Internasional

Bumi Dilanda Malapetaka, dari Cuaca 'Neraka' hingga Air Bah

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
20 July 2023 07:00
General view of a wildfire on the flank of a mountain in Bitsch near Brig, Switzerland, July 18, 2023. Picture taken with a long exposure. REUTERS/Denis Balibouse
Foto: REUTERS/DENIS BALIBOUSE

Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi temperatur yang tinggi melanda hampir seluruh bagian belahan dunia. Bahkan, situasi ini telah menimbulkan petaka baru seperti kebakaran hutan dan banjir bandang.

Italia menempatkan 23 kota dalam siaga merah karena memperhitungkan hari lain suhu panas pada Rabu (19/7/2023). Gelombang panas telah melanda Eropa selatan selama puncak musim turis musim panas, memecahkan rekor dan membawa peringatan tentang peningkatan risiko kematian.

"Orang-orang ini takut mereka tidak akan berhasil, mereka takut tidak bisa keluar," kata Claudio Consoli, seorang dokter dan direktur unit kesehatan, dikutip Reuters.

Kebakaran hutan terjadi pada hari ketiga di sebelah barat ibu kota Yunani, Athena. Petugas pemadam kebakaran berlomba untuk menjauhkan api dari kilang minyak yang berlokasi di pesisir.

"Disebarkan oleh angin yang tidak menentu, api telah memusnahkan puluhan rumah, memaksa ratusan orang mengungsi dan menyelimuti daerah itu dengan asap tebal. Suhu bisa naik hingga 109 Fahrenheit pada hari Kamis," kata ramalan cuaca yang diwartakan Reuters.

Cuaca ekstrem juga mengganggu kehidupan jutaan warga Amerika Serikat (AS). Gelombang panas membentang dari California Selatan ke wilayah Selatan AS lainnya. Kota Phoenix, misalnya, telah memasuki hari ke-20 berturut-turut dengan suhu 110 derajat Fahrenheit atau lebih tinggi.

"Di Texas, setidaknya sembilan narapidana di penjara tanpa AC menderita serangan jantung yang fatal selama musim panas yang ekstrim ini," lapor surat kabar Texas Tribune.

Tak hanya di daratan AS, Badai Tropis Calvin juga dilaporkan akan menghantam Hawaii sebagai dampak dari cuaca ekstrem. Ini kemudian meningkatkan potensi banjir bandang dan ombak berbahaya di Negara Bagian Kepulauan itu.

Sementara itu, situasi serupa juga dirasakan di Asia. Di Beijing suhu udara telah mencapai rekor di atas 35 derajat Celcius Fahrenheit selama 28 hari berturut-turut.

Banjir Bandang

Di Korea Selatan, hujan lebat mengguyur wilayah tengah dan selatan sejak pekan lalu. Di kota Cheongju, terdapat 14 korban tewas sebagai dampak dari lebih dari selusin kendaraan terendam ketika tanggul sungai runtuh Sabtu lalu. Di provinsi Gyeongsang Utara, 22 orang tewas akibat tanah longsor dan aliran air yang deras.

Di India utara, banjir bandang, tanah longsor, dan kecelakaan akibat hujan deras telah menewaskan lebih dari 100 orang sejak awal musim hujan pada 1 Juni, di mana curah hujan 41% di atas rata-rata.

Sungai Yamuna mencapai tembok kompleks Taj Mahal di Agra untuk pertama kalinya dalam 45 tahun, menenggelamkan beberapa monumen bersejarah lainnya, dan membanjiri sebagian ibu kota India.

Sungai Brahmaputra, yang mengalir melalui negara bagian Assam di India, meluap bulan ini, menelan hampir separuh Taman Nasional Kaziranga dalam air setinggi pinggang.

Para ilmuwan telah lama memperingatkan bahwa perubahan iklim, yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca terutama dari pembakaran bahan bakar fosil. Kondisi ini akan membuat gelombang panas lebih sering terjadi, parah dan mematikan dan telah meminta pemerintah untuk mengurangi emisi secara drastis.

Pada kunjungan Utusan Iklim Gedung Putih, John Kerry, ke China, Rabu, pihaknya menyampaikan bahwa suhu yang mencapai rekor telah menambah urgensi baru bagi negara-negara di seluruh dunia untuk mengatasi perubahan iklim. Menurutnya, ini adalah hal yang perlu diselesaikan bersama oleh AS dan China, yang merupakan penghasil emisi terbesar di dunia.

"Ini adalah ancaman universal bagi semua orang di planet ini dan membutuhkan negara terbesar di dunia, ekonomi terbesar di dunia, penghasil emisi terbesar di dunia, untuk bekerja sama tidak hanya untuk diri kita sendiri, tetapi untuk semua. umat manusia," kata Kerry kepada Wakil Presiden China Han Zheng.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Buruk dari China, Ada Malapetaka Buat Ribuan Dievakuasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular