KTT ASEAN 2023

56 Tahun Berdiri: Masih Ada Pertanyaan 'Does ASEAN Matter'?

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
05 September 2023 08:45
Infografis, Simak Agenda Prioritas ASEAN-BAC di KTT ASEAN 2023
Foto: Infografis/ ASEAN/ Edward Ricardo
  • Pada Keketuaan tahun ini dan mengusung tema ASEAN Matters: Epicentrum of Growth, yang memberikan makna peran penting ASEAN bagi ekonomi kawasan dan dunia.
  • Tema ASEAN ke-43 kali ini membawa ingatan kita pada sebuah buku yang bertajuk "Does ASEAN Matter?" yang ditulis oleh mantan Menteri Luar Negeri era SBY. 
  • Posisi penting ASEAN membuat perannya sangat matter atau penting di kawasan

Jakarta, CNBC Indonesia - Gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-43 berlangsung di Jakarta mulai hari ini, Selasa (5/9/2023) hingga 7 September mendatang. Pada Keketuaan tahun ini dan mengusung tema ASEAN Matters: Epicentrum of Growth, yang memberikan makna peran penting ASEAN bagi ekonomi kawasan dan dunia.

Untuk diketahui, KTT ASEAN merupakan pertemuan para pemimpin negara anggota Perhimpunan Bangsa - Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). ASEAN terdiri dari sebelas negara anggota, yaitu Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam dan Timor Leste.

Dalam gelaran ini, akan ada beberapa prioritas ekonomi yang akan dibahas oleh negara anggota ASEAN serta beberapa negara mitra.

Indonesia pun ingin mendorong ASEAN menjadi kawasan yang memiliki peran penting bagi negara kawasan dan dunia baik sebagai motor perdamaian maupun kesejahteraan kawasan. Selain itu, Indonesia juga ingin menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan dan dunia.

Sebagai ajang pertemuan bilateral antara pemimpin negara-negara Asia Tenggara dan negara mitra, KTT ke-43 ASEAN di Jakarta bertujuan menguatkan pencapaian dan pondasi visi ASEAN 2045. Diharapkan, pertemuan KTT ke-43 ASEAN di Jakarta menjadi landasan penguatan kelembagaan ASEAN dari segi pembuatan keputusan yang efektif dan efisien.

Tema ASEAN ke-43 kali ini membawa ingatan kita pada sebuah buku yang bertajuk "Does ASEAN Matter?" yang ditulis oleh mantan Menteri Luar Negeri era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tepatnya periode 2009-2014 yakni Marty Natalegawa.

Dalam buku tersebut, Marty memberikan pandangan dari dalam koridor Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).

Sebagai perwakilan Indonesia untuk ASEAN, dan kemudian menjadi Menteri Luar Negeri negaranya, pada tahun 2009-2014, Dr. Natalegawa hadir dalam banyak momen terbaik dan terburuk ASEAN selama dua dekade terakhir.

Dalam tulisannya, Natalegawa menjawab pertanyaan utama yang kini banyak ditanyakan mengenai organisasi regional yang paling lama berdiri di kawasan Indo-Pasifik: Apakah organisasi yang dibentuk pada tahun 1967 masih relevan di kawasan yang secara fundamental telah mengalami transformasi selama lebih dari 50 tahun terakhir?

Dapatkah negara-negara anggota ASEAN mengatasi keretakan dan perpecahan internal yang diakibatkan oleh semakin tegangnya dinamika kekuatan regional? Dan mungkin yang paling penting, di era perubahan yang cepat, apakah ASEAN masih dapat memenuhi janjinya bagi masyarakat Asia Tenggara? Apakah ASEAN masih penting?

Menurut Natalegawa, selama lima dekade, ASEAN telah menunjukkan relevansinya dan ASEAN itu penting. ASEAN mengubah hubungan antar negara-negara Asia Tenggara dari "defisit kepercayaan" menjadi "kepercayaan strategis."

Hal ini tentu sangat penting dalam mentransformasikan posisi negara-negara Asia Tenggara di kawasan yang lebih luas dari proksi dan objek persaingan negara-negara besar menjadi posisi "sentralitas" dalam dinamika yang berkembang di Asia Tenggara dan sekitarnya.

Selain itu, yang juga tidak kalah pentingnya, ASEAN memungkinkan terciptanya kawasan yang lebih berpusat pada masyarakat: mendorong terjadinya transformasi dramatis pada perekonomian kawasan.

Marty NatalegawaFoto: Kominfo
Marty Natalegawa

Selain manfaat materi, tata pemerintahan yang baik, pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia, serta prinsip-prinsip demokrasi juga merupakan tujuan yang ditetapkan oleh banyak negara. Tentu saja, hal-hal tersebut masih dalam tahap awal dan masih rapuh.

Namun, di dunia yang mengalami pergeseran geopolitik dan geoekonomi tektoni, hubungan yang kompleks antara lingkungan internal dan eksternal, ancaman transnasional yang meluas dan tidak dapat diselesaikan secara nasional, serta tantangan terhadap prinsip penyelesaian sengketa melalui diplomasi, bagaimana ASEAN mempertahankan relevansinya?

Mengapa ASEAN Penting?

Secara demografis negara-negara anggota ASEAN diperkirakan memiliki jumlah populasi 68,6 juta jiwa dengan produk domestik bruto (PDB) gabungan sebesar US$3,9 triliun atau atau menyumbang 3,6% dari PDB global. pada 2022 menurut data Dana Moneter Internasional (IMF).

Perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara ini juga memainkan peran penting secara ekonomi, geopolitik, dan strategis. ASEAN menjadi lalu lintas perdagangan dunia dan menempati posisi ketiga dalam pemeringkatan ekonomi regional di Asia dan ekonomi terbesar kelima di dunia setelah AS, China, Jepang, dan Jerman.

Jika di flashback tahun 2011 lalu, pada saat menghadiri KTT ASEAN dan EAS di Bali Presiden AS, Barack Obama menegaskan bahwa kawasan ini (ASEAN) muncul sebagai mesin ekonomi dunia dan sebagai pusat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. Dalam perspektif (ekonomi) ini, ASEAN merupakan organisasi kawasan yang sangat atraktif dan penting.

Tak heran, hingga saat ini kawasan ini tengah di sorot duniaterkait posisi strategisnya dalam mempertahankan sentralitas di tengah pusaran rivalitas negara besar.

Pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN juga tercatat terus membaik. Beberapa negara bahkan mampu mencatat pertumbuhan di atas 6%. Di antarasuatu negara dapat dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) yang terus bertumbuh adalah Republik Laos.

Sejak 2012 hingga 2021, jika dirata-ratakan, pertumbuhan rata-rata tahunan berdasarkan PDB (nilai konstan) Laos berada di angka 6,3%. Angka ini merupakan yang tertinggi di ASEAN yang memiliki rata-rata 4,1%

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menuturkan bahwa perekonomian kawasan ASEAN menunjukkan kinerja positif. Dalam satu dekade terakhir rerata pertumbuhannya 4%-5%.

Sedangkan di dunia, ASEAN menjadi kawasan dengan tingkat perekonomian terbesar kelima yang juga eksportir terbesar ke-4. Pada 2022, kawasan ASEAN pun menjadi tujuanforeign direct investment(FDI) terbesar ke-2 dengan total arus masuk FDI tumbuh sebesar 5,5%.

Menurut Airlangga, hal ini dipengaruhi oleh tingkat konsumsi domestik, perdagangan, dan investasi yang tinggi. Ditambah, industri seperti elektronik, kendaraan listrik, dan ekonomi digital, mengalami peningkatan investasi pada tahun lalu.

Mengacu pada bukunya pula, Marty Natalegawa menegaskan bahwa ASEAN tidak boleh berpuas diri. "Lebih banyak hal yang sama" tidak akan cukup untuk mempertahankan kondisi saat ini pada lima dekade mendatang. Para anggotanya harus terus-menerus dan dengan sengaja mewujudkan komitmen mereka terhadap proyek ASEAN.

Tidak ada ruang untuk regionalisme a la carte. Kini, setelah tersedianya sarana, institusi, dan kerangka kerja untuk meningkatkan kerja sama intra-Asia Tenggara, hal-hal tersebut tidak boleh dibiarkan begitu saja. Anggota ASEAN harus "memberdayakan" ASEAN dalam isu-isu di kawasan dan di antara isu-isu tersebut. Pemerintah tidak bisa diam terhadap isu-isu yang secara nyata mempengaruhi kawasan ini secara keseluruhan.

ASEAN juga harus menjalankan lebih dari sekedar "menyatukan kekuatan" dalam perannya yang lebih luas di Indo-Pasifik. Ia harus memproyeksikan kepemimpinan pemikiran; dengan cekatan dan tanpa henti melakukan inisiatif untuk mewujudkan sentralitas yang sering diproklamirkan.

Saya tetap yakin akan dua inisiatif yang dapat ditindaklanjuti oleh ASEAN dalam EAS untuk mewujudkan pandangan Indo-Pasifik: pertama, Dewan Perdamaian dan Keamanan EAS untuk mengembangkan kapasitas manajemen krisis di kawasan; dan kedua, Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama EAS – sebuah instrumen yang mirip dengan Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama, bagi para anggota EAS dan seterusnya – untuk membantu mengatasi defisit kepercayaan yang mendalam di kawasan iniDr. Marty Natalegawa

Sebagai komunitas yang berpusat pada masyarakat, ASEAN juga harus mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan adil bagi masyarakatnya dan secara aktif memastikan bahwa pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia tidak hanya sekedar niat belaka.

Indonesia Punya Peranan Penting Menjadi Penengah Dalam Konflik

Faktanya selama ini Indonesia terus aktif terlibat dalam sejumlah isu-isu penting di kawasan ASEAN.

Dalam hal ini negara kita tak hanya melahirkan kesepakatan-kesepakatan dalam sektor politik ekonomi, sosial, dan budaya. Tapi turut berkontribusi dalam sejumlah upaya perdamaian. Hal ini dilakukan guna menjaga keamanan regional ASEAN, sekaligus menciptakan kawasan yang damai, adil, dan sejahtera.

Misalnya saja pada konflik Myanmar. Indone sebelumnya Indonesia beserta negara-negara anggota ASEAN lainnya; selain Myanmar, menginisiasi Konsensus Lima Poin (5PC), yang bertujuan untuk membantu Myanmar keluar dari krisis politiknya.

Berikut isi 5 poin konsensus yang diunggah di laman resmi ASEAN.

Hingga kini Indonesia masih terus berupaya tegas menyatakan bahwa kekerasan yang terus berlanjut di Myanmar harus dikecam, dan ASEAN berkomitmen memberikan bantuan kemanusiaan berdasarkan prinsip 'tak ada yang tertinggal'.

Selain itu, penyelesaian konflik Vietnam-Kamboja, Indonesia juga pernah memiliki peran penting dalam penyelesaian konflik antara Vietnam dan Kamboja (1988-1989). Sebagai inisiator dalam rangka penyelesaian konflik, Indonesia memediasi kedua negara tersebut agar kembali berdamai. Usaha Indonesia membuahkan hasil, karena Vietnam bersedia menarik pasukannya dari Kamboja.

Diadakan di Bogor pada 5-28 Juli 1988 dan Jakarta pada 19-21 Februari 1989, Jakarta Imformal Meeting (JIM) bertujuan untuk mewujudkan perdamaian atau menyelesaikan konflik bersenjata antara dua negara bertetangga di Semenanjung Indocina, Kamboja dan Vietnam. Melalui pertemuan tersebut, Indonesia berhasil memfasilitasi kedua negara untuk berunding dan menyelesaikan konflik berdarah yang terjadi selama bertahun-tahun.

Ada banyak sekali tentu peran Indonesia untuk menjadi 'juru damai' serta memajukan kawasan ini. Termasuk dengan adanya gelaran KTT ASEAN di Jakarta saat ini yang tentu membahas banyak sekali agenda menuju perbaikan-perbaikan di kawasan ASEAN.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(aum/aum)
Tags


Related Articles

Most Popular
Recommendation