
Fenomena Bank Raksasa Tumbang, Ada Peran Rusia, AS, dan Arab

Upaya SVB untuk menambah modal malah menjadi bumerang karena investor khawatir. SVB pun terpaksa menjual kepemilikan obligasi mereka senilai US$ 21 miliar atau Rp 324,5 triliun untuk mendapatkan dana.
Namun, dengan kondisi saat ini, penjualan bond malah membuat bank tersebut rugi hingga US$ 1,8 miliar atau sekitar Rp 27,8 triliun.
SVB rugi besar karena nilai obligasi tengah jatuh. Kenaikan suku bunga agresif The Fed tersebut membuat yield atau imbal hasil surat utang melonjak tajam. Sebaliknya, harga obligasi ambruk.
Sebagai catatan, harga dan imbal hasil obligasi saling bertolak belakang. Yield yang naik menandai semakin berkurangnya atau turunnya nilai surat utang.
Merujuk pada data Refinitiv, imbal hasil surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun pada akhir Februari 2022 atau sebelum kenaikan suku bunga The Fed ada di kisaran 1,84%. Imbal hasil sudah menembus ke kisaran 3,49% kemarin.
Kepemilikan obligasi sebenarnya tidak menjadi masalah jika bank akan menjual bond hingga jatuh tempo.
Namun, lain perkara jika harus dijual di saat kondisi seperti ini. Dengan nilai obligasi yang merosot tajam maka pemegang bond akan merugi dalam jumlah besar.
Krisis perbankan akibat lonjakan suku bunga The Fed juga pernah dialami AS pada 2008/2009.
Pada akhir 2000 hingga 2001, terjadi ledakan dot-com bubble setelah lonjakan saham berbasis teknologi. Ekonomi AS anjlok pada akhir 2000 hingga 2001.
Untuk mendorong pertumbuhan, The Fed kemudian memberlakukan kebijakan moneter yang sangat longgar. Secara keseluruhan, The Fed memangkas suku bunga sebesar 550 bps dari 6,5% pada akhir 2000 menjadi 1% pada Juni 2003.
Saat ekonomi AS mulai tumbuh kencang, The Fed kemudian mengerek suku bunga 425 bps selama tiga tahun dari 1% pada Juni 2003 menjadi 5,25% pada Juni 2006.
Kenaikan suku bunga membuat kredit perumahan (subprime mortgage) meledak. Amerika pun masuk ke jurang resesi pada 2008.
Bank-bank bertumbangan termasuk Lehman Brothers. AS pun harus membayar mahal dengan memberikan bailout hingga sebesar US$ 700 miliar kepada bank-bank yang bermasalah.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)
