Hari Libur & Cuti 2024 Diumumkan Hari Ini, Pasar RI Happy?
Pasar keuangan Tanah Air kemarin masih bergerak mixed karena sentimen pasar cenderung sepi
- Wall Street kompak menghijau pada perdagangan kemarin, saham Tesla terbang 10%
Hari ini pelaku pasar mulai fokus menanti data inflasi AS serta pengumuman hari libur nasional 2024
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air bergerak mixed. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat, rupiah cenderung stagnan, sementara Surat Berharga Negara (SBN) masih dibuang investor.
Sentimen pasar keuangan Indonesia hari ini nampaknya akan cenderung sepi. Selengkapnya mengenai proyeksi pasar keuangan pada hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
IHSG pada perdagangan yang berakhir kemarin, Senin (11/9/2023) ditutup menguat 0,56% secara harian menuju 6.936,39. Penguatan tersebut berhasil mengakhiri tren merah IHSG selama dua hari sebelumnya.
Posisi penutupan kemarin menjadi yang tertinggi sepanjang hari perdagangan tetapi IHSG masih sulit untuk menguji level psikologis 7000 kembali.
Kenaikan IHSG kemarin juga seirama dengan peningkatan nilai transaksi dari hari sebelumnya sebesar Rp10,95 triliun menjadi Rp11,18 triliun, dengan volume mencapai 22.944 lembar saham yang setara dengan frekuensi 1,22 juta kali.
Beberapa sektor yang menjadi penopang IHSG ada sektor kesehatan yang mencapai 4,13%, kemudian sektor bahan baku sebesar 1,56%, sektor konsumer non-primer sebesar 1,38%, dan sektor industri sebesar 1,09%.
Selain itu, beberapa saham juga turut menjadi market movers seperti PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) yang naik 1,40% dengan sumbangan indeks poin terbesar mencapai 8,26. Disusul PT Kalbe Farma (KLBF) yang melonjak 8,14% dengan indeks poin 7,15 dan PT Sumber Alfaria Trijaya (AMRT) yang menguat 2,79% dengan indeks poin 3,99.
Beralih ke nilai tukar rupiah pada perdagangan kemarin (11/9/2023) ditutup stagnan atau tidak ada pergerakan dibandingkan hari sebelumnya, masih di posisi Rp15.320/US$.
Pergerakan rupiah yang stagnan menunjukkan pasar tak terlalu merespon dari rilis data penjualan ritel Indonesia yang meningkat sebesar 1,6% (year on year/yoy) pada Juli 2023. Investor kini fokus kepada faktor eksternal.
Kendati penjualan ritel bertumbuh tetapi nilainya jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang bisa mencapai 7,9% yoy. Perlu diketahui, Juli tak ada hari raya sehingga penjualan ritel yang tumbuh melambat merefleksikan daya beli masyarakat belum terlalu atraktif di kondisi ekonomi normal.
Selain itu, cadangan devisa (cadev) Indonesia untuk periode Agustus 2023 masih mengalami penurunan, sehingga belum bisa menopang pergerakan rupiah karena efek DHE belum terlalu terasa pasca pengetatan kebijakan diterapkan sejak bulan lalu.
Sebagai catatan, Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa cadev per Agustus tercatat US$137,1 miliar atau turun US$0,6 miliar dibandingkan periode sebelumnya.
Beralih ke pergerakan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor jangka panjang selama 10 tahun yang menjadi benchmark pasar pada perdagangan kemarin ditutup menguat sebesar 3 basis poin (bps) menjadi 6,59%. Kenaikan yield menandai harga SBN yang semakin murah karena investor melepas SBN, terutama investor asing.
(tsn/tsn)