Sebagai Perusahaan Listrik Negara, PT PLN (Persero) memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian dan kelangsungan hajat hidup masyarakat Indonesia. Darmawan Prasodjo, CEO PLN, percaya pencapaian keuangan (keuntungan) merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam sustainabilty ekonomi dan lingkungan.
Oleh karena itu, PLN menetapkan visi untuk "Menjadi Perusahaan Listrik Terkemuka Se-Asia Tenggara dan #1 Pilihan Pelanggan untuk Solusi Energi". Untuk menjangkau visi tersebut, ditetapkan 4 tema tujuan strategis (strategic goals) dan 4 pendukung strategis (strategic enablers).
Salah satu dari keempat tujuan strategis (strategic goals) itu adalah Green yang bertujuan untuk memimpin transisi energi Indonesia melalui peningkatan energi baru terbarukan (EBT) secara pesat dan efisien.
Pencapaian atas tujuan strategis ini dapat dilihat dari kapasitas pembangkit EBT yang bertambah hingga 624 MW, total limbah non B3 yang dihasilkan oleh pembangkit peraih proper emas dan hijau 2.145,87 ton, 846,26 ton berhasil dikelola dengan 3R, meraih 8 PROPER Emas, 20 PROPER Hijau dan 96 PROPER Biru, hingga pelaksanaan program penghijauan sebanyak 431.430 pohon yang naik dari tahun 2020 sebanyak 135.644 pohon.
Saat ini PLN telah mengimplementasikan co-firing di 26 lokasi dengan realisasi energi co-firing sebesar 215,7 GWh.
PLN juga tengah mengembangkan program Solar PV atau PLTS di waduk Cirata dengan kapasitas 1445 MWac serta PLTS di Bali Barat dan Timur masing-masing memiliki kapasitas 25 MWp, program konversi PLTD ke pembangkit EBT dengan menggunakan teknologi PLTS, program pembangkit VRE, dan program PV Rooftop.
Sepanjang tahun 2021, realisasi kapasitas total pembangkit yang beroperasi secara cofiring biomassa adalah sebesar 296 MW atau tercapai 296% dari target 100 MW di tahun 2021.
Melalui inisiatif-inisiatif ini, PLN berupaya untuk melaksanakan amanah dalam mengawal program transisi energi sehingga upaya pemerintah dalam mencapai target energi bersih sebesar 23% pada tahun 2025 dapat tercapai.
Hal ini sejalan dengan komitmen PLN untuk net zero emisi pada tahun 2060 mendatang. PLN akan focus mengembangkan kapasitas tenaga menggunakan energi bersih untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan enengi kedepan.
Diproyeksikan PLN akan mampu mengurangi gas efek rumah kaca sebanyak 1.057 juta ton apabila mencapai emisi 0 pada tahun 2060 mendatang.
PT Bayan Resources Tbk (BYAN) mampu menerapkan bisnis ramah lingkungan di tengah pertumbuhan laba bersih 81% menjadi US$2,3 miliar dengan total penjualan batu bara 39,9 juta ton.
Pertumbuhan tersebut juga diiringi dengan perhatiannya terhadap lingkungan. BYAN telah melakukan reklamasi lahan bekas tambang seluuar 529 hektar (Ha) atau meningkat 13%. BYAN juga melakukan penanaman pohon pada lahan bekas tambang sebanyak 289 ribu atau meningkat 7,2%.
Rehabilitasi juga diterapkan pada daerah aliran sungai (DAS). Luasan lahan rehabilitasi meningkat 30,7% menjadi 3033 Ha. Perusahaan juga menanami pohon sebanyak 855,7 ribu atau meningkat 42,8%.
Perusahaan juga memperhatikan dari segi sosial. Perusahaan berhasil beroperasi tanpa kecelakaan kerja selama 2022. Bayan Group dan kontraktor mencatat 39,6 juta jam aman dari target 25,5 juta jam kerja aman.
Industri batubara memang dianggap sebagai industri yang berada di senja kala. Namun, biaya produksi batubara rendah dan emisi dalam hal output setara CO2 tergolong rendah menjadikan Bayan sebagai perusahaan batu bara yang ramah lingkungan.
Sementara ini, Bayan juga akan terus menjajaki peluang-peluang baru untuk berinvestasi, baik di dalam maupun di luar sektor batubara. Komitmen Bayan Resources terhadap keberlanjutan usaha diantaranya melalui proyek baterai surya.
Bayan juga peduli secara sosial melalui beasiswa pendidikan dan pembangunan jalan raya sepanjang 85 km atau senilai US$46 juta. Perusahaan juga memperhatikan perkembangan masyarakat sekitar:
- Kegiatan PPM (community development programs) dan jumlah desa dampingan.
- Pemasangan panel surya di sejumlah desa di sekitar wilayah operasional;
- Manajemen air bersih, termasuk konstruksi pabrik
- pengolahan air untuk desa Long Beleh Modang
- Program universitas, asuransi beasiswa untuk murid yang layak
- Pembangunan panti asuhan di proyek Tabang
- Program pengembangan desa wisata di Desa Muara Siran.
Keberhasilan kinerja Bayan dalam beberapa kuartal terakhir diimbangi dengan kepeduliannya terhadap lingkungan dan sosial. Walaupun berada di industri dengan emisi yang tinggi, BYAN mampu mengimbanginya dengan berbagai upaya untuk keberlanjutan usaha.
Tanggung jawab BYAN dengan melakukan reklamasi lahan bekas tambang, penanaman ratusan ribu pohon, efisiensi dalam beban produksi, hingga kepeduliannya secara sosial menjadikan BYAN layak disebut perusahaan hijau.
PT Pertamina (Persero) sebagai perusahaan negara minyak dan gas terbesar Indonesia telah menunjukkan komitmennya terhadap lingkungan hijau. Sebagai perusahaan yang mengelola hulu hilir kebutuhan minyak di Indonesia, Pertamina berhasil menunjukkan dirinya sebagai panutan untuk perusahaan berkelanjutan yang ramah lingkungan.
Pertamina telah mempersiapkan inisiatif untuk mendorong kontribusi energi baru terbarukan (EBT) 17% tahun 2030 dan 23% tahun 2050. Inisiatif ini disusun berdasarkan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) yang emmiliki target penurunan emisi 29%.
Rencana ini juga ditujukan untuk mencapai ketahanan dan kemandirian energi nasional yang mencapai 7 juta terajoule. Strategi pengembangan EBT Pertamina dituangkan dalam delapan inisiatif.
- Pemanfaatan energi panas bumi dengan kapasitas 672MW tahun 2020 bertumbuh 67,8% menjadi 1.128 MW. Studi pengembangan PLTP Bersama PLNGG, Medco Power Indonesia , dan kegiatan EPCC binary power plant 0,5 MW di area Lahendong.
- Pemanfaatan green hydrogen di area geothermal dengan potensi 8.600 kg hydrogen per hari. Green hydrogen akan dimulai di pembangkit geothermal Ulubelu untuk pabrik polypropylene di RU-III Plaju.
- Baterai electric vehicle (EV) dan sistem penyimpanan energi melalui joint venture (JV) Indonesia Battery Company (IBC) dengan target produksi 0,2 GWh (2022) menjadi 140 GWh (2029) beserta ekosistemnya. Pertamina turut berkontribusi untuk ekosistem EV berupa infrastruktur pengisian daya, stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU/charging station) dan stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU/swapping station).
- Gasifikasi pembangunan methanol plant Dumai dengan kapasitas 1000 KTPA onstream (2025)potensi offtake dari Nunukan 650 KTPA (2026), Bituni pupuk Indonesia 1.800 KTPA (2026) dan Jambaran Tiung Biru. Skema sinergi portfolio upstream, refining dan petrochemical, sebesar 1.000 KTPA.
- EBT melalui pengembangan Dimeethy Ether (DME) dengan kapasitas 5.200 KTPA on stream (2025) dan peningkatan kapasitas pembangkit pada 2020-2026 meliputi panel surya PV (4-910 MW), angin (225 MW), dan air/hidro (200-400). Komitmen pengembangan DME telah terlihat dari tanda tangan MoU Pertamina, PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan Air Products & Chemicals Inc (APCI).
- Penerapan ekonomi karbon di beberapa daerah melalui recycle (biomass dan biogas), reduce (Solar PV, EV, LNG Bunkering), dan reuse (CO2 untuk EOR dan methanol).
- Kilang ramah lingkungan/green refinery dengan kapasitas 6-100KTPA yang akan beroperasi pada 2025.
- Bioenergi pembangkit biomass/biogas 153 MW, bio blending gas oil & gasoline, biocrude, algae, etanol 1.000 KTPA onstream tahun 2025.
Selain melalui EBT, Pertamina juga menunjukkan keseriusan pada lingkungan melalui program langit biru. Program ini ditujukan untuk mengendalikan pencemaran udara melalui pemakaian research octane number (RON) rendah dan menggantinya dengan RON tinggi yang lebih ramah lingkungan.
Penggunaan bensin premium dengan RON 80 dihilangkan dan diganti dengan pertalite dan pertamax yang memiliki RON di atas 90.
Pertamina juga telah mengelola 11,7% limbah non-B3 pada 2021. Sedangkan, pada limbah B3 perusahaan telah mengelola 95,7%.
Komitmen Pertamina untuk memimpin Indonesia transisi ke energi bersih dan terbarukan tercermin dari berbagai inisiatifnya. Selain itu, inisiatif tersebut tergambarkan dari rencana yang telah disusun dengan implementasi yang beriringan.
Komitmen Pertamina menuju pemimpin transisi energi terbarukan dan pengurangan emisi bukan sekadar kata-kata manis, tetapi juga melalui perencanaan matang jangka menengah dan panjang sekaligus penerapannya.
PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) sebagai perusahaan energi terintegrasi bertujuan mengembangkan kegiatan usahanya menuju masa depan yang lebih baik. Pertumbuhan laba bersih ADARO mencapai 191% menjadi Rp 38,8 triliun dapat menjadi sumber modal untuk mulai bertransformasi ke sumber energi rendah emisi dan terbarukan.
Meskipun Adaro berada di sektor yang menantang secara lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG), komitmen perseroan menjadikan tantangan tersebut menjadi peluang. Untuk mencapai ekonomi hijau, Adaro mengambil tindakan dari peluang tersebut melalui
- Mengoperasikan tambang batu bara metalurgi di Indonesia dan Australia
Batu bara terdapat dua tipe yaitu termal dan metalurgi atau coking coal. Batu bara termal biasanya digunakan untuk pembangkit listrik, sedangkan metalurgi yang memiliki kandungan abu, kelembaban, belerang, dan fosfor yang lebih rendah dapat digunakan untuk pembuatan baja. Berdasarkan hal tersebut, batu bara metalurgi cenderung lebih ramah lingkungan.
- Membangun smelter aluminium berkapasitas 500 ribu ton
Hilirisasi aluminium dapat menjadi sumber bahan baku yang akan digunakan untuk teknologi energi hijau seperti kendaraan listrik, pembangkit listrik angin dan surya.
- Membangun Kawasan industry hijau terbesar di dunia di Kalimantan Utara
Kawasan industri hijau ini menjadi bagian dari rencana Adaro untuk memanfaatkan peluang sebagai berbasiskan ekonomi hijau. Kawasan industri tersebut akan menerapkan pembangkit listrik berbasiskan tenaga air (PLTA) dan surya (PLTS).
- Mengembangkan proyek energi baru terbarukan (EBT)
Selain PLTA dan PLTS, Adaro juga lolos prakualifikasi untuk mengembangkan proyek mengubah limbah menjadi energi di Indonesia.
Strategi Adaro dalam mengurangi emisi diantaranya melalui pengembangan roadmap pengurangan karbon. Perusahaan akan mengadopsi teknologi terbaik untuk mengurangi karbon, menyediakan enegi terbarukan, dan menyerap karbon.
Peralatan kontrol emisi seperti Electrostatic Precipitator dan baghouse dust collector digunakan perusahaan untuk menjaga kualitas udara. Penggunaan energi rendah karbon dan terbarukan seperti biodiesel B30 yang mengurangi emisi GRK 28%. Perusahaan juga berkomitmen akan menggunakan B35 dan bertahap menggunakan FAME.
Adaro juga menjajaki peluang energi terbarukan melalui pemasangan PV surya dengan kapasitas 749 kWh per tahun. Proyek iini dapat menggantikan 200 ribu liter biodiesel per tahun dan dapat menghindari emisi hingga 400 tCO2e/ tahun. Proyek surya juga akan terus dikembangkan hingg 8mWp.
Selain itu, Adaro juga telah melakukan inisiatif untuk mengendalikan emisi gas rumah kaca (GRK). Salah satunya adalah melalui uji coba co-firing dari pelet limbah organik sekitar 5 ton per hari untuk menggantikan pembakaran PLTU batu bara.
Adaro juga menjajaki solusi berbasis alam melalui penanaman pohon, pemulihan lahan terdegradasi, dan meningkatkan keanekaragaman hayati.
Tahun 2022, performa emisi Adaro scope 1 (pembakaran bahan bakar) sebesar 1,28 juta tCO2e, emisi scope 2 (pembelian listrik) sebesar 263 tCO2e. Intensitas emisi dari setiap gigawatt (GWh) yang dihasilkan menurun 14,8% dalam periode 2020-2022, menjadi sebesar 3,67 tCO2e/GWh.
Limbah selain GRK Adaro juga mengalai penurunan dalam periode 2020-2022. SO2 menurun 37%, menjadi 575,42 ton per tahun. NOx menurun 26%, menjadi 51,87 ton per tahun. CO menurun 13%, menjadi 313,5 ton per tahun.
Proyek Energi Baru Terbarukan (EBT) Perusahaan Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Adaro
Adaro melalui anak usahanya Adaro Power bersama Total Eren, dan Pembangkitan Jawa Bali Investasi (PJBI) membangun Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) berkapasitas 70 MW dengan penyimpanan (battery energy storage system/BESS) 10 MW di Tanah Laut, Kalimantan Selatan.
Proyek ini telah mendapat tanda tangan Perjanjian Jual Beli Listrik (PJBL) dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Proyek ini diharapkan dapat mengalirkan listrik tahun 2025 untuk mendukung target diversifikasi EBT di Indonesia.
Proyek PLTB Tanah Laut ini dapat menjadi referensi PLTB lainnya, mengingat harga yang kompetitif, diterima independent power producer (IPP), PLN, dan perbankan.
PLTB ini diharapkan dapat memasok listrik rendah karbon dengan pengurangan emisi CO2 mencapai 200 ribu ton per tahun.
Komitmen Bank Mandiri dalam mendukung target Keberlanjutan Global & NZE Nasional, tercermin dari aspirasi Bank untuk menjadi "Indonesia's Sustainability Champion for a Better Future" dengan commitment mencapai Lead Indonesia's Transition to Low Carbon Economy, NZE Operasional tahun 2030 dan Catalyzing for Social Impact to achieve SDGs". Komitmen Bank Mandiri terhadap ESG telah ditetapkan sejak awal melalui keterlibatannya sebagai satu pionir dalam inisiatif keuangan berkelanjutan di Indonesia, atau "The first movers on sustainable banking."
Komitmen Bank Mandiri dalam mendukung keberlanjutan terbagi dalam tiga pilar yaitu sustainable banking, sustainable operation, dan sustainable beyond banking. Dalam pilar sustainable banking, Bank Mandiri menerapkan environmental& social risk management seperti penerapan kebijakan aspek ESG pada sektor prioritas (CPO, konstruksi, energi, FMCG, dan pertambangan.
Bank mandiri juga terus mengembangkan berbagai produk berkelanjutan baik dari sisi pendanaan seperti sustainability bond, green bond & ESG repo juga dari sisi pembiayaan seperti penyaluran pada sustainable projects, sustainability linked loan dan penyaluran kredit Konsumer untuk pembelian PLTS Atap dan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB).
Pembiayaan Kegiatan Usaha Berkelanjutan (Sustainable Financing) Bank Mandiri
 Foto: CNBC Indonesia Research Sustainable Financing Bank Mandiri |
Sampai dengan posisi Desember 2022, Bank Mandiri telah menyalurkan Sustainable Financing sesuai Kategori Kegiatan Usaha Berkelanjutan (KKUB) dalam POJK 51/2017 sebesar Rp. 228.8 Tn atau 24.5% dari total kredit (bank only), atau meningkat 11.6% secara YoY. Adapun penyaluran yang termasuk kategori Green Financing sebesar Rp 106 Tn atau sebesar 11.4%.
dari total kredit (bank only), atau meningkat 10.6% secara YoY. Penyaluran Sustainable Financing didominasi oleh kategori Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang Berkelanjutan (sektor Sawit & CPO yang tersertifikasi ISPO/RSPO) sebesar Rp 92.9 Tn; kategori Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar Rp 6.1 Tn dan kategori Transportasi Ramah Lingkungan sebesar Rp 3.1 Tn. Adapun untuk Pembiayaan Kategori Sosial (UMKM) sebesar Rp 117 Tn.
Bank Mandiri telah melakukan upaya efisiensi dalam penggunaan karbon guna mencapai salah satu komitmen mereka, yaitu Net Zero Emission (NZE) operasional pada tahun 2030. Hal ini tercermin dalam penggunaan bahan bakar minyak oleh Bank Mandiri, yang mencapai tingkat terendah sejak tahun 2019 dengan total sebesar 569 ribu GJ. Selain itu, biaya pelestarian lingkungan juga mengalami peningkatan sebesar 618% dari tahun 2019 hingga 2022, mencapai angka Rp2,1 miliar.Konsumsi energi mengalami penurunan 12% menjadi 1,8 juta GJ menggunakan baseline perhitungan sebelum pademi Covid atau tahun 2019.
Selain itu, Transformasi digital Bank Mandiri memiliki peran signifikan dalam pelestarian lingkungan dengan mengurangi penggunaan kertas, serta dapat menjangkau pasar lebih luas secara sosial, geografis, dan ekonomi.
Platform digital Bank Mandiri seperti Kopra dan Livin telah berdampak positif dalam upaya pelestarian lingkungan. Bank Mandiri berhasil mengurangi emisi sebesar 63.732 GJ, yang setara dengan 17% dari tahu baseline yang telah ditentukan.
Berdasarkan hal tersebut, Bank Mandiri sebagai pengadopsi awal energi hijau layak memperoleh green rating, yang didukung oleh penyaluran kredit ramah lingkungan, digitalisasi sebagai sarana penerapan keberlanjutan, dan berbagai usaha untuk mengurangi emisi karbon dan mendukung energi baru terbarukan.
Bank DBS telah berkontribusi dalam menghadapi tantangan yang dihadapi dunia terkait perubahan iklim. Langkah ini selaras dengan Paris Agreement dan Glasgow Climate Pact yang telah menyetujui untuk membatasi pemanasan global ke 1,5 derajat celcius di atas tingkat sebelum industri.
Konferensi tersebut bertujuan menghentikan dan mengembalikan pemanasan global dengan tingkat 0 bersih gas rumah kaca pada tahun 2050.
DBS sendiri telah menunjukkan komitmennya dengan penandatanganan Net-Zero Banking Alliance (NZBA) pada Oktober 2021. Perjanjian ini menjadi fondasi DBS untuk melangkah tanpa meninggalkan footprints emisi.
Untuk mencapai hal tersebut, perlu ditetapkan fokus yang konkret berupa penyaluran pembiayaan pada industri rendah emisi dari yang sebelumnya tinggi. Transisi ini akan melindungi seluruh pihak berkepentingan, baik dari segi lingkungan maupun risiko penentangan atas sikap tidak ramah lingkungan.
DBS telah menetapkan target untuk mencapai bebas emisi dari berbagai segi. Pertama, dekarbonisasi merupakan tanggung jawab sosial. Peran perbankan dapat melalui menghindari pengaliran modal yang berpotensi memengaruhi perubahan iklim, seperti cuaca ekstrim dan peningkatan suhu.
Kedua, dekarbonisasi merupakan bagian dari manajemen risiko. Penerapan dekarbonisasi memerlukan keseriusan karena dampaknya hingga aspek ekonomi. Pihak yang mampu beradaptasi dan memimpin transisi ini berpotensi mendapatkan keuntungan ekonomis. Namun, lambatnya adaptasi akan memiliki risiko, sebab asetnya yang tidak ramah lingkungan akan memperoleh penolakan.
Ketiga, dekarbonisasi merupakan peluang bisnis. Pengurangan emisi merupakan sebuah rencana yang perlu dipersiapkan secara masif. Dengan demikian, keperluan untuk investasi pada proyek dunia ini akan sangat besar. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada 2021 menyatakan investasi pengurangan emisi akan meningkat US$ 3,5 triliun secara tahunan.
DBS juga telah menetapkan rencana nyata pengurangan karbon dengan target menengah 2030 dan jangka panjang tahun 2050. Implementasi tersebut terbagi pada beberapa sektor yaitu, power, minyak dan gas, otomotif, steel, penerbangan, real estate, dan perkapalan.
Perusahaan telah menetapkan pengurangan target pendanaan hingga tahun 2050 menjadi 0 atau berkurang 100% pada sektor power, otomotif, dan penerbangan. Sektor yang ditarget berkurang lebih dari 90%, diantaranya minyak dan gas (-92%), Steel (-93%), real estate (-95%). Sektor perkapalan direncanakan berkurang hingga 71%.
Berbagai inisiatif tersebut yang mendasari DBS memperoleh penghargaan green rating, mengingat komitmennya menjadi pemimpin dan pengadopsi awal dari pengurangan karbon dan transisi EBT.
Pertumbuhan pesat laba bersih Bank Central Asia Tbk (BBCA) 29,6% menjadi Rp 40,7 triliun tahun 2022 tidak menghentikan kepedulian perseroan terhadap lingkungan. Bahkan, pendorong pertumbuhan BBCA dikontribusikan oleh pembiayaan keuangan berkelanjutan mencapai Rp 183,2 triliun atau tumbuh 14,9% secara tahunan (year on year/yoy).
Tingginya pembiayaan berkelanjutan berkontribusi 25,4% total portofolio kredit dan obligasi korporasi. Pembiayaan berkelanjutan memiliki komposisi 44,2% pembiayaan hijau dan 55,8% usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Bank BCA menunjukkan kepeduliannya terhadap pembiayaan hijau yang mencapai Rp80,9 triliun atau tumbuh 13,5% yoy.
Pembiayaan hijau oleh penyaluran kredit kepada sektor SDA hayati dan penggunaan lahan berkelanjutan sebesar Rp66,1 triliun atau berkontribusi 81,8% dari total pembiayaan hijau. Mayoritas SDA hayati berasal dari sektor kelapa sawit yang mencapai Rp 39,4 triliun
Bank BCA menginisiasi perbankan ramah lingkungan sebagai upaya mendukung pemerintah Indonesia untuk bertransisi ke ekonomi rendah karbon.
Cakupan inisiatif Bank BCA diantaranya pengembangan perbankan digital, sistem kerja internal secara digital, penggunaan gedung ramah lingkungan, dan pelestarian lingkungan.
Langkah inisiasi berbuah positif dengan pengurangan karbon sebesar 1.995,8 tCo2 meningkat 125% dibanding 2021. Bank BCA bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mendorong daur ulang sampah. Limbah yang terkumpul sebanyak 518,1 ton telah dikelola dengan didaur ulang. Bauran limbah diantaranya 436 ton arsip, 48,5 ton sampah non-organik, 22,7 ton mesin EDC rusak, 7 ton mesin cartridge ATM rusak, 3,3 ton kartu tidak terpakai, dan 0,5 ton seragam tidak terpakai.
Pemanfaatan dari limbah arsip dan sampah non-organik setara menyelamatkan 29 ribu pohon dan mengurangi emisi karbon 348,9 tCO2.
Pengurangan emisi juga dilakukan melalui reansaksi perbankan digital, seperti mobile banking m-BCA, myBCA, internet banking, dan contact center Halo BCA. Solusi perbankan ini telah menangani 7,2 juta layanan atau setara penghematan emisi karbon 1.458,3 tCo2.
CSR Bakti BCA memberikan manfaat lingkungan berupa penanaman pohon 24,6 ribu. Inisiatif ini berdampak pengurangan emisi karbon 39,7 tCo2, pemulihan alam, pemanfaatan ekonomis masyarakat lokal, dan pengaturan iklim.
Pertumbuhan bisnis Bank BCA diiringi dengan kepeduliannya terhadap lingkungan. Komitmen Bank BCA sebagai bisnis hijau terlihat dari berbagai inisiatifnya, seperti pembiayaan dengan prioritas berkelanjutan, operasional bisnis rendah karbon, perbankan digital sebagai penyokong efisiensi energi, aktif dalam berkontribusi melestarikan lingkungan, hingga mendaur ulang limbah dari bisnisnya.
PT Perkebunan Nusantara III atau biasa dikenal sebagai PTPN dalam menjalankan usahanya cukup fokus memperhatikan kegiatan berkelanjutan, yang merupakan kegiatan operasional usaha dengan memperhatikan aspek ekonomi, lingkungan hidup dan sosial. Hal itu didorong oleh kesadaran bahwa keberadaan Perusahaan tidak sekadar mencari laba atau keuntungan, tetapi juga dituntut untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup dan peduli terhadap isu-isu sosial.
Sebagai informasi, PTPN merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang pengelolaan, pengolahan, dan pemasaran hasil komoditi perkebunan. Komoditi yang diusahakan adalah kelapa sawit, karet, tebu, teh, kopi, kakao, tembakau, aneka kayuan, buah-buahan, dll.
Holding perkebunan Nusantara PTPN menyadari bahwa upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan sekaligus meningkatkan daya dukung lingkungan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karena itu, perusahaan berkomitmen untuk berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan dalam menjalankan operasional bisnis. Langkah nyata yang dilakukan perusahaan untuk mewujudkan lingkungan yang lebih baik, antara lain :
1. Mengadopsi sistem mutu dan sertifikasi yang diakui secara nasional maupun internasional
PTPN telah meraih beberapa sertifikasi seperti :
- Sertifikasi RSPO/ISPO Pabrik Kelapa Sawit
- Sertifikasi RSPO/ISPO Rantai Pasok
- Sertifikasi Sistem Manajemen untuk Unit; dan
- Sertifikat Sistem Manajemen untuk Pabrik.
2. Menjalankan praktik operasional kantor yang ramah lingkungan secara konsisten
- mengelola sumber daya alam (air, listrik dan bahan bakar minyak) yang ketersediaannya kian terbatas
- mengelola emisi gas rumah kaca, mengelola limbah cair dan padat, B3 maupun non-B3
- mengurangi sampah dengan dan sebagainya dengan sesuai prinsip 3R (reduce, reuse, recycle), dan sebagainya.
3. Efisiensi Pemanfaatan Energi dengan menambah unit EBT
Saat ini, pembangkit EBT yang dimiliki PTPN Group antara lain pembangkit listrik berbasis tenaga air/hidro (PLTA) sejumlah 10 unit (total kapasitas 17,14 MW), berbasis biomassa (PLTBm) sejumlah 2 unit (total kapasitas 9,2 MW), berbasis biogas dari POME (PLTBg) sejumlah 9 unit (total kapasitas 11,35 MW) dan berbasis tenaga matahari (PLTS) 1 unit (kapasitas 2 MWp ).
Berdasarkan penggunaan energi di atas, maka Perusahaan menghasilkan emisi gas rumah kaca tidak langsung dari penggunaan energi listrik tahun 2021 tercatat sebesar 55.747.521,64 kgCO2eq, naik dibandingkan tahun 2020, yang mencapai 43.729.462,50 kgCO2eq.
4. Komitmen mengelola air limbah
Komitmen Perusahaan untuk mengelola air limbah dengan baik membawa hasil dengan tidak adanya pengaduan dari masyarakat yang terdampak akibat air limbah dengan kadar polutan tinggi. Dalam skala yang lebih luas, Perusahaan juga tidak mendapat sanksi atau denda akibat pelanggaran terhadap undang-undang atau peraturan lain tentang lingkungan.