Polling CNBC Indonesia

Rupiah Perkasa & Inflasi Aman, BI Bisa Duduk Manis Bulan Ini

mae, CNBC Indonesia
17 April 2023 09:55
Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Maret 2023. (CNBC Indonesia/Anisa Sopiah)
Foto: Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Maret 2023. (CNBC Indonesia/Anisa Sopiah)
  • Pelaku pasar berekspektasi BI akan menahan suku bunga pada bulan ini
  • BI sudah menahan suku bunga selama tiga bulan beruntun setelah mengereknya 225 bps
  • Inflasi yang melandai serta rupiah yang menguat tajam memberi ruang BI untuk menahan suku bunga bulan ini

Jakarta, CNBC Indonesia -Bank Indonesia (BI) diperkirakan bakal mempertahankan suku bunga acuan untuk tiga bulan beruntun. BI akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada pada Selasa dan Rabu pekan ini (17-18 April 2023).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memproyeksi bank sentral akan menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).

Dari 14 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, semuanya memperkirakan BI akan menahan suku bunga di level 5,75%.

Kubu MH Thamrin sudah mengerek suku bunga sebesar 225 bps sejak Agustus hingga menjadi 5,75% pada Januari 2023.

Suku bunga kemudian dipertahankan pada level tersebut pada pertemuan Februari dan Maret.

Suku bunga Deposit Facility kini berada di posisi5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.


BI diproyeksi akan mempertahankan suku bunga di level 5,75% karena kondisi ekonomi domestik yang masih sangat baik.

Tekanan dari luar negeri juga sedikit berkurang karena bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) diproyeksi hanya akan melakukan kenaikan sekali lagi pada Mei mendatang.

The Fed diproyeksi akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada Mei mendatang. Setelah itu, The Fed diharapkan melakukan pivot kebijakan dengan menahan suku bunga atau malah memangkasnya.

Dari dalam negeri, inflasi sudah melandai menjadi 4,97% (year on year/yoy) pada Maret 2023, terendah dalam tujuh bulan.

Inflasi inti juga sudah kembali ke bawah 3% yakni 2,95% (yoy) pada Maret, terendah sejak delapan bulan.

BI beberapa kali menegaskan jika mereka hanya akan melihat pergerakan inflasi inti dalam menentukan kebijakan moneternya, bukan inflasi harga bergejolak.

Dengan inflasi yang melandai maka ruang BI untuk mempertahankan suku bunga makin besar.

Ekonom ING Nicholas Antonio bahkan memperkirakan BI segera memangkas suku bung ajika inflasi terus melandai.

"BI bisa saja memangkas suku bunga jika pada semester kedua tahun ini, inflasi terus turun," tutur Nicholas, kepada CNBC Indonesia.

We could see BI on hold for some time until possible rate cuts in the second half of the year should inflation trends continue.

Posisi nilai tukar rupiah juga sangat kuat. Rupiah membukukan kinerja impresif dengan menguat lima pekan beruntun melawan dolar AS. Sepanjang pekan lalu rupiah tercatat menguat 1,44% ke Rp 14.695/US$, berada di posisi terkuat sejak Agustus 2022.

Dalam lima pekan, total penguatan rupiah tercatat sebesar 4,9%.

Penguatan rupiah ditopang oleh ekspektasi pasar mengenai kebijakan The Fed.  The Fed diperkirakan akan segera melunak setelah inflasi AS melandai. Krisis perbankan di AS Maret lalu juga menjadi pertimbangan The Fed melunak.

Inflasi AS secara mengejutkan melandai ke 5% (year on year/yoy) pada Maret. Inflasi tidak hanya jauh lebih rendah dibandingkan 6% (yoy) pada Februari tetapi juga jauh di bawah ekspektasi pasar (5,1).

Secara month to month/mtm, inflasi AS melandai ke 0,1% pada Maret 2023, dari 0,4% pada Februari.

Presiden The Fed wilayah Atlanta, Raphael Bostic pekan lalu mengatakan kebaikan suku bunga 25 basis poin sekali lagi akan membuat The Fed mencapai terminal rate dengan lebih yakin mampu menurunkan inflasi ke target.

Dengan sokongan data dalam negeri yang membaik serta proyeksi kebijakan The Fed, arus inflow pun deras mengalir.

Catatan BI berdasarkan transaksi 10-13 April menunjukkan asing mencatatkan net buy sebesar Rp 8,21 triliun, termasuk di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 5,12 triliun.

Sejak 1 januari -13 April, investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp 61,7 triliun.

Operasi moneter Term Deposit Valas Devisa Hasil Ekspor (DHE) Bank Indonesia (BI) juga mulai menarik tenor jangka panjang. Artinya, dolar AS para eksportir disimpan lebih lama di dalam negeri, yang tentunya bisa menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Berdasarkan data dari Bahana Sekuritas, lelang terbaru yang dilakukan BI pada Selasa kemarin mampu menyerap US$ 19,3 juta.

Dari nilai tersebut sebanyak US$ 12,5 juta masuk ke tenor 1 bulan dan US$ 6,8 juta masuk ke tenor 6 bulan.

Dalam 11 lelang yang dilakukan BI sejak awal Maret lalu, berdasarkan catatan Bahana Sekuritas baru kali ini tenor 6 bulan menarik minat eksportir. Bunga yang diberikan untuk tenor ini mencapai 5,35%.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation