Analisis Teknikal

Surplus Dagang Gak Ngaruh, IHSG Kayaknya Ditutup Merah

Putra, CNBC Indonesia
17 April 2023 12:55
pembukaan bursa saham
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia mengalami penurunan signifikan pada perdagangan sesi I hari ini, Senin (17/4/2023). IHSG anjlok 0,63% menjadi 6.775,89 secara harian.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 280 saham melemah, 223 saham menguat sementara 204 lainnya mendatar. Hingga istirahat siang, nilai transaksi mencapai sekitar Rp 4,65 triliun dengan melibatkan 9,5 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 749 ribu kali.

Mayoritas bank big cap terpantau melemah. Saham milik Bank Rakyat Indonesia turun 2,07% disusul Bank Mandiri dan Bank Central Asia yang melemah masing-masing 1,44% dan 0,56% secara berurutan.

Sementara itu, Bank Negara Indonesia terpantau stagnan alias tidak bergerak.

Berdasarkan catatan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv, sebagian besar sektor melemah dengan sektor Finansial memimpin pelemahan lebih dari satu persen.

Perdagangan pasar saham di Indonesia yang hanya berlangsung selama dua hari pada pekan ini menjelang lebaran membuat suasananya cenderung sepi, sehingga pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga masih cenderung sideways, meski terlihat terkoreksi.

Sentimen soal rilis data neraca dagang tampaknya tak mampu menyelamatkan IHSG dari zona merah hingga siang ini.

Pada sekitar pukul 11.00 WIB, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan pada Maret 2023 mencapai US$ 2,91 miliar. Posisi surplus ini dicapai setelah impor Indonesia tercatat US$ 23,50 miliar lebih rendah dari ekspor sebesar US$ 20,59 miliar.

Namun, surplus neraca perdagangan diperkirakan mengecil pada Maret 2023. Surplus menyusut karena melandainya ekspor serta di sisi lain impor meningkat menjelang Lebaran.

Surplus ini jauh lebih rendah dari konsensus pasar yang dihimpun Tim Riset CNBC Indonesia dari 14 lembaga. Lembaga tersebut memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Maret 2023 sebesar US$ 4,19 miliar.

Surplus tersebut jauh lebih rendah dibandingkan Februari 2023 yang mencapai US$ 5,48 miliar. Karena itu, neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 35 bulan beruntun.

Hingga sesi istirahat siang ini, koreksi IHSG tampaknya mengikuti pergerakan bursa global seperti Amerika Serikat (AS) pada akhir pekan lalu dan bursa Asia-Pasifik pada hari ini.

Tiga indeks utama Wall Street kompak berakhir di zona merah pada perdagangan akhir pekan lalu Jumat (14/3/2023). Indeks Dow Jones Industrial Average turun 143,22 poin atau 0,42% menjadi 33.886,47. indeks S&P 500 turun 8,58 poin atau 0,21% ke level 4.137,64. Dan indeks Nasdaq Composite melorot 42,81 poin atau 0,35%, menjadi 12.123,47.

Investor masih cenderung khawatir bahwa data ekonomi dan tenaga kerja yang telah dirilis pekan lalu masih menunjukkan beragam.

Sejumlah data ekonomi AS seperti penjualan ritel, produksi industri dan sentimen konsumen pun masih bervariasi dan memperkuat harapan bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga 25 basis poin (bp) lagi pada pertemuan kebijakan bulan depan.

Ekspektasi tersebut digarisbawahi oleh Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic, yang mengatakan kenaikan bunga 25 bp dapat memungkinkan The Fed untuk mengakhiri siklus pengetatannya.

Namun, para investor saat ini tetap bertaruh bahwa The Fed bakal mengambil jalur dovish, dengan pemangkasan suku bunga diproyeksikan dimulai musim panas nanti.

Di lain sisi, para investor akan menunggu efek kick off musim laporan laba (earnings season) perusahaan AS terhadap Wall Street dan bursa global.

Sebagian investor percaya musim laporan keuangan perusahaan AS, terutama perbankan kakap, yang solid bisa menjadi pendongkrak saham.

Wajar saja, sektor perbankan menjadi sorotan usai kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) cs dan kasus merger raksasa bank Swiss Credit Suisse ke UBS pada Maret lalu.

Analisis Teknikal

IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu 1 jam (hourly) menggunakan moving average (MA) dan pivot point Fibonacci untuk mencari resistance dan support terdekat.

Pada sesi I, IHSG menembus level MA 50 (6.794) yang menjadi support terdekat. Level support berikutnya ada di angka 6.760.

Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.

RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.

Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik 1 jam, posisi RSI turun ke 42,85.

Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), grafik MACD memotong garis sinyal dari atas atau membentuk death cross (pola bearish).

Sedangkan, histogram kembali membentuk bar negatif.

Pada sesi II, IHSG berpotensi ditutup memerah, dengan support terdekat di 6.760 dan support selanjutnya di level psikologis 6.700.

Sementara, level resistance terdekat berupa MA 50 (6.794).

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular