Yen, Yuan - Dolar Singapura Mulai Bangkit dari Kubur

mae, CNBC Indonesia
28 September 2023 14:00
Mata uang Rupiah, Yuan, dan Won. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Mata uang Rupiah, Yuan, dan Won. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas mata uang Asia mulai terlepas dari tekanan dolar Amerika Serikat (AS) dan menguat pada hari ini. Merujuk Refinitiv, mata uang utama asia menguat pada Kamis (28/9/2023) pukul 13;24 WIB.

Dolar Singapura menguat 0,08%, rupee India menggeliat 0,04%, yen Jepang menanjak 0,16%, peso Filipina naik 0,12%, dan yuan China terapresiasi 0,05%. Sebaiknya, baht Thailand masih melemah 0,19% dan won Korea tersungkur 0,11%.

Mata uang rupiah dan ringgit Malaysia tidak diperdagangkan hari ini karena libur untuk memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW.

Penguatan mata uang Asia ini berbanding terbalik dibandingkan perdagangan kemarin di mana mayoritas melemah.  Pada perdagangan Rabu kemarin, dolar Singapura ambles 0,28%, ringgit Malaysia anjlok 0,38%, yen Jepang tersungkur 0,38%, baht Thailand jeblok 0,79%, won Korea jatuh 0,12%, dan rupiah. Hanya peso dan rupee yang menguat.

Sementara itu, rupiah ditutup di angka Rp15.515/US% atau melemah 0,19% terhadap dolar AS kemarin. Di tengah perdagangan, rupiah sempat melemah hingga titik terdalamnya yakni Rp15.540/US$. Posisi penutupan perdagangan hari ini merupakan yang terlemah sejak delapan bulan terakhir.

Mulai menguatnya mata uang Asia pada hari ini tak bisa dilepaskan dari melemahnya indeks dolar pada hari ini. Indeks bergerak di posisi 106,65 atau turun 0,02% pada hari ini.

Mata uang seperti seperti yen juga menguat karena ada intervensi dari pemangku moneter.

Seperti diketahui, mata uang dunia jatuh setelah indeks dolar terbang ke level tertinggi selama 10 bulan pada pekan ini.

Kenaikan dolar AS dipicu oleh ekspektasi pasar mengenai kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang diperkirakan masih akan hawkish ke depan.
Ekspektasi semakin meningkat karena harga minyak mentah melonjak. Kenaikan harga minyak akan membuat AS sulut menurunkan inflasi sehingga The Fed pun diproyeksi masih akan hawkish.

Ambruknya mata uang dunia membuat pemangku kebijakan kemudian melakukan intervensi.

Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki mengatakan Jepang tidak membuka kemungkinan untuk melakukan intervensi jika volatilitas yen terlalu liar.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation