Macro Insight

Kena Kutukan SDA, Pemda China Ngutang Rp 230.000 Triliun!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 June 2023 11:55
Chinas President Xi Jinping attends a joint press conference with French President Emmanuel Macron (not pictured) in Beijing on April 6, 2023. (Photo by LUDOVIC MARIN / AFP) (Photo by LUDOVIC MARIN/AFP via Getty Images)
Foto: AFP via Getty Images/LUDOVIC MARIN

Jakarta, CNBC Indonesia - Masalah utang negara tengah menjadi sorotan tajam khususnya sejak pandemi Covid-19. Maklum saja, negara banyak menggelontorkan stimulus fiskal guna menyematkan perekonomian.

Utang negara pun menggunung, Amerika Serikat bahkan nyaris "bangkrut" alias gagal bayar (default) dengan nilai utang US$ 31,4 triliun atau sekitar Rp 471.000 triliun (kurs Rp 15.000/US$). Utang yang terlalu tinggi, dan pemerintahnya vs DPR sempat tidak mencapai kata sepakat untuk menaikkan batas utang.

Cerita di China beda lagi utang pemerintah daerah (Pemda) yang menjadi sorotan. Jumlah utang tersebut dikabarkan menembus US$ 15,3 triliun atau hampir Rp 230.000 triliun. Bahkan, menurut estimasi Goldman Sachs nilainya mencapai US$ 23 triliun.

Kutukan sumber daya alam (SDA) menjadi salah satu pemicu membengkaknya utang tersebut. China memang salah satu importir komoditas terbesar di dunia, tetapi juga diberkahi dengan SDA yang melimpah.

Untuk batu bara misalnya, pada 2021 China memproduksi 3,7 miliar ton batu bara, jauh lebih tinggi ketimbang Indonesia sekitar 500 juta ton, melansir data Worldometer. China merupakan produsen batu bara terbesar, sekaligus juga importir terbesar. Artinya, kebutuhan di dalam negerinya memang sangat besar.

Perekonomian China dalam beberapa dekade terakhir memang meroket, menjadi yang terdepan. Namun belakangan mulai menunjukkan pelambatan yang signifikan. Banyak yang memprediksi China tidak akan mampu menembus pertumbuhan dua digit lagi, rata-rata jangka panjang bahkan diprediksi sekitar 4% saja.

Bayang-bayang kutukan SDA pun kini menghantui. Kutukan SDA merupakan paradoks, di mana negara yang kaya sumber daya alam malah tidak menjadi negara yang makmur. Kesenjangan di China pun cukup besar, jika dilihat dari gini ratio yang berada di atas 0,4.

Gini ratio menggunakan angka 0 sampai 1, semakin dekat dengan 0 artinya semakin merata, sebaliknya mendekati 1 semakin timpang.

Menurut UNICEF, tidak ada standar internasional yang menggambarkan ketimpangan, tetapi secara umum angka 0,4 - 0,5 menunjukkan ketimpangan pendapatan yang sangat tinggi, dan di atas 5 merupakan ketimpangan yang parah.

Berdasarkan data dari Statista, gini ratio China pada 2021 sebesar 0,466. Presiden China Xi Jiping pun berupaya melipatgandakan pendapatan warganya pada 2035. Namun, ambisi tersebut bisa menjadi sulit melihat utang jumbo Pemda.

Dengan kondisi itu, tentunya perlu melakukan penghematan, mengurangi belanja dengan konsekuensi menurunya produk domestik bruto daerah. Kota Hegang di provinsi Heilongjiang misalnya, pada 2021 harus melakukan restrukturisasi karena utang yang dua kali lipat besarnya ketimbang pendapatan fiskal.

Hegang merupakan salah satu kota penghasil batu bara terbesar di China. Dalam beberapa dekade terakhir mengalami penurunan pendapatan akibat harga batu bara yang murah. Hal ini diperparah dengan pandemi Covid-19.

Harga batu bara yang meroket sejak 2021 sedikit memberi angin segar. Pendapatan fiskal Hegang mampu naik hingga 9% pada 2022 lalu. Namun, tingginya harga batu bara diperkirakan tidak akan terulang lagi, bahkan sepanjang tahun ini ambrol lebih dari 60%. 

Sebuah riset jurnal yang dipublikasikan Elsevier mencoba kutukan SDA yang melanda China. Jurnal dengan judul Is China Affected by the Resource Curse? A Critical Review of the Chinese Literature tersebut meneliti 44 tulisan studi yang diterbitkan di tingkat provinsi dan kota pada periode 2005 hingga 2017.

Hasilnya, mayoritas studi tersebut menyatakan kutukan SDA itu memang ada, terutama di wilayah tengah dan barat China. Meski demikian, beberapa studi juga menyatakan sebaliknya. Sehingga kutukan SDA disebut masih ambigu.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(pap/pap)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation