
BI Umumkan Suku Bunga, Bisa Jadi "Bekal" Libur Lebaran Nih!

Wall Street yang kompak berakhir menghijau pada perdagangan awal pekan, Senin (17/4/2023) menjadi angin segar bagi investor. Kabar dari Wall Street diharapkan membawa sentimen positif bagi IHSG jelang libur panjang cuti bersama Hari Raya Idul Fitri.
Kondisi pasar keuangan belum benar-benar terlepas dari tekanan ekonomi global. Ketegangan antara suku bunga dan harga saham sepertinya tak bisa lepas belakangan ini.
investor terus mencerna data ekonomi untuk indikasi sikap The Fed yang cenderung masih hawkish hingga beberapa bulan ke depan.
Arah suku bunga sulit ditebak kali ini. Ada ketidaksamaan pendapat antara pejabat The Fed dan Menteri Keuangan AS terkait arah suku bunga ini membuat investor masih membutuhkan data pendukung lainnya untuk melihat sinyal kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Gubernur The Fed Christopher Waller mengatakan meski bank sentral sudah agresif menaikkan suku bunga.
Namun, kenaikan masih belum membuat banyak progres membawa inflasi kembali ke target 2% dan perlu untuk menaikkan suku bunga lebih tinggi lagi.
Selain itu, Presiden The Fed wilayah Atlanta, Raphael Bostic mengatakan kebaikan suku bunga 25 basis poin sekali lagi akan membuat The Fed mencapai terminal rate. Kenaikan akan lebih yakin mampu menurunkan inflasi ke target.
Tetapi di sisi lain, Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan The Fed kemungkinan tidak perlu lagi menaikkan suku bunga.
Sebabnya, pasca kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) dan dua bank lainnya, perbankan di Amerika Serikat kemungkinan akan lebih berhati-hati menyalurkan kredit, sehingga likuiditas akan menjadi lebih ketat.
Pelaku pasar akhir-akhir ini berharap efek meredanya inflasi dan pembalikan arah The Fed menjadi dovish beberapa pekan terakhir.
Seperti diketahui, Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan inflasi melandai menjadi 5% yoy pada Maret 2023 dibandingkan 6% pada Februari. Inflasi juga lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan ekonom 5,2%.
Inflasi inti, yang tidak memperhitungkan harga makanan dan energi yang volatil, naik 5,6%, sejalan dengan perkiraan konsensus.
Para investor saat ini bertaruh The Fed bakal mengambil jalur dovish, dengan pemangkasan suku bunga diproyeksikan dimulai musim panas nanti.
Untuk diketahui, saat ini The Fed sudah menaikkan suku bunganya sebanyak 9 kali, terakhir sebesar 0,25%. Dengan demikian, tingkat suku bunga inti AS sekarang berada pada kisaran 4,75% hingga 5%.
Perdagangan pasar saham di Indonesia yang hanya berlangsung selama dua hari pada pekan ini menjelang lebaran membuat suasananya cenderung sepi, sehingga pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga masih cenderung sideways.
Begitupun rupiah sangat rawan terkoreksi. Apalagi, setelah menguat tajam dalam lima pekan beruntun, koreksi yang dialami rupiah terbilang wajar.
Apalagi sebentar lagi pasar keuangan Indonesia akan libur panjang menyambut Hari Raya Idul Fitri.
Selanjutnya dari Negeri Tirai Bambu, hari ini investor akan disuguhkan dengan data penting dari China. Mulai dari PDB, data produksi industri, penjualan retail, dan data tingkat pengangguran di China.
Semua data-data ini penting diperhatikan investor yang menandakan seberapa kuat ekonomi China bangkit pasca tertekan akibat Covid-19 beberapa waktu lalu.
Perekonomian China diperkirakan akan pulih sejak menghapus pembatasan-pembatasan terkait Covid-19 yang melemahkan pertumbuhan ekonomi.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Sentimen Utama Penggerak Pasar Dalam Negeri
(aum/aum)