
Dunia Tunggu Titah The Fed, RI Bakal Pesta Pora atau Merana?

Sebelum memulai perdagangan hari ini hingga beberapa hari ke depan di pekan ini, investor sebaiknya mencermati beberapa agenda ekonomi dari dalam negeri, maupun luar negeri.
Untuk pada hari ini, sentimen terkait krisis perbankan di AS masih akan menjadi perhatian pasar. Mereka akan memantau apakah kasus First Republic Bank menjadi yang terakhir atau bakal ada 'korban' baru lagi.
Saat ini, sikap investor di global masih cenderung berubah-ubah seiring adanya krisis perbankan global yang dipicu oleh krisis SVB.
Memang ada kabar baik yakni di mana 11 bank di AS berniat untuk membantu First Republic Bank agar dampak dari krisis tidak semakin meluas.
Namun, hal tersebut juga masih dikhawatirkan oleh pasar karena krisis perbankan di AS cenderung belum berakhir sehingga volatilitas pasar pada pekan depan masih cenderung cukup tinggi.
Selain itu, perhatian utama pelaku pasar pada pekan depan tertuju pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) The Fed, yang akan berlangsung pada Selasa hingga Rabu waktu setempat (21-22/3/2023).
Hasilnya akan diumumkan pada Rabu siang waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
The Fed diperkirakan masih akan menaikkan suku bunga acuannya pekan depan. Tetapi kenaikannnya diperkirakan mencapai 25 bp, di mana pelaku pasar melihat ada probabilitas sebesar 62% The Fed menaikkan sebesar 25 bp. Sementara 38% probabilitas sisanya melihat The Fed tidak akan menaikkan suku bunganya.
Optimisme pasar tersebut melihat dari inflasi AS yang kembali melandai menjadi 6% pada Februari lalu. Selain itu, kondisi perbankan di AS yang juga masih belum stabil juga menjadi landasan bahwa The Fed makin melunak.
Tetapi, The Fed juga mempertimbangkan kondisi pasar tenaga kerja AS yang masih cukup kuat, sehingga hal ini akan dipantau oleh pelaku pasar bagaimana sikap The Fed merespons gejolak perbankan di AS, sembari melihat data tenaga kerja yang masih cukup kuat.
Dampak dari kebijakan moneter The Fed yang sangat ketat memicu kekhawatiran pasar akan potensi melambatnya ekonomi AS di tengah gejolak pasar.
Sementara itu pada hari ini, pasar juga akan memantau rilis data ekonomi penting di China, yakni juga terkait keputusan suku bunga acuan.
Bank sentral China (People Bank of China/PBoC) diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunga acuannya. Untuk suku bunga acuan tenor 1 tahun diperkirakan masih akan ditahan di level 3,65%, sedangkan untuk suku bunga acuan tenor 5 tahun diprediksi akan ditahan di 4,3%.
Selain itu, pasar juga akan mendengarkan pidato dari Presiden bank sentral Eropa (Europe Central Bank/ECB) Christine Lagarde, setelah pada Kamis lalu kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin.
Pelaku pasar cenderung meragukan langkah ECB menaikkan suku bunganya kembali, di tengah adanya krisis perbankan global yang dikhawatirkan masih akan meluas.
Kenaikan tajam pada suku bunga acuan global telah menyebabkan jatuhnya harga obligasi, yang sebagian besar dimiliki oleh bank. Selain itu, biaya pinjaman yang lebih tinggi telah membebani keuntungan bank.
Sementara itu di dalam negeri pada hari ini, tepatnya pada pagi hari, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Komisi XI akan menggelar fit and proper test calon Gubernur BI, Perry Warjiyo.
Perry merupakan calon tunggal Gubernur BI yang diajukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Perry akan membeberkan visi dan misinya ke depan, termasuk rencana dalam menjaga inflasi, menjaga stabilitas nilai tukar, dan kebijakan moneter ke depan.
DPR akan menggelar fit and proper test pada pukul 10:00-12:00 WIB dan diperkirakan sudah mengambil keputusan akhir pada pukul 14:00 WIB.
(chd/chd)