Newsletter

Pekan Ramai dan Jam Bursa Lebih Lama, IHSG Bakal Berjaya?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
03 April 2023 06:00
bursa saham
Foto: ist

Pekan ini pasar tampaknya akan terus mencermati perkembangan dari data tenaga kerja Amerika Serikat (AS). Adapun pekan ini rilis beberapa data seperti pembukaan kerja JOLTS, data penyerapan tenaga kerja non-pertanian (non-farming payroll/NFP), dan tentunya klaim mingguan akan dirilis.

Asal tahu saja, data tenaga kerja tersebut akan menjadi penentu apakah The Fed sudah perlu bersikap dovish dengan memangkas suku bunga atau justru masih akan bersikap hawkish.

Selain itu, data aktivitas manufaktur dan jasa di AS juga patut dicermati oleh investor. Data ini juga menjadi tolok ukur sektor manufaktur di AS di tengah tren suku bunga tinggi dan ukuran kekuatan kekuatan ekonomi AS.

Selain dari AS, rilis beberapa data ekonomi dari China juga perlu dicermati oleh pasar, seperti data aktivitas manufaktur China versi Caixin.

Data aktivitas manufaktur versi pemerintah (NBS) tercatat melandai ke angka 51,9, pada Maret lalu, dari sebelumnya di angka 52,6 pada Februari lalu. Meski melandai, tetapi manufaktur China masih berada di zona ekspansif.

Data ekonomi China juga akan dipantau oleh pasar, terutama di kawasan Asia-Pasifik, mengingat saat ini pemulihan ekonomi China masih berlangsung.

Adapun dari dalam negeri, data aktivitas manufaktur dan inflasi periode Maret 2023 juga akan dirilis hari ini.

Data aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada Purchasing Manager's Index (PMI) versi S&P Global pada bulan lalu diprediksi melandai menjadi 50, meski masih berada di zona ekspansif.

Sementara yang utama yakni inflasi pada periode Maret 2023, yang diperkirakan kembali melonjak, bulanan, yakni menjadi 0,3%. Namun secara tahunan, inflasi RI diprediksi turun menjadi 5,3%, berdasarkan survei Trading Economics.

Data inflasi di RI juga akan dipantau, mengingat bulan Ramadan sudah dimulai pada pertengahan bulan lalu. Namun, kenaikan inflasi fenomena Ramadan diprediksi berdampak pada inflasi periode April, karena pada periode ini fenomena Ramadan dan Idul Fitri berlangsung.

Perlu dicatat, per hari ini Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan normalisasi jam perdagangan sebagaimana kondisi sebelum pandemi yang akan efektif pada Senin, 3 April 2023.

Pada siaran Pers yang dilakukan 30 Maret 2023, BEI telah mengumumkan normalisasi kebijakan relaksasi pandemi BEI.

Dalam Surat Otoritas Jasa Keuangan Nomor S-52/PM.01/2023 tanggal 29 Maret 2023 perihal "Persetujuan atas konsep Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Perihal Peraturan Nomor II-A perihal Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas dan konsep Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Perihal Peraturan Nomor II-E perihal Perdagangan Kontrak Berjangka" serta merujuk empat surat keputusan direksi BEI menyampaikan kebijakan normalisasi.

Adapun jam perdagangan akan dikembalikan seperti saat sebelum pandemi terjadi. Untuk perdagangan hari Senin hingga Kamis di pasar reguler, sesi pra-pembukaan (pre-opening), akan berlangsung pada pukul 08:45 - 08:59.

Sedangkan untuk perdagangan sesi I Senin hingga Kamis, dimulai pukul 09:00 - 12:00. Kemudian sesi II akan berlangsung pada 13:30 - 15:49:59. Sementara untuk sesi pra-penutupan (pre-closing) dimulai pukul 14:50 - 15:00:59. Terakhir sesi pasca-penutupan (post-closing) pada pukul 16:01 - 16:15.

Khusus hari Jumat di pasar reguler, ada sedikit perbedaan, di mana perdagangan sesi I berlangsung dari pukul 09:00 - 11:30. Sedangkan sesi II dimulai pukul 14:00 - 15:49:59.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Simak Rilis Data dan Agenda Hari Ini

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular