Newsletter

'Hantu' Twin Deficit Kembali Hantui Jokowi, BI Dalam Dilema

Putra, CNBC Indonesia
Rabu, 23/08/2023 06:00 WIB
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
  • Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah kompak menguat di tengah minimnya katalis positif sementara yield SBN terus melanjak
  •  Wall Street kembali bergerak beragam dengan mayoritas indeks melemah
  •  Investor dalam negeri menantikan keputusan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan mencermati sejumlah perkembangan dari luar negeri

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah sama-sama menguat pada Selasa (22/8/2023) di tengah minim sentimen positif. Sebaliknya, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) terus menanjak karena investor memilih kabur dari pasar Tanah Air.

Pasar keuangan Indonesia diperkirakan akan menghadapi tekanan berat pada hari ini. Selengkapnya mengenai sentiimen penggerak pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

IHSG ditutup menguat 0,73% ke posisi 6.916,45. IHSG berhasil kembali menyentuh level psikologis 6.900 pada perdagangan Selasa.

Tercatat ada tiga sektor yang menjadi penopang terbesar IHSG pada Selasa, yakni sektor infrastruktur yang mencapai 1,44%, kemudian sektor keuangan sebesar 1,11%, dan sektor energi sebesar 1,03%.

Selain itu, beberapa saham juga turut menjadi penopang IHSG pada akhir perdagangan Selasa. Tiga saham bank raksasa menjadi penopang IHSG pada sesi I Selasa, dengan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi penopang terbesar yakni mencapai 12,2 indeks poin.

Sedangkan saham yang mewakili sektor energi, ada dua saham batu bara yang juga menjadi penopang IHSG pada Selasa, yakni PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) sebesar 2,7 indeks poin, dan PT United Tractors Tbk (UNTR) sebesar 2,1 indeks poin.

IHSG ditutup menguat meski ada kabar kurang menggembirakan datang dari dalam negeri, yakni terkait data transaksi berjalan dan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI).

Transaksi berjalan mengalami defisit atau current account deficit(CAD) setelah tujuh bulan mengalami surplus. Defisit CAD RI per kuartal II-2023 sebesar US$ 1,9 miliar atau setara 0,5% PDB.

Seiring dengan itu, kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal II 2023 juga tercatat defisit US$ 7,4 miliar dan posisi cadangan devisa pada akhir Juni tercatat tetap tinggi sebesar US$ 137,5 miliar dolar AS, atau setara dengan pembiayaan 6,0 bulan impor.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono mengatakan, defisit itu terjadi di tengah kondisi penurunan harga komoditas dan perlambatan ekonomi global serta berlanjutnya perbaikan ekonomi domestik.

"Pada kuartal II 2023, transaksi berjalan mencatat defisit 1,9 miliar dolar AS," kata Erwin dikutip dari keterangan tertulisnya, Selasa (22/8/2023).

Di lain sisi, investor juga menanti agenda pengumuman suku bunga Bank Indonesia (BI) dan perhelatan Simposium Ekonomi Jackson Hole di Wyoming.

Pada Kamis pekan ini, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI akan mengumumkan hasil pertemuannya, termasuk suku bunga acuan. Pelaku pasar berekspektasi jika BI akan mempertahankan suku bunga untuk menjaga stabilitas nilai tukar.

Sedangkan dari eksternal, pelaku pasar di dalam negeri dan global menanti Simposium Ekonomi Jackson Hole di Wyoming selama tiga hari, yang diselenggarakan setiap tahun oleh bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) wilayah Kansas City sejak 1981.

Ketua The Fed, Jerome Powell akan menyampaikan pidato tentang prospek ekonomi pada Jumat pekan ini di Simposium Jackson Hole.

Powell akan memberikan pandangan terbarunya tentang apakah diperlukan lebih banyak pengetatan kebijakan untuk menurunkan inflasi di tengah pertumbuhan ekonomi yang sangat kuat, atau mulai mempertimbangkan untuk mempertahankan suku bunga.

Pidato Powell akan dinanti-nanti karena secara historis memiliki efek kejut yang besar untuk pasar global.

Sementara, nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS meskipun dihujani sentimen negatif dari dalam negeri. Penguatan rupiah pada hari ini dibantu oleh mulai lesunya dolar AS.
Merukuk data Refinitiv, rupiah ditutup di posisi Rp 15.310 pada perdagangan hari ini, Selasa (22/8/2023). Mata uang Garuda menguat tipis 0,07% dibandingkan perdagangan kemarin.

Penguatan kemarin menjadi kabar baik setelah mata uang Garuda melemah 0,26% pada perdagangan Senin pekan ini.


Penguatan rupiah pada Selasa lebih karena ditopang oleh melemahnya dolar AS. Indeks dolar pada hari ini bergerak di posisi 103,1, lebih rendah dibandingkan 103,57 pada pekan lalu.

Seperti diketahui, indeks dolar sempat berlari kencang ke level terkuat dua bulan hingga menembus 103,57 pada Kamis pekan lalu.Dolar menguat sejalan dengan meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga The Federal Reserve (The Fed Fund rate/FFR) pada September mendatang.

Namun, dolar AS melemah pada Selasa karena investor mulai memilih wait and see sebelum pidato Chairman The Fed Jerome Powell akhir pekan ini.
Pidato Powell diharapkan memberi sinyal yang lebih jelas mengenai kebijakan suku bunga The Fed pada September mendatang.

Pelemahan indeks dolar tidak hanya membantu penguatan rupiah. Mayoritas mata uang utama Asia juga menguat pada hari ini, termasuk ringgit Malaysia, dolar Singapura, dan rupee India.

Indeks dolar yang melemah menjadi berkah dan penolong rupiah. Pasalnya, rupiah sebenarnya dibebani sentimen negatif dari dalam negeri berupa kabar defisit transaksi berjalan.

Dari pasar SBN, imbal hasil SBN terus menanjak karena banyaknya aksi jual dari investor. Imbal hasil SBN tenor 10 tahun sudah melonjak ke 6,68% atau posisi tertingginya sejak akhir April 2023 atau hampir lima bulan terakhir.

Imbal hasil berbanding terbalik dengan harga. Imbal hasil yang naik menandai harga SBN yang terngah anjlok karena banyaknya aksi jual.
Lelang Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa kemarin juga kurang mendapat sambutan dari investor asing. Dari tujuh seri yang dilelang, tiga seri tak laku yaitu dua seri tenor jangka pendek Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dan FR0095.


(trp/mae)
Pages