
Huru-Hara di AS Bertambah Lagi, IHSG & Rupiah Bisa Bergejolak

Setelah kemarin ada 'Super Thursday' di mana banyak bank sentral mengumumkan suku bunga acuannya, pada hari ini, pasar akan memantau beberapa rilis data ekonomi dan agenda.
Pada hari ini, giliran bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) yang akan merilis kebijakan suku bunga acuan terbarunya. Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan BoJ akan kembali menahan suku bunga ultra longgarnya di level -0,1%.
Adapun suku bunga ultra longgar BoJ sudah ditahan sejak 2016 silam. BoJ juga belum akan merubah sikapnya menjadi hawkish dalam waktu dekat. Namun, beberapa ekonom memprediksi bahwa BoJ akan mengakhiri kebijakan ultra longgarnya pada tahun depan.
Meskipun tidak ada ekonom yang disurvei melihat kemungkinan BoJ merubah sikap longgarnya pada pertemuan pekan ini, tetapi hampir 80% dari mereka mengatakan BoJ akan menghapus skema pengendalian imbal hasil (yield curve control/YCC) 10 tahun pada akhir tahun 2024.
Gubernur Kazuo Ueda mengatakan dalam sebuah wawancara dengan sebuah surat kabar awal bulan ini bahwa BoJ mungkin akan mendapatkan data yang cukup pada akhir tahun untuk menilai apakah mereka dapat mengakhiri suku bunga negatif, sehingga mendorong para trader untuk membeli yen untuk melakukan lindung nilai terhadap kemungkinan kenaikan suku bunga yang lebih awal dari perkiraan.
Tiga belas dari 25 ekonom atau 52% yang disurvei oleh Reuters pada 8-19 September, memperkirakan BoJ akan mengakhiri kebijakan suku bunga negatifnya sekitar tahun 2024. Angka tersebut naik dari 41% dalam survei yang sama pada Agustus lalu.
Selain kebijakan suku bunga acuan terbaru BoJ, Jepang juga akan merilis beberapa data ekonomi, seperti data inflasi dan data flash reading PMI manufaktur dan Jasa.
Adapun inflasi Jepang pada Agustus 2023 diperkirakan tidak banyak berubah dari periode sebelumnya yakni Juli 2023 yang sebesar 3,3%, berdasarkan konsensus Trading Economics.
Sedangkan inflasi inti Jepang pada bulan lalu diperkirakan turun menjadi 3%, dari sebelumnya sebesar 3,1% pada Juli lalu. Selain inflasi, data flash reading PMI manufaktur dan jasa Jepang versi Jibun Bank periode September 2023 juga akan dirilis pada hari ini.
Tak hanya Jepang, beberapa negara juga akan merilis data flash reading PMI manufaktur dan jasa periode September 2023. Adapun negara-negara tersebut yakni Australia, Uni Eropa, Inggris, dan AS.
Selain data flash reading PMI manufaktur dan jasa, ada data ekonomi lainnya yang juga dirilis pada hari ini, seperti data indeks keyakinan konsumen (IKK) Inggris dan data penjualan ritel Inggris.
Selain kebijakan soal bunga, sentimen lain datang dari kebijakan fiskal pemerintah.
Seperti diketahui, Rapat Paripurna DPR RI Ke-6 Masa Persidangan I Tahun Sidang 2023-2024 resmi mengesahkan Undang-Undang tentang APBN Tahun Anggaran 2024, Kamis (21/9/2023). Defisit ditetapkan sebesar Rp522,8 triliun atau 2,29% terhadap PDB, pendapatan negara sebesar Rp2.802,3 triliun, belanja negara Rp3.325,11 triliun, dan pembiayaan sebesar Rp522,8 triliun.
Asumsi dasar ekonomi makro tahun 2024 disepakati dalam UU APBN 2024, sebagai berikut:
1. Pertumbuhan ekonomi 5,2%;
2. Laju inflasi 2,8%;
3. Nilai tukar Rp15.000 per dolar AS;
4. Tingkat suku bunga SBN 10 tahun 6,7%;
5. Harga minyak mentah 82 dolar per barel;
6. Lifting minyak 635.000 barel per hari;
7. Lifting gas bumi sebesar 1.033.000 barel setara minyak per hari.
(chd/chd)