Macro Insight

Tetangga RI Jibaku Lawan Momok Ngeri Ini, Jokowi Santai?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 June 2023 14:35
Pidato Presiden Jokowi Pada Ecosperity Week, Singapura, 7 Juni 2023. (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)
Foto: Pidato Presiden Jokowi Pada Ecosperity Week, Singapura, 7 Juni 2023. (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang terhadap inflasi tinggi sepertinya masih jauh dari kata selesai. Warga negara Barat masih merasakan biaya hidup yang mencekik, tetangga RI juga mengalami hal yang sama.

Inflasi tinggi merupakan salah satu momok yang ditakutkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), tetapi Indonesia bisa sedikit tenang sebab bisa dikatakan sukses mengendalikannya. Bank Indonesia (BI) sudah menghentikan periode kenaikan suku bunga sejak Februari lalu, BI 7-Day Reverse Repo Rate ditahan 5,75% hingga saat ini.

Inflasi pun terus melandai. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Mei tahun ini tercatat 0,09% (month to month/mtm) dan 4% (year on year/yoy).Secara bulanan, inflasi Mei adalah yang terendah sejak enam bulan terakhir.

Secara tahunan, inflasi Mei adalah yang terendah sejak Mei 2022 atau setahun terakhir.Inflasi inti melandai menjadi 2,66% (yoy) atau terendah sejak Juli 2022.

Inflasi Mei jauh lebih rendah dibandingkan konsensus pasar. Polling CNBC Indonesia dari 12 institusi memperkirakan inflasi Mei 2023 akan menembus 0,29% (mm) dan 4,20% (yoy).

Persis seperti proyeksi BI, inflasi mencapai target sebesar 3% plus minus 1%, di semester pertama tahun ini.

Berbeda dengan BI, bank sentral Australia (RBA) justru kembali menaikkan suku bunga acuannya, padahal pada April lalu sudah dihentikan. Artinya, RBA memandang inflasi masih sulit turun, hingga kembali menaikkan suku bunga pada Mei dan terbaru Selasa kemarin.

RBA menaikkan sebesar 25 basis poin menjadi 4,1%, bahkan menyatakan akan kembali melakukan pengetatan. Dalam rilisnya, RBA menyebut inflasi masih terlalu tinggi, dan menghilangkan kalimat "ekspektasi inflasi jangka menengah tetap terjangkar dengan baik"

"Kami pikir RBA tidak lagi percaya diri seperti sebelumnya karena kalimat itu dihilangkan dari pernyataannya kali ini," kata Prashant Newnaha, strategist dari TD Securities untuk kawasan Asia Pasifik sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (6/6/2023).

Suku bunga tersebut merupakan yang tertinggi dalam 11 tahun terakhir. Gubernur RBA juga menyatakan inflasi sudah menguji batas kesabarannya, hingga kembali menaikkan suku bunga acuan.

"Kami sudah bersiap untuk bersabar... tetapi kesabaran kami ada batasnya dan risiko (inflasi) mulai menguji batas kami," kata Lowe dalam pidatonya di Morgan Stanley Australia Summit hari ini.

Berbeda dengan negara lainnya, Australia melaporkan data inflasi setiap kuartal. Pada periode Januari-Maret 2023 lalu, inflasi tercatat tumbuh 7%, turun dari kuartal sebelumnya 7,8% yang merupakan level tertinggi dalam 30 tahun terakhir. Tetapi penurunan inflasi tersebut masih belum meyakinkan, sebab masih lebih tinggi dari ekspektasi pasar sebesar 6,9%.

Warga Australia pun menderita, selain biaya hidup yang mencekik akibat inflasi, suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pun meroket. Untuk harga rumah $500.000, kenaikan suku bunga kali ini membuat pembayaran KPR naik AU$76 per bulan. Sementara jika dilihat sejak awal, total kenaikannya hingga AU$ 1.134 per bulan.

Menteri Keuangan Australia, Jim Chalmers juga menyoroti membengkaknya suku bunga KPR tersebut.

"Ini akan membuat hidup lebih sulit bagi orang-orang yang memiliki KPR," kata Chalmers sebagaimana dilansir 9news.com.au.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(pap/pap)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation