Newsletter

Hari Ini RI Dibuat Panas Harga Minyak, Dialog ASEAN-China-AS

mae, CNBC Indonesia
06 September 2023 06:00
Ilustrasi Wall Street. (AP/Richard Drew)
Foto: (AP/Richard Drew)

Dari Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street kompak mengakhiri perdagangan di zona merah pada Selasa (5/9/2023).

Indeks Dow Jones ambruk 0,56% atau 195,74 poin ke 34.641,97. Indeks Nasdaq melemah 0,08% atau 10,86 poin ke 14.020,95 sementara indeks S&P jatuh 0,42% atau 18,94 poin ke 4.496,83.

Indeks melemah setelah harga minyak terbang ke level US$ 90 per barel.
Harga minyak brent ditutup di posisi US$ 90,01 per barel kemarin Selasa (5/9/2023). Harganya terbang 1,2%. Ini adalah kali pertama minyak brent menyentuh level US$ 90 per barel sejak 16 November 2022 atau hampir 10 bulan terakhir.



Dikutip dari CNBC International, harga minyak melonjak setelah Arab Saudi memutuskan untuk memperpanjang pemangkasan produksi.

Arab Saudi akan memangkas produksi sebesar 1 juta barel per day (bpd) secara sukarela hingga akhir tahun ini. Pemangkasan tersebut akan mengurangi produksi minyak hingga 9 juta pbd pada Oktober, November, dan Desember.

Rusia juga akan memperpanjang pemangkasan ekspor sebesar 300.000 bpd hingga Desember 2023.

Sebagai catatan, anggota OPEC+ sepakat untuk melakukan pemangkasan minyak secara sukarela sebesar 1,6 juta bpd pada April 2023. Arab Saudi sebelumnya sudah sepakat untuk memangkas produksi sebesar 1 juta bps pada Juli dan keputusan tersebut akan dievaluasi per bulan.

Lonjakan harga minyak membuat Wall Street jatuh karena kenaikan harga minyak akan berimplikasi kepada banyak hal. Lonjakan harga minyak dikhawatirkan akan melambungkan kembali inflasi sehingga harapan melihat bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) melunak semakin menjauh.

Hal tersebut bisa semakin menekan ekonomi AS yang tengah berjuang dari dampak suku bunga tinggi.

"Kenaikan harga minyak akan menekan inflasi. Ini hanya akan membuat The Fed semakin bekerja keras menekan inflasi," tutur Keith Lerner, co-chief investment officer pada Truist Advisory Services, dikutip dari CNBC International.

Perangkat CME Fedwatch menunjukkan 93% investor yakin The Fed akan menahan suku bunga acuan di 5,25%-5,5% dalam pertemuan September. Sebanyak 7%memperkirakan adanya kenaikan suku bunga sebesar 25 bps.

Selain harga minyak, Wall Street juga melemah karena imbal hasil US Treasury terus melambung. Imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun kemarin menembus 4,27%, lebih tinggi dibandingkan hari sebelumnya yang tercatat 4,17%.

"Saham harus berjuang keras menahan pelemahan karena ada ekspektasi The Fed akan menaikkan suku bunga. Kenaikan imbal hasil US Treasury juga membuat saham tertekan karena surat utang semakin menarik," tutur Paul Nolte, market strategist dari Murphy & Sylvest Wealth Management, dikutip dari Reuters.

(mae/mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular