Akhir Pekan Happy Nih, Bursa Asia Cerah Bergairah

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik ditutup bergairah pada perdagangan Jumat (17/3/2023), di mana kekhawatiran akan krisis perbankan global sepertinya sudah mulai berkurang setelah beberapa bank di Amerika Serikat (AS) berniat untuk membantu bank yang sedang krisis.
Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup melesat 1,2% ke posisi 27.333,8, Hang Seng Hong Kong melonjak 1,64% ke 19.518,59, Shanghai Composite China menguat 0,73% ke 3.250,55, Straits Times Singapura menanjak 0,88% ke 3.183,28.
Berikutnya ASX 200 Australia bertambah 0,42% ke 6.994,8, KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,75% ke 2.395,69, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melejit 1,71% menjadi 6.678,24.
Pelaku pasar di global pada hari ini cenderung optimis bahwa krisis perbankan tidak akan meluas lebih lanjut, setelah beberapa bank di AS berniat untuk membantu bank yang sedang krisis.
Sebelumnya, krisis Silicon Valley Bank (SVB) berdampak pada beberapa bank di AS, bahkan hingga Eropa, seperti Signature Bank, Silvergate Bank, Credit Suisse, dan terbaru yakni First Republic Bank.
Saham First Republic terpukul dalam beberapa hari terakhir, dipicu oleh ambruknya SVB Jumat pekan lalu dan Signature Bank pada akhir pekan lalu. Para deposan di First Republic Bank juga akan menarik uang mereka imbas dari krisis yang berawal dari SVB.
Namun, 11 bank di AS ingin menyelamatkan First Republic Bank agar risiko penularan dari krisis SVB tidak berlanjut meluas.
11 bank sepakat untuk menyetor dana senilai US$ 30 atau sekitar Rp 462 triliun (kurs Rp 15.400) ke First Republic Bank untuk menghindarkan bank tersebut dari kebangkrutan.
Adapun 11 bank tersebut yakni Bank of America, Wells Fargo, Citigroup, dan JPMorgan Chase yang masing-masing akan menyumbang sekitar US$ 5 miliar.
Sedangkan Goldman Sachs dan Morgan Stanley akan menyetor sekitar US$ 2,5 miliar. Kemudian Truist, PNC, US Bancorp, State Street, dan Bank of New York Mellon masing-masing akan menyetor sekitar US$ 1 miliar.
Seperti diketahui, First Republic Bank dikhawatirkan menjadi 'next' SVB setelah sahamnya terus jeblok. Seperti SVB, First Republic Bank menghadapi penarikan dana besar-besaran karena anjloknya kepercayaan nasabah.
Pada Minggu lalu, mereka mengatakan memiliki likuiditas sebesar US$ 70 miliar, tetapi likuiditas tidak akan cukup untuk menghadapi guncangan di pasar saham serta penarikan besar-besaran dana nasabah.
Menanggapi 11 bank yang menyelamatkan First Republic Bank, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Departemen Keuangan AS, dan FDIC mengatakan langkah bank-bank tersebut sangat positif.
"Apa yang dilakukan grup ini dukungan penuh dan kami sangat menyambut positif langkah mereka. Tindakan tersebut juga menunjukkan bahwa sistem perbankan masih tangguh," tulis pernyataan lembaga tersebut.
Sementara itu di Eropa, Credit Suisse akan menggunakan fasilitas kredit sebesar US$ 54 miliar dari Bank Sentral Swiss (SNB) untuk meningkatkan likuiditasnya.
Di lain sisi, data tenaga kerja Negeri Paman Sam cenderung masih cukup kuat, di mana jumlah pekerja yang mengajukan klaim pengangguran pada pekan yang berakhir pada 11 Maret berkurang 20.000 menjadi 192.000.
Jumlah tersebut jauh di bawah ekspektasi pasar yang berada di angka 205.000. Berkurangnya klaim pengangguran menunjukkan masih kencangnya ekonomi AS sehingga inflasi bisa saja kembali naik.
Data klaim pengangguran AS akan menjadi pertimbangan The Fed dalam menentukan kebijakan suku bunga acuannya pekan depan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[Gambas:Video CNBC]
Bursa Asia Dibuka Melesat, Tapi Hang Seng-Shanghai Sudah Loyo
(chd/chd)