Macro Insight

Sarjana Nganggur China Melonjak, RI Banjir Buruh Asing Lagi?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
31 May 2023 11:50
Presiden Xi Jinping dan pencapaiannya di Tiongkok di bawah kepemimpinannya di Balai Pameran Beijing di ibu kota tempat Kongres Partai ke-20 akan diadakan di Beijing, Rabu, 12 Oktober 2022. (AP/Andy Wong)
Foto: Presiden Xi Jinping dan pencapaiannya di Tiongkok di bawah kepemimpinannya di Balai Pameran Beijing di ibu kota tempat Kongres Partai ke-20 akan diadakan di Beijing, Rabu, 12 Oktober 2022. (AP/Andy Wong)
  • Tingkat pengangguran muda di China melonjak ke rekor tertinggi, bahkan banyak di antaranya merupakan lulusan universitas. 
  • Hal ini diperparah dengan kontraksi sektor manufaktur yang semakin dalam, bukannya merekrut tenaga kerja tetapi bisa jadi malah PHK. 
  • Situasi buruk China tentunya berdampak bagi Indonesia yang merupakan mitra strategis. Isu banyaknya pekerja asing asal China pun bisa kembali menjadi sorotan.

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian China sedang tidak baik-baik saja. Diprediksi akan bangkit pada tahun ini, nyatanya kinerja ekonomi terbesar kedua di dunia ini lumayan mengecewakan.

Data dari pemerintah yang dipimpin Presiden Xi Jinping menunjukkan tingkat pengangguran usia 16 - 24 tahun menembus 20,4% pada April lalu, menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah.

Hal ini menunjukkan pemuda di China kesulitan mendapat pekerjaan. Padahal, kebanyakan dari mereka merupakan lulusan universitas, yang tentunya menyandang gelar akademik, misalnya sarjana.

"Bubble mahasiswa akhirnya pecah. Ekspansi universitas pada akhir 1990-an menciptakan lulusan yang sangat besar, tetapi ada ketidaksejajaran antara supply dan demand tenaga kerja berketerampilan tinggi. Perekonomian tidak mampu mengimbanginya," kata Yao Lu, profesor sosiologi di Universitas Columbia di New York, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (29/5/2023).

Itu baru yang terdata sebagai pengangguran, Lu mengatakan setidaknya seperempat lagi dari lulus universitas merupakan setengah pengangguran. Yang artinya mereka bekerja paruh waktu atau mengambil pekerjaan yang di bawah kualifikasi mereka dengan gaji yang rendah.

Kondisi ini semakin rumit jika melihat sektor manufaktur China yang mengalami kontraksi, artinya tidak ada perekrutan tenaga kerja, bisa jadi justru PHK yang ada.

Biro Statistik Nasional China pagi ini melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur Mei turun menjadi 48,8 dari bulan sebelumnya 49,2. Angka di bawah 50 berarti kontraksi atau menurunnya aktivitas usaha. Semakin jauh ke bawah, penurunan aktivitas usaha tentunya semakin dalam.

Kabar buruk tersebut tentunya bisa berdampak ke Indonesia yang menjadikan China sebagai mitra strategis. China merupakan pangsa ekspor terbesar, masalah investasi juga menjadi salah satu yang utama mengalirkan modal ke Indonesia.

Pada 2022 lalu, nilai investasi China di Indonesia mencapai US$ 8,2 miliar, melesat lebih dari 150% dibandingkan 2021, berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Dengan nilai tersebut, China menjadi investor terbesar kedua setelah Singapura, jumlah proyek yang ada di Indonesia lebih dari 2.100.

Besarnya investasi dan banyaknya proyek yang dikerjakan membuat Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China juga banyak di Indonesia.

Berdasarkan data dari Kementerian Tenaga Kerja, jumlah TKA asal China pada 2022 lebih dari 52.000 orang, naik dibandingkan 2021 sekitar 38.000 orang. Dibandingkan negara lainnya, jumlah TKA asal China menjadi yang terbanyak.

Itu baru yang tercatat secara resmi, belum lagi misalnya TKA ilegal yang jumlahnya tidak bisa dipastikan.

Pada akhir 2021 lalu, ekonom senior Faisal Basri menyoroti banyaknya TKA asal China masuk ke Indonesia. Bahkan, Indonesia disebut menyerap pengangguran China.

Selama ini menurutnya yang dibesar-besarkan adalah Indonesia memerlukan TKA China karena membutuhkan keahlian mereka. Namun faktanya, menurutnya TKA China yang bekerja di sini tidak lah memerlukan keahlian khusus.

"Jadi omong kosong Pak Luhut tenaga ahli gak sanggup, belum punya tenaga ahli, sebagian besar begini-begini," kata Faisal dalam "CORE Media Discussion Waspada Kerugian Negara dalam Investasi Pertambangan", Selasa (12/10/2021).

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(pap/pap)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation