CNBC Indonesia Research

'Malapateka' Baru, RI Dibayangi Krisis Pangan & Serangan Hama

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
21 July 2023 10:45
Bendung Katulampa yang Mengalami Penyusutan Debit Air, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (3/8/2020). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Bendung Katulampa yang Mengalami Penyusutan Debit Air, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (3/8/2020). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
  • Ancaman krisis pangan kembali menyeruak dan kembali 'momok' mengerikan bagi negara-negara di dunia, termasuk Indonesia.
  • Pasalnya Rusia menarik diri dari perjanjian biji-bijian laut hitam serta kebijakan India untuk menghentikan ekspor beras.
  • Ini tentu akan berdampak pada komoditas pangan impor dalam negeri. Di tambah lagi fenomena El Nino yang mengancam negeri ini.

Jakarta, CNBC Indonesia - Ancaman krisis pangan kembali menyeruak dan kembali 'momok' mengerikan bagi negara-negara di dunia. Bukan tanpa alasan, pasalnya Rusia menarik diri dari perjanjian biji-bijian laut hitam serta kebijakan India untuk menghentikan ekspor beras.

Rusia memperingatkan bahwa mulai Kamis (20/7/2023) setiap kapal yang berlayar ke pelabuhan Laut Hitam Ukraina akan dianggap berpotensi membawa kargo militer. Hal ini terjadi setelah Inisiatif Biji-bijian Laut Hitam yang memungkinkan ekspor pangan Ukraina tidak dilanjutkan Moskow.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan negara bendera kapal yang melakukan perjalanan ke pelabuhan Ukraina akan dianggap sebagai pihak dalam konflik di pihak Ukraina. Lembaga itu namun belum tidak mengatakan tindakan apa yang mungkin diambil.

"Kami akan mempertimbangkan semua kapal yang melakukan perjalanan ke pelabuhan Laut Hitam Ukraina sebagai calon pengangkut kargo militer mulai tengah malam waktu Moskow, setelah berakhirnya kesepakatan biji-bijian," tulis keterangan itu dikutip Channel News Asia.

Peringatan ini disampaikan sehari setelah Rusia menyerang wilayah Odessa untuk malam kedua berturut-turut. Odessa merupakan salah satu pintu keluar bahan-bahan pangan asal Ukraina menuju negara-negara dunia lainnya.

Ukraina, yang ingin mencoba melanjutkan pengiriman biji-bijian Laut Hitam yang penting untuk pasokan pangan global, mengatakan pada hari Rabu pihaknya sedang menyiapkan rute pengiriman sementara melalui Rumania.

"Teroris Rusia benar-benar sengaja menargetkan infrastruktur kesepakatan biji-bijian," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di aplikasi perpesanan Telegram.

Dampaknya begitu cepat, harga gandum naik pada Kamis (20/7/2023) setelah Rusia mengancam akan memperlakukan kapal yang menuju pelabuhan Ukraina sebagai pengangkut kargo militer, memperdalam kekhawatiran akan krisis keamanan pangan global.

Ini menandai hari ketiga kenaikan harga berturut-turut. Kontrak gandum yang paling aktif diperdagangkan di Chicago Board of Trade terakhir terlihat diperdagangkan sekitar 1,4% lebih tinggi pada 737,6 sen per gantang, mencapai level tertinggi tiga minggu.

Ini mengikuti lonjakan 8,5% di sesi sebelumnya, kenaikan harian terbesar dalam lebih dari setahun, karena meningkatnya ketegangan geopolitik. Harga gandum tetap jauh di bawah level puncak 1.177,5 sen per gantang yang dicapai pada Mei tahun lalu.

Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan dia "sangat" menyesali keputusan Rusia untuk menghentikan inisiatif tersebut, yang pada dasarnya mengakhiri "garis hidup" bagi ratusan juta orang di seluruh dunia yang menghadapi kelaparan, serta mereka yang sudah berjuang dengan biaya makanan yang melonjak.

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan pada hari Kamis bahwa keputusan Rusia untuk menarik diri dari pakta tersebut akan membahayakan ketahanan pangan global.

PBB mengatakan kesepakatan itu telah memainkan "peran yang sangat diperlukan" dalam ketahanan pangan global, sementara para analis mengatakan kesepakatan itu telah mendukung stabilitas harga dan mencegah kelangkaan di negara berkembang.

"Ukraina sekarang akan dipaksa untuk mengekspor sebagian besar biji-bijian dan biji minyaknya melalui perbatasan darat dan pelabuhan Danube.
Ini secara signifikan akan menaikkan biaya transportasi dan menambah tekanan lebih lanjut pada keuntungan petani Ukraina," kata Carlos Mera, kepala pasar komoditas pertanian di pemberi pinjaman Belanda Rabobank dikutip dari CNBC International.

Maka, efek lanjutan dari hal ini adalah dapat mendorong mereka untuk menanam lebih sedikit musim depan, memberikan tekanan lebih lanjut pada pasokan ke depan.

Awas! Ancaman Krisis Pangan Datang Lagi

Sebelum pasukan Rusia menyerbu perbatasan Ukraina pada akhir Februari 2022, Ukraina dan Rusia diketahui merupakan salah satu lumbung pangan dunia. Kedua negara yang saling bertempur itu memproduksi biji-bijian seperti gandum dan jagung.

Peperangan keduanya pun telah mengganggu jalur distribusi pangan bagi dunia, utamanya negara-negara seperti Timur Tengah dan Afrika. Pasalnya, wilayah itu cukup bergantung dari pasokan kedua negara.

Sejak ditandatangani pada Juli tahun lalu, PBB mengatakan Inisiatif Butir Laut Hitam telah memungkinkan lebih dari 32 juta metrik ton komoditas pangan diekspor dari tiga pelabuhan Laut Hitam Ukraina yakni Odessa, Chornomorsk, dan Pivdennyi, ke 45 negara di seluruh dunia. Kesepakatan kemudian terus diperpanjang beberapa kali.

Namun kali ini, Rusia menolak untuk memperpanjang kembali kesepakatan biji-bijian pada Senin lalu. Moskow beralasan bahwa unsur-unsur perjanjian dalam kesepakatan yang memungkinkan ekspor makanan dan pupuk Rusia tidak dihormati.

Dana Moneter Internasional pada hari Rabu mengatakan keluarnya Rusia dari kesepakatan itu akan meningkatkan kerawanan pangan global dan dapat menaikkan harga, terutama di negara-negara miskin.

Di Chicago, harga gandum Amerika Serikat (AS) melambung karena perkembangan terbaru dalam perang.

Shashwat Saraf, Direktur Kedaruratan Afrika Timur di Komite Penyelamatan Internasional (IRC), mengatakan dampaknya akan sangat besar di Somalia, Ethiopia dan Kenya, yang telah menghadapi kekeringan terburuk dalam beberapa dekade.

Indonesia Bakal Kena Getahnya Juga

Kondisi tersebut tentu memunculkan gejolak pangan yang akan mempengaruhi pasokan pangan impor di Indonesia.
Dimana Ukraina sebagai pemasok 25% gandum ke Indonesia akan mengalami kesulitan untuk melakukan pengiriman, sehingga dalam mengantisipasi kondisi ini, pemerintah Indonesia tengah mengupayakan sumber pasokan pangan dari negara lain seperti Australia hingga AS dan Kanada.

Indonesia merupakan salah satu negara yang harus melakukan impor gandum guna mencukupi kebutuhan gandum domestik.

Untuk diketahui, kebutuhan gandum Indonesia terutama berasal dari Australia, Argentina, Amerika Serikat (AS), Kanada, dan Ukraina. Porsi impor dari kelima negara tersebut tentu saja berubah setiap tahunnya.

 

Impor gandum RI kini melonjak, jumlah gandum yang diimpor setiap tahunnya mengalami kenaikan, Hingga saat ini jumlah gandum yang diimpor telah mencetak angka diatas 10 juta ton per tahun.

BPS mencatat impor gandum dan meslin Indonesia mencapai 4,36 juta ton dengan nilai US$1,65 miliar sepanjang Januari-Mei 2023.

Impor gandum Indonesia terbesar berasal dari Australia, yakni mencapai 1,57 juta ton dengan nilai US$585,6 juta dalam lima bulan pertama tahun ini. Volume impor gandum Indonesia dari Negeri Kanguru tersebut mencapai 36% dari total impor.

Negara asal impor gandum Indonesia terbesar berikutnya adalah Argentina, yakni seberat 1,41 juta ton senilai US$497 juta. Diikuti Kanada dengan volume mencapai 572,6 ribu ton senilai US$276,14 juta.

Ada pula impor gandum Indonesia yang berasal dari Brasil seberat 594,26 ribu ton senilai US$211,24 juta, dari India mencapai 115,86 juta ton senilai US$40,47 juta, serta impor gandum dari negara lainnya sebesar 98,15 ribu ton dengan nilai US$36,9 juta.

Ditambah Lagi Dampak El Nino

Bahaya El Nino yang berdampak pada kelangkaan pasokan, ancaman El Nino adalah ancaman serius yang harus disikapi secara sigap baik oleh pemerintah daerah, pusat maupun petani di seluruh Indonesia. Salah satunya dengan menyiapkan pompa-pompa air, benih unggul dan alat mesin pertanian lain yang dapat menjaga sisi produksi.

Di Indonesia sendiri, sektor pertanian tentu menjadi sorotan. Sebab, Indonesia dikenal sebagai negara agraris yaitunegara dengan perekonomian bergantung atau ditopang oleh sektor pertanian.
Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah serta dipercaya dapat mendorong perekonomian negeri.

Pada sektor pertanian, El Nino dapat menjadi tantangan besar karena dapat mengganggu pola cuaca yang berdampak pada produksi pertanian dan kesejahteraan petani.
Oleh karena itu, pemantauan dan pemahaman yang baik tentang El Nino sangat penting agar dapat mengambil langkah-langkah pencegahan dan penyesuaian yang tepat untuk mengurangi dampaknya.

Setidaknya, inilah beberapa hal penting yang perlu diwaspadai terkait dengan kejadian El Nino di sektor pertanian.

Namun dengan adanya ancaman ini tentunya menjadi 'momok' mengerikan bagi Indonesia. Ada banyak komoditas pertanian yang terdampak. Namun Padi menjadi yang menarik untuk diperhatikan.

Fenomena El Nino ini diperkirakan bakal memangkas produksi padi pada 2023. Lanju penurunannya diperkirakan berkisar 2 juta ton gabah kering giling (GKG).

Berkaca pada 2019, ketika Indonesia menghadapi El Nino dam IOD memperkirakan produksi padi turun 7,7% ke 54,6 juta ton GKG dari tahun sebelumnya. Penurunan terjadi di tengah cuaca ekstrem. Sawah menghadapi banjir pada awal tahun dan kekeringan selama paruh tahun kedua.

Melihat data BPS, produksi padi pada musim panen di Maret 2023 telah naik tipis. Produksinya diperkirakan hanya tumbuh 0,53% ke 23,9 juta ton GKG pada periode Januari hingga April 2023 dibandingkan tahun sebelumnya.

Untuk mengurangi dampak El Nino, penting bagi petani dan pemangku kepentingan dalam sektor pertanian untuk memantau perkembangan cuaca dan mengambil langkah-langkah tindakan pencegahan yang tepat, utamanya bagi negara kita.

Para petani merupakan bagian penting dari strategi ketahanan pangan di kawasan Asean. Mereka dipercaya menjadi pilar utama dalam memitigasi situasi rawan pangan.

Untuk menyikapi hal ini, dalam catatan CNBC Indonesia, Bulog juga ditugaskan menambah pasokan dari importasi. Sampai dengan saat ini Bulog sudah merealisasikan penugasan impor untuk tahun 2023 sebanyak 500 ribu ton untuk tahap pertama, dan saat ini sedang jalan tahap kedua sebanyak 300 ribu ton.

Ini ditujukan untuk menjamin kebutuhan pangan, khususnya beras akan tetap tersedia, meskipun dalam kondisi rawan seperti adanya dampak El Nino, yang diprediksi akan terjadi pada Agustus 2023.

Namun, disamping untuk memupuk stok cadangan beras pemerintah, juga dapat menggerakkan roda perekonomian terutama menjaga stabilisasi dan inflasi beras yang mungkin terjadi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(aum/aum)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation