Selain itu, koreksi IHSG juga mengikuti pergerakan bursa global seperti Amerika Serikat (AS) pada akhir pekan lalu dan bursa Asia-Pasifik pada pada perdagangan kemarin.
Surplus tersebut jauh lebih rendah dibandingkan Februari 2023 yang mencapai US$ 5,48 miliar.
Tiga indeks utama Wall Street kompak berakhir di zona hijau pada perdagangan awal pekan Senin (17/4/2023) waktu New York pasca rilis beberapa laporan keuangan perusahaan yang bisa memberikan sinyal kesehatan perusahaan di Amerika Serikat (AS).
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik 0,3% ke posisi 33.987,18, sementara S&P 500 menguat 0,33% ke 4.151,32, dan Nasdaq Composite menguat 0,28% menjadi 12.157,72.
S&P 500 naik pada perdagangan awal pekan karena para pedagang menyisir hasil pendapatan perusahaan terbaru, mencari petunjuk tentang kesehatan perusahaan Amerika.
"Ada tarik menarik antara mereka yang merasa optimis bahwa Fed akan segera mengakhiri program pengetatan suku bunga karena pelemahan yang kita lihat dalam perekonomian ... dengan mereka yang percaya bahwa Fed akan dipaksa untuk menaikkan suku bunga. lebih lama karena ekonomi tidak dalam arti menyerah, "kata Sam Stovall, kepala strategi investasi di CFRA Research dikutip CNBC Intrenational.
Musim pendapatan terus berlanjut dengan hasil dari State Street dan Charles Schwab.
Saham Schwab, yang berada di bawah tekanan di tengah kekhawatiran bahwa perusahaan pialang tersebut mungkin mengalami nasib yang sama dengan Silicon Valley Bank, naik 3,9% karena keuntungan meskipun terjadi penurunan simpanan.
State Street turun 9,2% setelah meleset dari perkiraan di garis atas dan bawah.
Wall Street memantau dengan cermat kesehatan nama-nama keuangan pada periode pendapatan ini setelah keruntuhan Silicon Valley Bank bulan lalu memicu krisis likuiditas dan mengguncang sektor yang lebih luas.
Di tempat lain, sektor layanan komunikasi S&P merosot 1,3%, menyebabkan penurunan dari raksasa teknologi Alphabet, Netflix.
Platform Meta yang merupakan perusahaan induk Google turun lebih dari 2% karena The New York Times melaporkan bahwa Samsung mempertimbangkan untuk menjadikan Bing sebagai mesin pencari default.
Pendapatan perusahaan dimulai dengan awal yang positif minggu lalu karena raksasa perbankan Wells Fargo dan JPMorgan Chase mengalahkan harapan. Temuan ini tampaknya menunjukkan bahwa raksasa ini bertahan melawan ketakutan resesi yang meningkat.
Ketika perusahaan bergulat dengan inflasi yang kaku dan tingkat yang lebih tinggi, banyak investor bersiap untuk musim pendapatan yang suram, tetapi data dari Bank of America menunjukkan bahwa perusahaan sejauh ini bertahan.
Dari nama-nama yang dilaporkan selama minggu pertama, 90% melampaui perkiraan EPS. Laporan tersebut menjadi tingkat ketukan terbaik untuk memulai musim pendapatan setidaknya sejak 2012, kata bank itu.
Terlepas dari tanda-tanda penguatan, Stovall memperingatkan untuk menarik kesimpulan secara keseluruhan karena Wall Street menunggu laporan dari area yang diperkirakan akan mengalami penurunan dua digit dari tahun ke tahun.
Termasuk di dalamnya layanan kesehatan dan komunikasi.
″Ini semacam menunggu dan melihat karena apa yang bank berikan, sisa pasar mungkin akan diambil," katanya.
Periode pelaporan untuk perusahaan keuangan menekan minggu ini dengan hasil dari Bank of America, Goldman Sachs dan Morgan Stanley. Di luar keuangan, laporan dari kendaraan listrik Tesla, IBM dan Netflix juga akan merilis kinerja keuangannya.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Simak Sentimen Utama Penggerak Pasar
Wall Street yang kompak berakhir menghijau pada perdagangan awal pekan, Senin (17/4/2023) menjadi angin segar bagi investor. Kabar dari Wall Street diharapkan membawa sentimen positif bagi IHSG jelang libur panjang cuti bersama Hari Raya Idul Fitri.
Kondisi pasar keuangan belum benar-benar terlepas dari tekanan ekonomi global. Ketegangan antara suku bunga dan harga saham sepertinya tak bisa lepas belakangan ini.
investor terus mencerna data ekonomi untuk indikasi sikap The Fed yang cenderung masih hawkish hingga beberapa bulan ke depan.
Arah suku bunga sulit ditebak kali ini. Ada ketidaksamaan pendapat antara pejabat The Fed dan Menteri Keuangan AS terkait arah suku bunga ini membuat investor masih membutuhkan data pendukung lainnya untuk melihat sinyal kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Gubernur The Fed Christopher Waller mengatakan meski bank sentral sudah agresif menaikkan suku bunga.
Namun, kenaikan masih belum membuat banyak progres membawa inflasi kembali ke target 2% dan perlu untuk menaikkan suku bunga lebih tinggi lagi.
Selain itu, Presiden The Fed wilayah Atlanta, Raphael Bostic mengatakan kebaikan suku bunga 25 basis poin sekali lagi akan membuat The Fed mencapai terminal rate. Kenaikan akan lebih yakin mampu menurunkan inflasi ke target.
Tetapi di sisi lain, Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan The Fed kemungkinan tidak perlu lagi menaikkan suku bunga.
Sebabnya, pasca kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) dan dua bank lainnya, perbankan di Amerika Serikat kemungkinan akan lebih berhati-hati menyalurkan kredit, sehingga likuiditas akan menjadi lebih ketat.
Pelaku pasar akhir-akhir ini berharap efek meredanya inflasi dan pembalikan arah The Fed menjadi dovish beberapa pekan terakhir.
Seperti diketahui, Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan inflasi melandai menjadi 5% yoy pada Maret 2023 dibandingkan 6% pada Februari. Inflasi juga lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan ekonom 5,2%.
Inflasi inti, yang tidak memperhitungkan harga makanan dan energi yang volatil, naik 5,6%, sejalan dengan perkiraan konsensus.
Para investor saat ini bertaruh The Fed bakal mengambil jalur dovish, dengan pemangkasan suku bunga diproyeksikan dimulai musim panas nanti.
Untuk diketahui, saat ini The Fed sudah menaikkan suku bunganya sebanyak 9 kali, terakhir sebesar 0,25%. Dengan demikian, tingkat suku bunga inti AS sekarang berada pada kisaran 4,75% hingga 5%.
Perdagangan pasar saham di Indonesia yang hanya berlangsung selama dua hari pada pekan ini menjelang lebaran membuat suasananya cenderung sepi, sehingga pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga masih cenderung sideways.
Begitupun rupiah sangat rawan terkoreksi. Apalagi, setelah menguat tajam dalam lima pekan beruntun, koreksi yang dialami rupiah terbilang wajar.
Apalagi sebentar lagi pasar keuangan Indonesia akan libur panjang menyambut Hari Raya Idul Fitri.
Selanjutnya dari Negeri Tirai Bambu, hari ini investor akan disuguhkan dengan data penting dari China. Mulai dari PDB, data produksi industri, penjualan retail, dan data tingkat pengangguran di China.
Semua data-data ini penting diperhatikan investor yang menandakan seberapa kuat ekonomi China bangkit pasca tertekan akibat Covid-19 beberapa waktu lalu.
Perekonomian China diperkirakan akan pulih sejak menghapus pembatasan-pembatasan terkait Covid-19 yang melemahkan pertumbuhan ekonomi.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Sentimen Utama Penggerak Pasar Dalam Negeri
Hari ini Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan kebijakan suku bunganya. BI diperkirakan bakal mempertahankan suku bunga acuan untuk tiga bulan beruntun. BI akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada pada Selasa dan Rabu pekan ini (17-18 April 2023).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memproyeksi bank sentral akan menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).
Dari 14 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, semuanya memperkirakan BI akan menahan suku bunga di level 5,75%.
Kubu MH Thamrin sudah mengerek suku bunga sebesar 225 bps sejak Agustus hingga menjadi 5,75% pada Januari 2023.
Suku bunga kemudian dipertahankan pada level tersebut pada pertemuan Februari dan Maret. Suku bunga Deposit Facility kini berada di posisi5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.
BI diproyeksi akan mempertahankan suku bunga di level 5,75% karena kondisi ekonomi domestik yang masih sangat baik.
Tekanan dari luar negeri juga sedikit berkurang karena bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) diproyeksi hanya akan melakukan kenaikan sekali lagi pada Mei mendatang.
The Fed diproyeksi akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada Mei mendatang. Setelah itu, The Fed diharapkan melakukanpivotkebijakan dengan menahan suku bunga atau malah memangkasnya.
Dari dalam negeri, inflasi sudah melandai menjadi 4,97% (year on year/yoy) pada Maret 2023, terendah dalam tujuh bulan.
Sementara, inflasi inti juga sudah kembali ke bawah 3% yakni 2,95% (yoy) pada Maret, terendah sejak delapan bulan.
BI beberapa kali menegaskan jika mereka hanya akan melihat pergerakan inflasi inti dalam menentukan kebijakan moneternya, bukan inflasi harga bergejolak.
Dengan inflasi yang melandai maka ruang BI untuk mempertahankan suku bunga makin besar.
Kabar lain yang ditunggu dari dalam negeri adalah paparan kinerja dua bank BUMN yakni PT Bank Negara Indonesia dan Bank Mandiri.
Berikut beberapa agenda penting terkait data ekonomi yang akan rilis hari ini:
- Pertumbuhan Ekonomi China (08:30)
- Data produksi industri China (09:00)
- Data penjualan Retail China (09:00)
- Data tingkat pengangguran China (09:00)
- Data tingkat pengangguran AS (01:00)
- Suku Bunga Bank Indonesia (02:30)
- Pidato pejabat ECB (08:00)
- Konferensi pers hasil rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (14:00 WIB)
Selain itu, hari ini setidaknya ada beberapa agenda korporasi, diantaranya:
- Initial Public Offering (IPO) AWAN, IPO MBMA, IPO MENN
- RUPSLB BBYB, RUPSLB IPCC
- Konferensi pers paparan kinerja kuartal I-2023 Bank Mandiri (12:30) dan BNI (16:00 WIB)
Terakhir, berikut adalah sejumlah indikator perekonomian nasional:
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]