Newsletter

AS, Eropa -Jepang Beri Kabar Penting Hari Ini, Semoga RI Aman

Aulia Mutiara, CNBC Indonesia
29 September 2023 06:00
Konfrensi Pers Mengenai Penetapan Tingkat Bunga Penjaminan LPS.
Foto: Konfrensi Pers Mengenai Penetapan Tingkat Bunga Penjaminan LPS. (Tangkapan Layar Yiutube LPS)

Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah isu dan sentimen penting pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (29/9/2023). 

Wall Street yang berakhir di zona hijau diharapkan bisa menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan dalam negeri hari ini. Selain itu, ada beberapa rilis data ekonomi dari eksternal yang bisa mempengaruhi pergerakan pasar. Terdapat pula agenda politik besar pada hari ini yang bisa mempengaruhi pergerakan pasar.

Dari dalam negeri, sentimen akan datang dari pengumuman tingkat suku bunga Lembaga Penjamin Simpanan serta dampak larangan berjualan di media sosial oleh pemerintah.

Sebagai catatan, pada Mei lalu,  LPS mempertahankan tingkat bunga penjaminan bank umum tetap 4,25% bank perekonomian rakyat (BPR) 6,75, serta valuta asing di bank umum 2,25%. LPS diproyeksi akan menahan suku bunga sejalan dengan kebijakan moneter Bank Indonesia.

Di luar ekonomi, ada agenda besar politik pada hari ini yakni Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV PDI-Perjuangan. Rakernas selama tiga hari hingga 1 Oktober tersebut akan menjadi konsolidasi partai pemenang pemilu tersebut untuk pemilihan umum dan pemilihan presiden (pilpres). 

Ketua Umum PDI-P Megawati Sukarnoputri dan Presiden Joko Widodo dijadwalkan hadir dalam pembukaan Rakernas hari ini. Publik dan pelaku pasar menunggu apakah PPDI-P akan menetapkan calon wakil presiden (cawapres) untuk mendampingi Ganjar Pranowo.
Penetapan cawapres ini sangat ditunggu pasar karena setidaknya bisa menggambarkan kebijakan seperti capres dan cawapres PDI-P.

Sementara itu, dari luar negeri banyak data yang akan keluar pada hari ini.

Pada Kamis (28/9/2023) AS merilis data alias pembacaan terakhir pertumbuhan ekonomi untuk kuartal kedua tahun ini. Perekonomian AS mempertahankan laju pertumbuhan yang cukup solid pada kuartal kedua dan aktivitas tampaknya meningkat pada kuartal ini, namun penutupan pemerintahan yang akan terjadi dan pemogokan yang terus berlanjut oleh para pekerja otomotif meredupkan prospek untuk sisa tahun 2023.

Produk domestik bruto meningkat pada tingkat tahunan sebesar 2,1% yang belum direvisi pada kuartal terakhir, kata pemerintah dalam estimasi ketiga PDB untuk periode April-Juni.

Hal ini sejalan dengan ekspektasi para ekonom. Penurunan pertumbuhan belanja konsumen ke tingkat 0,8% yang lebih rendah dari angka 1,7% yang dilaporkan sebelumnya diimbangi oleh revisi kenaikan yang tajam terhadap investasi bisnis di pabrik-pabrik di tengah dorongan pemerintahan Joe Biden untuk membawa kembali manufaktur semikonduktor ke AS.

Inflasi juga tetap tinggi dan kondisi pasar tenaga kerja yang ketat terus terjadi, dengan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran sedikit meningkat pada minggu lalu.

Beberapa ekonom percaya ketahanan perekonomian dikombinasikan dengan inflasi yang tinggi dapat memberikan amunisi bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga lagi pada bulan November. Namun, pihak lain memperkirakan kondisi perekonomian yang suram akan membuat bank sentral AS enggan melakukan pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut.

"Berita besarnya bukanlah tidak ada yang berubah, namun perekonomian tetap tangguh, inflasi tetap tinggi dan skenario terburuk The Fed, stagflasi, telah dapat dihindari untuk saat ini," kata Chris Zaccarelli, kepala investasi di Independent Advisor Alliance di Charlotte, Carolina Utara yang dikutip dari Reuters.

"Mengingat seberapa besar The Fed menaikkan suku bunganya, sangat mengesankan bahwa perekonomian masih tumbuh dengan kecepatan seperti ini." tambahnya.

Sementara itu, pasar tenaga kerja diperkirakan akan tetap ketat untuk beberapa waktu. Laporan kedua dari Departemen Tenaga Kerja pada Kamis (28/9/2023)menunjukkan klaim awal tunjangan pengangguran negara naik 2.000 menjadi 204.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 23 September.  Jumlah ini di bawah proyeksi ekonom yang memperkirakan 215.000 sehingga ekspektasi The Fed masih akan hawkish pun menguat.

Klaim pada bulan ini berada pada kisaran terendah yaitu 194,000-265,000 pada tahun 2023. Jumlah orang yang menerima manfaat setelah minggu pertama bantuan, yang merupakan ukuran perekrutan, meningkat 12,000 ke angka yang masih rendah yaitu 1,670 juta selama pekan yang berakhir pada bulan September.

Kemudian, ada juga data pembacaan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi terbaru. Pembacaan PCE adalah metrik inflasi pilihan The Fed.

"Pasar ekuitas memerlukan penangguhan hukuman agar suku bunga bisa bergerak lebih tinggi, dan The Fed perlu menurunkan posisi hawkishnya agar hal itu bisa terjadi, maka PCE dan data inflasi lainnya akan sangat penting." kata Ross Mayfield, analis strategi investasi di Baird yang dikutip dari CNBC International.

Untuk diketahui, PCE AS, tidak termasuk makanan dan energi, meningkat sebesar 0,2% secara month-to-month (mtm) pada bulan Juli 2023, mempertahankan laju yang sama seperti bulan Juni dan selaras dengan ekspektasi pasar.

Tingkat inflasi tahunan, yang dianggap sebagai ukuran inflasi pilihan The Fed, mengalami sedikit kenaikan sesuai antisipasi, mencapai 4,2% dari 4,1% pada bulan Juni. Ketika memperhitungkan biaya pangan dan energi, indeks harga PCE naik 0,2% dari bulan sebelumnya dan 3,3% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Pelaku pasar juga patut mencermati pidato pejabat The Fed yang akan memberikan sinyal-sinyal terkait suku bunga. Sebagaimana kita ketahui, saat ini sinyal yang diterima adalah sinyal negatif. Saat ini, Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% sesuai ekspektasi pasar.

Namun, The Fed mengisyaratkan mereka akan tetaphawkishdan membuka kemungkinan kenaikan suku bunga ke depan.

Beralih ke Asia, hari ini akan banyak data penting yang disuguhkan Jepang diantaranya tingkat pengangguran, data Consumer Price Index (CPI), penjualan retail, serta terkait data produksi industri. Ini juga akan mempengaruhi pergerakan pasar.

Dari Zona Eropa, data ekonomi datang dari Inggris dimana akan ada rilis data pertumbuhan ekonomi Inggris final untuk kuartal kedua tahun ini. Ini patut dicermati untuk melihat seberapa kuat ekonomi Inggris bertahan di tengah kenaikan inflasi dan suku bunga. Selain itu, Jerman juga akan menyuguhkan data penjualan retail, dan harga impor untuk periode Agustus.

Secara keseluruhan pada waktu yang tak jauh berbeda Zona Eropa bakal mengumumkan data inflasi untuk periode September 2023. Sebagai informasi, Tingkat inflasi tahunan di Kawasan Eropa ini direvisi lebih rendah menjadi 5,2% pada bulan Agustus 2023 dari perkiraan awal sebesar 5,3%, menandai angka terendah sejak Januari 2022.

Setahun sebelumnya, inflasi jauh lebih tinggi yaitu sebesar 9,1%, namun masih tetap lebih tinggi dari dua kali lipat di atas target ECB sebesar 2%. Pada bulan Agustus, tekanan kenaikan terbesar berasal dari biaya jasa (5,5% vs 5,6% di bulan Juli), diikuti oleh makanan, alkohol & tembakau (9,7% vs 10,8%) dan barang industri non-energi (4,7% vs 5%). Harga energi terus turun namun dengan kecepatan yang jauh lebih lambat (-3.3% vs -6.1%).

(aum/aum)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular