dan lebih rendah 2% di kuartal ini. S&P 500 dijadwalkan untuk mengakhiri bulan ini dengan penurunan sebesar 4,6% dan penurunan kuartal sebesar 3,4%. Nasdaq berada pada kecepatan untuk menyelesaikan bulan dan kuartal ini lebih rendah masing-masing sebesar 5,9% dan 4,3%.
Sektor jasa komunikasi melonjak 1,2% memimpin S&P 500 lebih tinggi, didorong oleh kenaikan 2% di Meta Platforms. Intel dan Sistem Cisco masing-masing nai 1,6% dan 1,3%, mengangkat indeks Dow Jones pada perdagangan hari ini.
"Anda hanya mendapat sedikit penangguhan hukuman dari tekanan jual. Tanpa katalis yang besar, biasanya sulit untuk mempertahankan pergerakan tersebut ke satu arah," kata Ross Mayfield, analis strategi investasi di Baird yang dikutip dari CNBC International.
"Jeda kecil ini, mungkin sedikit downtime, bukanlah hal yang tidak terduga, bahkan di tengah latar belakang yang lebih negatif." imbuhnya.
Rata-rata saham utama mendapat dorongan karena imbal hasil Treasury turun dari level tertinggi dalam beberapa tahun. Saham-saham mengalami kesulitan akhir-akhir ini dengan kenaikan imbal hasil dan prospek suku bunga yang lebih tinggi lebih lama dari perkiraan.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun yang menjadi acuan mencapai level tertinggi baru dalam 15 tahun karena data yang dirilis pada Kamis menunjukkan pasar tenaga kerja masih tangguh dengan klaim pengangguran lebih rendah dari perkiraan.
Selain itu, pasar saham telah mengambil isyarat dari pasar obligasi akhir-akhir ini dengan lonjakan suku bunga yang meningkatkan kekhawatiran terhadap resesi dan mengirim ekuitas ke posisi terendah baru. S&P 500 mencapai level terendah sejak Juni pada minggu ini karena imbal hasil 10-tahun mencapai level tertinggi sejak 2007.
Investor akan mengalihkan perhatian mereka ke pembacaan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi terbaru yang akan dirilis pada Jumat (29/9/2023). Pembacaan PCE adalah metrik inflasi pilihan The Fed yang akan sangat menentukan arah suku bunga.
Wall Street juga mengawasi Washington, seiring negosiasi anggota parlemen mengenai rancangan undang-undang belanja AS berlanjut sebelum batas waktu 1 Oktober.
Ketua DPR Kevin McCarthy mengatakan kepada CNBC Kamis pagi bahwa dia yakin Kongres akan menghindari penutupan pada akhir pekan ini, meskipun dia mengkritik rancangan undang-undang yang diusulkan oleh Senat karena tidak menangani keamanan perbatasan. Para pedagang ragu bahwa McCarthy dapat menyelaraskan partainya di DPR sesuai tenggat waktu.
Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah isu dan sentimen penting pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (29/9/2023).
Wall Street yang berakhir di zona hijau diharapkan bisa menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan dalam negeri hari ini. Selain itu, ada beberapa rilis data ekonomi dari eksternal yang bisa mempengaruhi pergerakan pasar. Terdapat pula agenda politik besar pada hari ini yang bisa mempengaruhi pergerakan pasar.
Dari dalam negeri, sentimen akan datang dari pengumuman tingkat suku bunga Lembaga Penjamin Simpanan serta dampak larangan berjualan di media sosial oleh pemerintah.
Sebagai catatan, pada Mei lalu, LPS mempertahankan tingkat bunga penjaminan bank umum tetap 4,25% bank perekonomian rakyat (BPR) 6,75, serta valuta asing di bank umum 2,25%. LPS diproyeksi akan menahan suku bunga sejalan dengan kebijakan moneter Bank Indonesia.
Di luar ekonomi, ada agenda besar politik pada hari ini yakni Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV PDI-Perjuangan. Rakernas selama tiga hari hingga 1 Oktober tersebut akan menjadi konsolidasi partai pemenang pemilu tersebut untuk pemilihan umum dan pemilihan presiden (pilpres).
Ketua Umum PDI-P Megawati Sukarnoputri dan Presiden Joko Widodo dijadwalkan hadir dalam pembukaan Rakernas hari ini. Publik dan pelaku pasar menunggu apakah PPDI-P akan menetapkan calon wakil presiden (cawapres) untuk mendampingi Ganjar Pranowo.
Penetapan cawapres ini sangat ditunggu pasar karena setidaknya bisa menggambarkan kebijakan seperti capres dan cawapres PDI-P.
Sementara itu, dari luar negeri banyak data yang akan keluar pada hari ini.
Pada Kamis (28/9/2023) AS merilis data alias pembacaan terakhir pertumbuhan ekonomi untuk kuartal kedua tahun ini. Perekonomian AS mempertahankan laju pertumbuhan yang cukup solid pada kuartal kedua dan aktivitas tampaknya meningkat pada kuartal ini, namun penutupan pemerintahan yang akan terjadi dan pemogokan yang terus berlanjut oleh para pekerja otomotif meredupkan prospek untuk sisa tahun 2023.
Produk domestik bruto meningkat pada tingkat tahunan sebesar 2,1% yang belum direvisi pada kuartal terakhir, kata pemerintah dalam estimasi ketiga PDB untuk periode April-Juni.
Hal ini sejalan dengan ekspektasi para ekonom. Penurunan pertumbuhan belanja konsumen ke tingkat 0,8% yang lebih rendah dari angka 1,7% yang dilaporkan sebelumnya diimbangi oleh revisi kenaikan yang tajam terhadap investasi bisnis di pabrik-pabrik di tengah dorongan pemerintahan Joe Biden untuk membawa kembali manufaktur semikonduktor ke AS.
Inflasi juga tetap tinggi dan kondisi pasar tenaga kerja yang ketat terus terjadi, dengan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran sedikit meningkat pada minggu lalu.
Beberapa ekonom percaya ketahanan perekonomian dikombinasikan dengan inflasi yang tinggi dapat memberikan amunisi bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga lagi pada bulan November. Namun, pihak lain memperkirakan kondisi perekonomian yang suram akan membuat bank sentral AS enggan melakukan pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut.
"Berita besarnya bukanlah tidak ada yang berubah, namun perekonomian tetap tangguh, inflasi tetap tinggi dan skenario terburuk The Fed, stagflasi, telah dapat dihindari untuk saat ini," kata Chris Zaccarelli, kepala investasi di Independent Advisor Alliance di Charlotte, Carolina Utara yang dikutip dari Reuters.
"Mengingat seberapa besar The Fed menaikkan suku bunganya, sangat mengesankan bahwa perekonomian masih tumbuh dengan kecepatan seperti ini." tambahnya.
Sementara itu, pasar tenaga kerja diperkirakan akan tetap ketat untuk beberapa waktu. Laporan kedua dari Departemen Tenaga Kerja pada Kamis (28/9/2023)menunjukkan klaim awal tunjangan pengangguran negara naik 2.000 menjadi 204.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 23 September. Jumlah ini di bawah proyeksi ekonom yang memperkirakan 215.000 sehingga ekspektasi The Fed masih akan hawkish pun menguat.
Klaim pada bulan ini berada pada kisaran terendah yaitu 194,000-265,000 pada tahun 2023. Jumlah orang yang menerima manfaat setelah minggu pertama bantuan, yang merupakan ukuran perekrutan, meningkat 12,000 ke angka yang masih rendah yaitu 1,670 juta selama pekan yang berakhir pada bulan September.
Kemudian, ada juga data pembacaan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi terbaru. Pembacaan PCE adalah metrik inflasi pilihan The Fed.
"Pasar ekuitas memerlukan penangguhan hukuman agar suku bunga bisa bergerak lebih tinggi, dan The Fed perlu menurunkan posisi hawkishnya agar hal itu bisa terjadi, maka PCE dan data inflasi lainnya akan sangat penting." kata Ross Mayfield, analis strategi investasi di Baird yang dikutip dari CNBC International.
Untuk diketahui, PCE AS, tidak termasuk makanan dan energi, meningkat sebesar 0,2% secara month-to-month (mtm) pada bulan Juli 2023, mempertahankan laju yang sama seperti bulan Juni dan selaras dengan ekspektasi pasar.
Tingkat inflasi tahunan, yang dianggap sebagai ukuran inflasi pilihan The Fed, mengalami sedikit kenaikan sesuai antisipasi, mencapai 4,2% dari 4,1% pada bulan Juni. Ketika memperhitungkan biaya pangan dan energi, indeks harga PCE naik 0,2% dari bulan sebelumnya dan 3,3% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Pelaku pasar juga patut mencermati pidato pejabat The Fed yang akan memberikan sinyal-sinyal terkait suku bunga. Sebagaimana kita ketahui, saat ini sinyal yang diterima adalah sinyal negatif. Saat ini, Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% sesuai ekspektasi pasar.
Namun, The Fed mengisyaratkan mereka akan tetaphawkishdan membuka kemungkinan kenaikan suku bunga ke depan.
Beralih ke Asia, hari ini akan banyak data penting yang disuguhkan Jepang diantaranya tingkat pengangguran, data Consumer Price Index (CPI), penjualan retail, serta terkait data produksi industri. Ini juga akan mempengaruhi pergerakan pasar.
Dari Zona Eropa, data ekonomi datang dari Inggris dimana akan ada rilis data pertumbuhan ekonomi Inggris final untuk kuartal kedua tahun ini. Ini patut dicermati untuk melihat seberapa kuat ekonomi Inggris bertahan di tengah kenaikan inflasi dan suku bunga. Selain itu, Jerman juga akan menyuguhkan data penjualan retail, dan harga impor untuk periode Agustus.
Secara keseluruhan pada waktu yang tak jauh berbeda Zona Eropa bakal mengumumkan data inflasi untuk periode September 2023. Sebagai informasi, Tingkat inflasi tahunan di Kawasan Eropa ini direvisi lebih rendah menjadi 5,2% pada bulan Agustus 2023 dari perkiraan awal sebesar 5,3%, menandai angka terendah sejak Januari 2022.
Setahun sebelumnya, inflasi jauh lebih tinggi yaitu sebesar 9,1%, namun masih tetap lebih tinggi dari dua kali lipat di atas target ECB sebesar 2%. Pada bulan Agustus, tekanan kenaikan terbesar berasal dari biaya jasa (5,5% vs 5,6% di bulan Juli), diikuti oleh makanan, alkohol & tembakau (9,7% vs 10,8%) dan barang industri non-energi (4,7% vs 5%). Harga energi terus turun namun dengan kecepatan yang jauh lebih lambat (-3.3% vs -6.1%).
Berikut beberapa agenda penting terkait data ekonomi yang akan rilis hari ini:
- Konferensi pers Lembaga Penjamin Simpanan mengenai tingkat bunga penjaminan (11:30 WIB)
- Pembukaan Rakernas PDI-P (14:00 WIB)
- Tingkat pengangguran Jepang (06:30)
- Rasio pekerjaan/lamaran Jepang (06:30)
- IHK Inti Tokyo YoY (06:30)
- Inflasi Tokyo (06:30)
- Produksi Industri Jepang (06:50)
- Penjualan Retail (06:50)
- Kredit Perumahan Australia (08:30)
- Kredit Sektor Swasta Australis (08:30)
- Indeks Keyakinan Konsumen Jepang (12:00)
- Pesanan Konstruksi Jepang (12:00)
- Pembukaan Rakernas PDI-P (14:00 WIB)
- Penjualan retail Jerman (13:00)
- Pertumbuhan ekonomi Inggris (13:00)
- Data orang yang bekerja Jerman (14:55)
- Tingkat pengangguran Jerman (14:55)
- Kredit Konsumen BoE (15:30)
- Inflasi Zona Eropa (16:00)
- Indeks PCE AS (19:30)
- Pengeluaran pribadi AS (19:30)
- Pendapatan pribadi AS (19:30)
- PMI AS Chicago (20:45)
Selain itu, hari ini setidaknya ada beberapa agenda korporasi, diantaranya :
- RUPSLB PT Indo-Rama Synthetics Tbk (INDR)
- RUPSLB PT ICTSI Jasa Prima Tbk (KARW)
- RUPSLB PT Teknologi Karya Digital Nusa Tbk (TRON)
Terakhir, berikut adalah sejumlah indikator perekonomian nasional:
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]