Pekan Ramai dan Jam Bursa Lebih Lama, IHSG Bakal Berjaya?
- IHSG memperoleh kinerja buruk pada kuartal pertama 2023 imbas dari ketidakpastian ekonomi global terutama karena krisis perbankan AS. Namun krisis itu membuat rupiah menguat pekan lalu.
- Berbagai sentimen luar negeri dan dalam negeri patut dicermati investor. Diantaranya adalah inflasi dan PMI Manufaktur di berbagai negara seperti Indonesia, China, India, dan AS.
- Hari ini ada perubahan jadwal perdagangan pasar di mana kembali ke jadwal pre Covid. Jam perdagangan pun lebih panjang dari masa Covid hingga pekan lalu.
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Indonesia meraih kinerja negatif sepanjang kuartal pertama 2023 dikarenakan kondisi ekonomi global yang tidak pasti. Di sisi lain rupiah mampu mengakhiri kuartal pertama di level Rp14.000-an/US$1.
Hingga penutupan perdagangan kuartal pertama, Jumat (31/3/2023) Indeks Harga Saham Gabungan terpantau melemah 0,66% ke level 6.805,28. Hasil ini lebih buruk dibandingkan dengan periode yang sama 2022 yang mampu melesat 7,44%.
Meskipun demikian, kinerja IHSG dibandingkan bursa regional cukup baik. Di mana di kawasan ASEAN performa IHSG berada di urutan ketiga dan urutan ke 9 Asia. Penyebabnya adalah kinerja saham regional yang turut tumbang.
Krisis perbankan menjadi sentimen negatif yang mempengaruhi pergerakan pasar saham regional.
Krisis perbankan yang semulanya terjadi di AS membuat volatilitas pasar saham menjadi semakin meninggi karena para pelaku pasar yang khawatir efeknya menyebar luas hingga terjadi krisis keuangan global seperti 2008.
Krisis yang terjadi di Silicon Valley Bank (SVB) menjadi permulaan dari ketakutan krisis perbankan di AS, kemudian merambah ke Eropa dalam waktu singkat. Kejatuhan SVB merupakan salah satu dampak dari agresifnya bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Dengan sikap hawkish The Fed yang akhirnya memakan korban yakni perbankan, pasar pun sebelumnya sempat menduga bahwa The Fed akan lebih bersikap melunak ke depannya.
Namun, efek yang berbeda dirasakan oleh sang nilai tukar rupiah. Krisis perbankan malah jadi tumpuan sang Garuda untuk menjejakkan kaki di level Rp14.990/US$1 di akhir kuartal pertama 2023.
Survei CME FedWatch menunjukkan pasar kini bertaruh 50-50% jika The Fed akan mempertahankan suku bunganya pada pertemuan Mei mendatang.
Ekspektasi pasar tersebut membuat dolar AS melemah. Indeks dolar pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (31/3/2023) ditutup di posisi 102,51. Indeks turun 0,59% dalam sepekan sehingga menguntungkan bagi pergerakan rupiah.
Selain itu, ekspektasi akan melunaknya The Fed juga membuat aliran modal asing masuk dengan deras ke pasar keuangan Indonesia.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), transaksi pada 27-30 Maret 2023 menunjukkan investor asing mencatat beli bersih atau net buy sebesar Rp 10,97 triliun.
Net buy di pasar Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 8,37 triliun sementara di pasar saham menyentuh Rp 2,6 triliun. Dari awal tahun hingga 30 Maret 2023, net buy investor asing tercatat Rp 54,11 triliun.
Penguatan rupiah hingga menembus di bawah Rp 15. 000/US$1 pada akhir kuartal I juga membuat mata uang rupiah menjadi yang terbaik di Asia
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Inflasi Mendingin, Wall Street Melesat
(pap/pap)