
Singapura, AS & China Doyan Kasih Utang ke RI, Tembus Ribuan Triliun

Jakarta, CNBC Indonesia - Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia per akhir kuartal IV-2024 mencapai US$424,8 miliar atau sekitar Rp6.950 triliun (US$1=Rp 16210), turun dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar US$428,1 miliar. ULN tumbuh 4% secara year on year (yoy).
Kreditor utang dengan porsi terbesar yakni Singapura dan posisi kedua ditempati oleh Amerika Serikat (AS).
Posisi ULN pemerintah pada kuartal IV-2024 tercatat sebesar US$203,1 miliar, turun dibandingkan dengan posisi kuartal-III 2024 sebesar US$204,1 miliar. Secara tahunan, ULN pemerintah tumbuh melambat menjadi 3,3% (yoy) dari 8,4% (yoy) pada kuartal-III 2024.
Penurunan posisi ULN pemerintah bersumber dari turunnya posisi surat utang dipengaruhi penguatan mata uang dolar AS. Sementara itu, pinjaman luar negeri dan aliran masuk modal asing pada Surat Berharga Negara (SBN) internasional dan domestik masih mencatat net inflow seiring tetap terjaganya kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian Indonesia.
Sementara itu ULN swasta pada kuartal-IV 2024, posisi ULN swasta tercatat sebesar US$194,1 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan posisi kuartal-III 2024 sebesar US$196,3 miliar. Secara tahunan, ULN swasta mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,2% (yoy), lebih dalam dibandingkan 0,6% (yoy) pada kuartal-III 2024.
Posisi ULN Indonesia mayoritas peminjamnya yakni pemerintah dan bank sentral sebesar US$230,74 miliar atau sebesar 54,31%. Sedangkan sisanya yakni 45,69% atau US$194,11 miliar merupakan peminjam dari pihak swasta yang terdiri dari lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank.
Jika melihat porsi kreditor ULN Indonesia hingga Desember 2024, didominasi oleh Singapura yakni sebesar 13,44% dengan jumlah US$57,11 miliar (Rp 925, 75 triliun). Angka ini merupakan yang tertinggi di sepanjang 2024.
Kenaikan ULN ini tidak hanya terjadi dari kreditor Singapura, melainkan juga tercermin dari kreditor AS yang per Desember 2024 sebesar US$27,03 miliar ( Rp 438,16 triliun) atau lebih tinggi dibandingkan November 2024 yang sebesar US$26,84 miliar.
Namun berbeda halnya dengan kreditor Hong Kong dan Jepang yang per Desember 2024 masing-masing mengalami penurunan menjadi US$18,5 miliar dan US$21,02 miliar.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)